Mrajan Umat Hindu Jawa, Sanggar Pamujan Bagi Umat Hindu Jawa.

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 12. 01. 2023
  • Om Swastyastu 🙏🏼
    Kepada Pemirsa Renungan Dharma yg berbahagia, semoga tayangan kami mendapatkan anda semua dalam keadaan sehat dan berbahagia.
    Ajik Dewa Suratnaya Kali ini membahas tentang Tentang Mrajan di Jawa dan berikut adalah petunjuk Swargi Romo Adi Suripto dari Blitar.
    Di Jawa memang tidak dikenal Mrajan seperti di Bali, namun rumah Jawa sudah mencerminkan Tri Murti. Konon, idealnya rumah Jawa selalu menghadap ke Timur. Dan uniknya, umat Hindu Jawa dilarang buang air kecil (kencing - maaf) menghadap ke Timur.
    Ruang depan (ruang tamu) adalah Ruang Wisnu, Dapur adalah Ruang Brahma dan Sentong Tengah (Kamar Suci) adalah Ruang Siwa.
    Dari posisi rumah Jawa yang menggambarkan Tri Murti (Brahma - Ang, Wisnu - Ung dan Siwa - Mang) mewujudkan AUM atau OM. Menurut swargi, OM ini menjadi Omah dan kemudian menjadi RUMAH. Maka sebenarnya untuk di Jawa (untuk umat Hindu etnis Jawa) tidak harus ada model Mrajan seperti di Bali, tapi cukup ada Sentong Tengah (Kamar Suci). Di Sentong Tengah cukup ada meja altar untuk meletakkan persembahan. Persembahan harian berupa kopi, teh dan air putih dan dilengkapi dengan segelas air putih yang diisi bunga melati, kenanga dan mawar merah. Untuk leluhur khusus ada persembahan berupa kinangan lengkap dengan tembakau.
    Persembahan utamanya berupa sesaji Pisang Ayu (di meja altar) dan Tumpeng Panca Warna di lantai. Untuk Pisang Ayu sajikan pisang raja yang masih mentah, karena baru diganti saat Purnama atau Tilem.
    Pemujaannya berupa lantunan Puja Trisandhya dan Kramaning Sembah, yang diakhiri dengan doa harapan dengan bahasa sendiri.
    Selain perlunya Sentong Tengah, bagi umat Hindu Jawa, juga perlu ada bangunan di halaman rumah yang namanya Pedhanyangan Omah (PO). PO ini bisa hanya seonggok batu, bisa baturan setinggi puser atau bangunan utuh seperti Penunggun Karang di Bali. Yang penting adalah pedagingan/pependeman atau datu yang di tanam sebagai dasar PO. PO berfungsi sebagai penjaga kemakmuran selain sebagai penjaga keamanan.
    Perawatan harian PO hanya berupa air cucian beras (leri - Jawa) plus garam yang ditebar di sekitar PO. Untuk perawatan kliwonan, purnama, tilem serta hari-hari raya/suci Hindu, sesajinya kopi, teh dan air putih dilengkapi dengan kinangan dan rokok kretek yang dinyalakan. Doanya dengan bahasa sendiri.
    Semua bahasa doa harus diakhiri dengan angayubagya (rasa syukur) dan terima kasih serta mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan.
    Semoga tayangan ini berkenan dan bermanfaat. Terima kasih atas waktunya.
    Om Shanti Shanti Shanti Om 🙏🏼

Komentáře • 11

  • @maretapril3773
    @maretapril3773 Před rokem +4

    Inggih, leres/benar setiap rumah di Jawa pada masa lampau selalu ada sentong tengah yang digunakan sebagai sanggar pamujan (sebagai tempat berdoa/pemujaan biasa ditaruh sesaji, bunga, dupa atau kemenyan pada malam jum'at atau hari-hari tertentu termasuk hari raya). Dirumah ibu dan alm simbah saya rumahnya model begitu.
    Matur sembah nuwun sudah berkenan mengingatkan. Rahayu ingkang sami pinanggih.

  • @tempebongkrek5318
    @tempebongkrek5318 Před 4 měsíci

    Pak dewa Hindu Nusantara, jauh dari sifat kesukuan, toleransi tinggi dan paham Hindu yg sesungguhnya, lanjutkan misi visi pak, kami hadir 💪💪💪

  • @komingcok6220
    @komingcok6220 Před rokem +1

    Ini yg sangat tepat ajik antar Rahayu LAN panjang Yusa ajik astungkara

  • @nyomanmardayasa5256
    @nyomanmardayasa5256 Před 9 měsíci +2

    Mungkin ini lebih simpel dan lebih bisa berkembang

  • @dewisnu9168
    @dewisnu9168 Před 10 měsíci +1

    Ya benar sekali, bagi orang luar bali bila beragama hindu tidak harus sama seperti di Bali tapi beragama hindu dengan budaya masing-masing
    Makan dari itu,
    Bila ada orang Jawa yg masuk Hindu lebih baik di halaman rumah membuat Candi kecil dan pedayangan omah
    Sedangkan penduduk asli sumatra dan bhumi melayu, termasuk penduduk asli pesisir borneo klo ada yg masuk hindu maka cukup membuat "Rumah Spirit"/(Rumah"an kecil/miniatur rumah bisa berbentuk miniatur rumah adat setempat sebagai tempat bersemayam ista dewata) di pekarangan rumah sebagai tempat persembahyang(pamujaan) dan membuat rumah"an kecil lagi satu sebagai penungun karang/pedayangan omah
    Sedangkan umat hindu tradisi bali baru membuat sanggah merajan dan penungun karang di halaman rumahnya

  • @irawanseptiaji65
    @irawanseptiaji65 Před rokem +2

    🙏🙏❤

  • @luthfanardy
    @luthfanardy Před rokem +1

    Sangat setuju dengan apa yang diutarakan Ajik Dewa. Di jawa kuna, terutama di era medang, candi pun diklasifikasikan sebagai kadewaguruan(tempat belajar kerohanian/nyantrik), Candi Wanua(Candi untuk penduduk desa), dan Candi Negara(terletak di pusat pemerintahan). Selain candi, lingga yoni di jawa pada dasarnya sudah melambangkan trimurti dan tridevi, dimana bagian-bagian lingga terdapat brahma bhaga di dasarnya, wisnubhaga di tengahnya, dan siwabhaga di puncaknya.

  • @sujana5807
    @sujana5807 Před rokem +2

    Baru kemarin ketemu Beliau di Pura Aditya Rawamangun 🤗🤗

    • @gustiputu1491
      @gustiputu1491 Před rokem

      Pasti sangat senang ya, apalagi bisa bersalaman langsung.

  • @dewisnu9168
    @dewisnu9168 Před 9 měsíci +1

    Izin memberi saran, sesuai dengan ketentuan bahwa agama boleh sesama hindu tapi budaya tetap pada budaya lokal masing-masing dan tidak harus berbudaya bali semua
    Sehingga sudah benar bahwa sanggah/mrajan atau sanggar pamujaan hindu tradisi Jawa berbentuk Candi kecil, namun perlu juga membuat pelinggih tempat sembahyang berbentuk miniatur joglo atau rumah"an tradisional jawa dan didalamnya diisi patung sebagai tempat sembahyang
    Demikian menurut pandangan saya
    Terimakasih 🙏🙏😇😇👍👍👍

    • @renungandharma7571
      @renungandharma7571  Před 9 měsíci +1

      Silakan disimak video video tayangan kami sebelumnya dimana kami sudah paparkan disanà dan banyak terima kasih utk sarannya. Rahayu Rahayu Rahayu 🙏