Opini & Narasi Sejarah: Kepemimpinan Ki Sunda

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 6. 12. 2023
  • Istilah "Ki Sunda" merujuk kepada tokoh atau orang Sunda atau suku-bangsa Sunda di Jawa Barat. Sejak Indonesia merdeka pada 1945, hingga sekarang, belum ada Ki Sunda yang bisa menjadi pemimpin nomor 1 di Indonesia. Dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Indonesia, setelah suku-bangsa Jawa, Ki Sunda baru bisa menjadi Wakil Presiden dan/atau Menteri-menteri dalam kabinet pemerintahan di Indonesia. Hal ini menjadi keprihatinan dan bahan diskusi diantara orang-orang Sunda di Jawa Barat untuk mencari akar masalah, tantangan sekarang, dan harapan di masa depan bagi Ki Sunda agar bisa menjadi pemimpin utama di Indonesia.

Komentáře • 138

  • @user-cr1ml6lo1p
    @user-cr1ml6lo1p Před 7 měsíci +1

    Mendengarkan sejuk pak inget radio rri

  • @dinikurniawati2397
    @dinikurniawati2397 Před 7 měsíci +1

    Nama : Dini Kurniawati
    Kelas : 3B
    Analisis/Komentar:
    Menurut saya pada pembahasan mengenai Kepemimpinan Ki Sunda.. Sekitar abad ke 17/18 M, kerajaan Mataram Islam pernah mengalami beberapa peristiwa dan juga adanya tekanan dari eksternal yang menyebabkan terjadinya penyerahan sebagian wilayah termasuk tanah Priangan kepada VOC atau suatu perusahaan yang dibuat oleh Belanda. Pada kepemimpinan Sultan Agung dan Amangkurat II, terlibat dalam sejumlah perjanjian dengan VOC yang mengakibatkan pengurangan wilayah dan memberikan hak-hak istimewa kepada Belanda. Perjanjian-perjanjian ini, seperti Perjanjian Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757), menetapkan pembagian kekuasaan di Jawa. Ki Sunda merupakan sebutan untuk penguasa-penguasa lokal yang pada masa itu memerintah.
    Hingga hal tersebut pun mempengaruhi baik dalam sistem pemerintahan di Jawa Barat maupun di Indonesia sampai saat ini. Dan dampak yang masih terasa akibat campur tangannya VOC terhadap Ki Sunda ketika terjadinya eksploitasi ekonomi di Indonesia yang dapat merubah baik dalam sistem dan juga struktur nya. Dalam kepemimpinan Ki Sunda yang pada saat ini mulai bergeser terperangaruh akibat dari penguasa Barat (Belanda), hingga adanya ketidaksetaraan sosial maupun perekonomian dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Penguasa asing ini pun lebih mementingkan akan kekuasaan dan juga keuntungan dalam memerintahnya. Dari aspek-aspek ini kepemimpinan dan dinamika politik di Indonesia pun terpengaruh secara keseluruhan, dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang telah diterapkannya.

  • @user-cr1ml6lo1p
    @user-cr1ml6lo1p Před 7 měsíci

    Tetapi bahasa Sunda menjadi bahasa pemersatu dikantor kantor l. Memang benar pak karena sejarah jawabarat sang pemimpin yg menjadi panutan rujukan. Kembali menjadi rakyat demi persatuan dan persatuan negri .dalam cerita babad Pajajaran sangat masyhur. Walau masih simpang siur . Sy suka sekali pada pak Andi Suwirta yg selalu mengajarkan sejarah harus tepat. Dalam menempatkan ruang dan waktu. .❤

  • @mencobasaja8754
    @mencobasaja8754 Před 7 měsíci +3

    Muhamad Ihsan Ramadan Mulyana (2310196)
    alasan mengapa orang sunda jarang ada yang menjadi pemimpin tidak terlepas dari runtuhnya kerajaan Padjajaran yang menyebabkan orang sunda kehilangan model yang menjadi kiblat kepemimpinan nya sebaliknya alasan kenapa kebanyakan pemimpin berasal dari jawa karena selain watak orang jawa yang lebih berkerja keras juga model kepemimpinan mereka tidaklah hilang bersamaan dengan runtuhnya kerajaan mereka namun terus berlanjut. selain itu masyarakat sunda kerap menghindari konflik, disebabkan oleh nilai nilai budaya kaum sunda yang condong ke harmoni. sekian terimakasih 🙏

  • @fifinuralifiah2829
    @fifinuralifiah2829 Před 7 měsíci +2

    Fifi Nur Alifiah (2303666) Menurut saya pernyataan "Ana Amir, Anta Wazir" yang dinyatakan oleh Abu Bakar al-Shidiqq dapat diterjemahkan sebagai "Aku pemimpin, dan kamu wakil". Dalam Konteks ini Abu Bakar menyampaikan pesan bahwa dia pemimpin (Amir) dan orang lain (Wazir) yang memiliki peran sebagai wakil atau penasihat. Untuk menegaskan hubungan antara pemimpin dan warga sebagai bentuk kerjasama dan tanggung jawab sesama.
    Dan jika dihubungkan dengan Kepemimpinan Ki Sunda di Indonesia yang mengacu pada tradisi Kepemimpinan Jawa Barat ada beberapa kesamaan dengan penerapan Abu Bakar, Ki Sunda di kenal dengan bijaksana dan mempunyai prinsip saling gotong royong, kearifan lokal tinggi. Ada beberapa ciri khas Ki Sunda, masyarakat sunda memiliki bahasa sunda yg khas dan punya karakteristik sendiri, lalu mempunyai banyak seni tradisional, pakaian adat, dan kepercayaan ritual. Masyarakat sunda sendiri menjunjung nilai keharmonisan dan menjaga satu sama lain tanpa adanya konflik. Penting untuk mempertimbangkan perbedaan budaya, nilai masyarakat dan kebijakan pemerintahaan. Penerapan konsep "Ana Amir, Anta Wazir" dalam konteks Kepemimpinan indonesia harus memperhitungkan prinsip prinsip lainnya.

  • @poettt__
    @poettt__ Před 7 měsíci +1

    Nama: Putri Perwita Sari (2006247)
    Komentar singkat:
    Pada kesempatan kali ini, saya ingin memberikan komentar singkat terhadap video yang satu ini. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kepemimpinan ki sunda kurang menonjol sejak masa kemerdekaan, demikrasi liberal, dan demokrasi terpimpin (1945-1965)?
    Melihat dari segi fakta, memang Sunda adalah suku kedua dengan jumlah terbanyak setelah suku Jawa. Akan tetapi, jika menghubungkannya dengan sejarah, suku sunda sempat kehilangan sosok atau contoh figur tokoh pemimpin dari sunda, yaitu terakhir sejak prabu siliwangi. Berbeda dengan suku jawa yang masih bisa menyaksikan togo figur seorang pemimpin. Hal ini juga barangkali yang menjadi salah satu alasan mengapa tokoh-tokoh pemimpin nomor satu, seperti misalnya presiden masih berasal dari orang-orang bersuku Jawa. sedangkan dari suku sunda sendiri, belum ada pemimpin yang menjadi nomor satu, belum pernah menjadi seorang presiden. Orang dari suku sunda juga ada kecenderungan sangat ramah sehingga lebih mendahulukan orang lain dan menghindari konflik. Sebab-sebab seperti inilah kiranya menjadi beberapa alasan mengapa dari sejak masa kemerdekaan, demikrasi liberal, dan demokrasi terpimpin pemimpin-pemimpin dari suku sunda masih kurang menonjol.

  • @anisatrimajanti4462
    @anisatrimajanti4462 Před 7 měsíci +1

    Nama : Anisa Tri Majanti NIM 2103296 Menurut saya kenapa kepemimpinan Ki Sunda kurang menonjol pada masa orde baru ataupun reformasi. karena berkaca kebelakang hal ini dikaitkan dengan pernyataan dari Abu Bakar as-Shidiq mengenai "Ana Amir Anta Wazir" yang jika di terjemahkan adalah saya pemimpin, kamu wakil. Orang Sunda dalam pernyataan itu menjadi Wazir yaitu sebagai pembantu yang cakap dan pengabdi yang setia. Begitu juga Orang Sunda menjadikan politik untuk menghindari konflik, sehingga mungkin alasan inilah yang membuat orang sunda kurang menonjol. Mungkin hal yang bisa dilakukan oleh orang sunda untuk bisa lebih menampakan diri di masa yang akan datang baik itu dalam pemerintahan atau hal lainnya, harus bisa lebih berani untuk keluar dari zona nyaman, jangan terpaku kepada pegangan hidup yang sudah lama, dan berani untuk mengambil resiko.

  • @JoeGarciaT
    @JoeGarciaT Před 7 měsíci +1

    Nama : Joe Garcia Turnip
    Nim : 2101555
    Kelas : 5B
    Komentar Singkat :
    Mengapa hal itu bisa terjadi?
    Itu dikarenakan adanya perbedaan dalam politik masyarakat Sunda dengan yang pada awal telah berubah pandangan sejak zaman dahulu. Hal itu dilatar belakanginya juga dengan adanya nata pencaharian masyarakat yang cenderung ialah petani di sawah.
    Nah, dari hal inilah juga terbentuklah ciri masyarakat persawahan yakni mampu terkonsentrasi sehingga bisa disentralisasikan oleh satu kekuatan besar. Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat Sunda yang cenderung sebagai peladang.
    Dengan perbedaan kondisi sosial ini, yang menjadikan masyarakat Sunda lebih punya kekuatan yang bersifat lokal.
    Karena itulah, sampai sekarang juga representasi politik Sunda masih rendah secara nasional. Padahal, orang Sunda sendiri kecenderungannya lebih punya visi politik yang populis. Hanya saja, orientasinya lebih lokal dan tidak kosmopolitan.

  • @ernadewi6958
    @ernadewi6958 Před 7 měsíci +1

    Mendengar Narasi bapak saya baru tahu kalau suku Sunda itu tersendiri,selama ini saya beragapan kalau Sunda itu termasuk kedalaman suku Jawa, saya orang Sumatra Selatan jadi kurang begitu paham dengan mendengar Narasi dari bapak saya jadi banyak tau bagaimana tokoh tokoh Masyarakat Sunda yg terlibat di kancah politik.

  • @nevermindlim
    @nevermindlim Před 7 měsíci +1

    Muhammad Halim Ramadhan (2307212) izin menambahkan pendapat mengenai korelasi pernyataan anna amir anta wazir dengan kepemimpinan Ki Sunda di abad 21 ini. menurut saya pernyataan yang dikemukakan Umar bin Khattab ini sesuai dengan apa yang terjadi di masa sekarang yang dimana, orang orang sunda kerap kali menjadi wazir dan orang jawa lah yang menjadi amir. Tetapi jadi wazir nya orang sunda disini bukan tanpa alasan. Karena orang Sunda/Ki Sunda lebih memilih "mengabdi" dibandingkan harus memerintah. Ki Sunda lebih cenderung menopang dengan kontribusi-kontribusi nya sebagai wazir dari amir itu sendiri. Meskipun demikian orang Sunda/Ki Sunda masih memiliki potensi untuk menjadi amir dengan syarat mereka harus merubah pandangan mereka tentang kepemimpinan. Bahwa menghindari konflik dengan menjadi wazir memang baik tetapi tidak ada salahnya menonjolkan gaya kemimpinan dan menjadi amir.
    sekian dari saya mohon maaf bila ada kesalahan 🙏

  • @biharhadil8619
    @biharhadil8619 Před 7 měsíci +1

    Bihar Hadil Alam (2311772)
    Izin menambahkan, kepemimpinan seorang pemimpin itu berbeda-beda baik dalam hal ketika menangani masalah ataupun dalam kesehariannya. ki sunda yang sering dibilang menghindari konflik, merupakan salah satu karakter pemimpin yang menjadikan konflik itu bukan pilihannya atau bukan opsi yang dikedepankan, ki sunda lebih menekankan permusyawarahan dan perundingan ketika sedang menghadapi masalah, terlebih ki sunda juga di dorong dengan filosofi dan nilai-nilai kesundaan yang pada dasar atau prinsipnya gotong royong dan saling menghormati serta masyarakat sunda sangat menekankan pentingnya menjaga harmoni kehangatan sosial.
    Terimakasih

  • @rendirudiana275
    @rendirudiana275 Před 7 měsíci +1

    Sebelumnya terimakasih Pak atas sharing ilmunya, sungguh sangat menambah wawasan saya khususnya mengenai kepemimpinan orang sunda ... Dalam perspektif pemikiran saya, jujur saya pun pernah bertanya2 tentang hal ini .. Mengapa di Indonesia ini, kbanyakan sektor pemerintahan memang mayoritas dipegang oleh suku jawa ... Kalaupun ada dadi suku sunda, biasanya tidak menjadi mayoritas.. Apakah sisi historis pun mempengaruhi? Dimana ketika kita bercermin pada kerajaan2 besar dahulu, yang banyak bertahan lama dan langgeng adalah kerajaan dari jawa timur atau jawa tengah .. sedangkan kerajaan dari jawa barat yang terhitung besar dapat dihitung dengan tangan mungkin yang paling terkenal itu yaitu kerajaan Pajajaran dan itu pun tidak selama atau selanggeng kerajaan2 d jawa timur atau tengah .. Jika berandai2, mungkinkah jika saat itu kerajaan Pajajaran langgeng dan ada penerusnya dari masa ke masa akankah orang sunda pun memiliki kekuatan yang sama dengan orang jawa dalam hal memimpin negara ...
    Selain itu, apakah karakter orang sunda yang lembut, ramah dan selalu mengalah menjadi faktor penyebab juga bahwa kepemimpinan dari suku sunda tidak sekuat kepemimpinan suku jawa?
    Maaf jika salah, ini hanya perspektif pribadi saya .. Hatur nuhun, Pak 🙏

  • @wahyur1219
    @wahyur1219 Před 7 měsíci +1

    Nama : Wahyu Romansyah
    NIM : 2200351
    Kelas : 3b
    Pada abad ke-17/18M, pemerintahan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung. Penyerahan tanah Priangan kepada VOC Belanda terjadi karena faktor politik dan ekonomi. Sultan Agung menghadapi tekanan dari berbagai kekuatan, termasuk perselisihan internal dan ancaman dari VOC yang memiliki kekuatan militer dan sumber daya ekonomi yang besar. Demi menjaga stabilitas internal dan mengamankan wilayah lainnya, Sultan Agung mungkin menganggap penyerahan tanah Priangan sebagai suatu konsesi yang diperlukan.
    Akibatnya, pemerintahan Ki Sunda di Jawa Barat dan Indonesia secara keseluruhan mengalami perubahan besar. Penjajahan Belanda mempengaruhi sistem pemerintahan tradisional dan mengakibatkan perubahan ekonomi serta sosial yang signifikan. Hal ini menciptakan dasar bagi struktur pemerintahan kolonial dan pola ekonomi yang bertahan hingga masa kemerdekaan Indonesia. Penyerahan tanah Priangan menjadi bagian dari perjalanan sejarah kompleks yang membentuk panggung politik dan ekonomi di wilayah tersebut.

  • @salsakhairn
    @salsakhairn Před 7 měsíci +2

    Saya Salsa Khairunnisa dengan NIM 2304182 izin memberikan pernyataan terkait ucapan abu bakar terhadap masyarakat madinah mengenai kenapa "ana amir, anta wazir" bisa sesuai dengan kepemimpinan ki sunda pada abad 21.
    menurut saya bisa sesuai di karenakan kondisi posisi kepemimpinan tokoh tokoh penting di indonesia, khususnya yang bersuku sunda selalu menjadi wazir atau bisa di sebut pendamping. tokoh tokoh sunda ini sudah menerima dirinya sebagai wazir, bukan sebagai amir. wazir sendiri cenderung pembantu yang cakap dan juga pendamping yang setia. alasan mengapa ki sunda selalu menjadi wazir menurut saya di karenakan ki sunda kurang menonjolkan diri di banding yang lainnya. ki sunda ini cenderung cinta kedamaian dan suka mengalah dibanding dengan berkonflik dan juga untuk masalah kepemimpinanya, ki sunda lebih cenderung masih belum bisa memipin masyarakat dalam sekala nasional. dikarenakan sifatnya yang masih suka mengalah menghindari konflik.
    sekian dan terima kasih 🙏

  • @agusnugroho380
    @agusnugroho380 Před 7 měsíci +1

    mohon ijin komentar pak Andi,sudah saatnya orang Sunda harus berani untuk keluar dari rasa nyaman dalam dirinya sendiri yang selama ini di pegang teguh. harus mulai berani untuk bertindak sebagai Amir, mau untuk menjadi pemimpin yang memang harus kuat mental, tahan banting, tahan uji,berani untuk mengambil resiko dalam segala urusan atau masalah bahkan caci maki dan kritikan yang akan selalu di terima oleh ki Sunda . ketika menjadi "orang".ketika menjadi pemimpin atau penguasa, kita lihat orang jawa selalu berani untuk di depan karena semangat ing ngarso sung tulodho, berani ambil resiko. karena prinsip yang di pegang kuat adalah "urusane mburi" sehingga membuat kebanyakan orang jawa tidak takut pada siapapun, tidak takut bertindak dalam hal apapun walhasil kesempatan dalam bidang apapun akan di ambil selama dia punya kesempatan. tidak takut bertindak karena yang terpenting "Aku Iso" saya mampu keyakinan diri inilah yang selalu melekat dan di tanamkan di dada setiap anak keturunan jawa.. Alah bisa karena biasa..silahkan orang Sunda mulai berani bersikap seperti itu, hari ini juga berani unjuk gigi..terima kasih.

  • @hasanah1824
    @hasanah1824 Před 7 měsíci +1

    Nama Lengkap : Sari Hasanah
    NIM : 2005412
    Kelas : 7A
    Hasil Analisis :
    "Kepemimpinan Ki Sunda" merupakan opini terkait orang-orang dari suku Sunda yang menjadi pemimpin.
    Orang Sunda jarang menjadi pemimpin no satu di Indonesia. Seringnya hanya menjadi orang no 2. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan dari Abu Bakar as-Shidiq mengenai "Ana Amir Anta Wazir" yang jika di terjemahkan adalah saya pemimpin, kamu wakil. Orang Sunda dalam pernyataan itu menjadi Wazir yaitu sebagai pembantu yang cakap dan pengabdi yang setia.
    Ada pandangan bahwa orang Sunda menjadikan politik sebagai sarana untuk menghindari konflik dan tidak memunculkan diri. Pandangan ini bisa jadi menjadi alasan yang melandasi mengapa orang Sunda menjadi orang no. 2 dalam perpolitikan.
    Terima Kasih🙏🏻

  • @nurrohmanmuhamadsoleh5760
    @nurrohmanmuhamadsoleh5760 Před 7 měsíci +1

    Nama: Nurrohman Muhamad Soleh
    NIM: 2201316
    Kelas: 3B
    Analisis/komentar:
    Kerajaan Mataram Islam harus jatuh dan menyerahkan tanah Priangan kepada VOC pada abad ke-17M adanya konflik internal di tubuh kerajaan serta adanya intervensi VOC di Kerajaan Mataram yang dimulai pada masa pemerintahan Amangkurat I (1645-1677). Kemudian selain itu, penyebab jatuhnya kerajaan Mataram Islam ke tangan ke tangan VOC akibat Kesultanan Cirebon juga bersekongkol dengan VOC untuk merebut wilayah timur Priangan yang dikuasai Mataram Islam. Akibatnya setelah itu, Terjadi kekosongan di wilayah Priangan setelah melunturnya kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran di Jawa Barat. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepemimpinan lokal di priangan, yakni pemerintahan Ki Sunda. Pemerintahan Ki Sunda atau pemerintahan lokal di priangan mulai tergeser pengaruhnya oleh penguasa asing yang lebih mementingkan keuntungan dan kekuasaan.

  • @hasbialhadi117
    @hasbialhadi117 Před 7 měsíci +1

    Hasbi Al Hadi (2308454) izin menambahkan dalam pernyataan mengapa orang sunda di abad 21 M cenderung menjadi wazir dan bukan Amir.
    Beberapa faktor budaya, sejarah, dan politik mungkin mempengaruhi tren ini. Dalam budaya Sunda, nilai-nilai seperti kesopanan, kerendahan hati, dan kolaborasi sangat dihargai. Hal ini dapat mengarah pada preferensi untuk mengambil peran yang lebih kooperatif dan memberikan dukungan kepada pemimpin utama daripada menjadi pemimpin langsung.
    Di samping itu, politik dan dinamika sosial di masa kini juga dapat mempengaruhi preferensi orang Sunda. Beberapa individu mungkin lebih memilih peran wazir atau penasihat karena hal tersebut dapat memberikan pengaruh tanpa harus menanggung seluruh beban tanggung jawab sebagai pemimpin utama atau presiden.
    Beberapa nilai budaya Sunda, seperti kekeluargaan, kesopanan, dan kebersamaan, sering tercermin dalam pendekatan kepemimpinan mereka.
    Sekian pak🙏🙏

  • @andianursyaban9102
    @andianursyaban9102 Před 7 měsíci +1

    Saya Andia Nursyaban mohon izin untuk menjawa pertanyaan mengapa orang sunda ?
    karena Kepemimpinan dalam Sunda juga bersifat komunal. Semua kekuasaan harus bersifat tunggal-flural. Pemimpin kekuasaan itu berperan sebagai “isi” dan “wadahnya” adalah pelaksana kekuasaan. Hubungan pemimpin (pemilik) dan pelaksana ibarat “cangkang reujeung eusina”. Pemimpin dan stafnya itu satu kesatuan dari isi dan wadah. Isi kepemimpian memerlukan wadah-wadah yang sepadan dengan isi. Sebaliknya, jika isi kepemimpinan itu bersifat rendah tidak sepadan dengan wadah, maka pemimpin-pemimpin akan mudah ditinggalkan oleh wadah-wadah sebagai pengikutnya.
    dan juga menurut orang sunda dalam suatu organisasi itu tidak ada yang namanya seseorang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain dan juga masyarakat sunda lebih mengutamakan kesetaraan dalam berorganisasi dan orang sunda terkenal akan sifat yang ramah Karena karakternya yang lembut banyak orang berasumsi bahwa orang Sunda ‘kurang fight’, kurang berambisi dalam menggapai jabatan. Mereka mempunyai sifat ‘mengalah’ daripada harus bersaing dalam memperebutkan suatu jabatan. Tidak heran kalau dalam sejarah Indonesia, kurang sekali tokoh-tokoh Sunda yang menjadi pemimpin di tingkat Nasional dibandingkan dengan Orang Jawa.

  • @colonelvoronin1408
    @colonelvoronin1408 Před 7 měsíci +1

    Nama: Muhammad Fikri Manaf
    NIM/Kelas: 2307171/1A
    Komentar/Analisis:
    Gaya kepemimpinan Ki Sunda lebih mengarah kepada Wazir atau pembantu, dimana selalu menghindari konflik dan bersikap pasif, hal ini tidak terlepas dari sejarah dimana bangsa Sunda menyerahkan Bumi Priangan kepada Kerajaan Mataram atau Tanah Sunda kepada Belanda demi menghindari konflik, secara tidak sadar ini membentuk watak sebagai abdi atau pembantu (wazir) dan bukan seorang pemimpin atau amir. Watak ini perlu diubah menjadi seorang amir yang bijaksana tegas dan terampil demi keberlangsungan dan kemajuan bangsa Sunda.

  • @zahraisyakier1569
    @zahraisyakier1569 Před 7 měsíci +1

    Nama: Zahra
    NIM : 2107792
    Kelas : Pendidikan Sejarah-5B
    Izin memberikan tanggapan terkait gaya kepemimpinan Sunda sesuai dengan video tersebut. Menurut saya, kepemimpinan Ki Sunda kurang menonjol baik pada masa kemerdekaan hingga masa demokrasi terpimpin adalah tidak lain karena pegangan orang Sunda yang berupa perkataan Abu Bakar Ash-Shiddiq yakni "Anaa Amir, Anta Wazir" yang berarti 'Saya Pemimpin, kamu wakil'. Pernyataan tersebut menjadikan orang Sunda sebagai orang yang menarik diri menjadi seorang pemimpin dan memilih menjadi pengabdi setia atau pembantu pimpinan yang cakap. Padahal jika dilihat dari kenyataan di hari ini, orang Sunda bisa saja maju menjadi seorang pemimpin yang baik meskipun dengan beberapa resiko yang mungkin saja bisa terjadi.
    Sekian terimakasih.

  • @rehanaditya7625
    @rehanaditya7625 Před 7 měsíci +1

    Rehan Aditya (2305505) izin menambahkan dalam pernyataan kenapa kepemimpinan ki Sunda sering kali menghindari konflik, menurut analisi saya dalam beberapa sumber. Ki Sunda jarang terlibat dalam konflik, karena didorong oleh filosofi dan nilai-nilai yang membentuk kehidupan masyarakat Sunda. Kepemimpinan Ki Sunda bersandar pada prinsip saling menghormati, gotong-royong, dan kearifan lokal. Masyarakat Sunda menekankan pentingnya menjaga harmoni sosial, menghindari konfrontasi yang dapat mengganggu keseimbangan masyarakat. Keberagaman budaya dan toleransi di kalangan masyarakat Sunda juga turut berperan dalam menciptakan lingkungan sosial yang damai. Ki Sunda mengutamakan penyelesaian masalah melalui musyawarah dan perundingan, menjadikan konflik sebagai opsi yang jarang dipilih. Meski demikian, perlu diingat bahwa ini adalah gambaran umum, dan individualitas masyarakat atau pemimpin Ki Sunda dapat bervariasi.

    • @imanurmaftuhah6275
      @imanurmaftuhah6275 Před 7 měsíci

      Nama : Ima Nurmaftuhah
      Kelas : 5A
      NIM : 2109810
      1. Mengapa kepemimpinan Ki Sunda kurang menonjok pada masa orde baru dan reformasi?
      Jawaban : Berbeda dengan suku Jawa, orang Sunda kehilangan sosok panutan dalam kepemimpinan, selain itu orang Sunda juga sudah terbiasa dengan kedaulatan dari pihak luar contoh pada saat dikuasai Mataram Islam orang sunda tunduk begitupun ketika mataram Islam menyerahkan kekuasaan nya kepada VOC. Dalam segi karakter pun orang Sunda tidak menyukai, cenderung menghindari konflik sedangkan bagi orang sunda politik rawan konflik. Selain itu kepribadian orang Sunda juga yang jarang tampil atau ingin terlihat menonjol jadi salah satu faktor
      2. Bagaimana agar kepemimpinan Ki Sunda bisa menjadi nomor 1 di Indonesia pada masa yang akan datang?
      Jawaban : Dengan cara menunjukkan diri, kualitas diri dan sebuah gaya kepemimpinan yang baik. Punya ambisi juga untuk memimpin bukan hanya sebagai pendamping saja

  • @indrasugriyana5182
    @indrasugriyana5182 Před 7 měsíci

    Setuju kang ...
    Tapi bagaimana caranya untuk memunculkan Amir Amir yg lain ...
    Biasanya dalam pemerintahan apabila Amir berhalangan maka wajirlah yg kedepan...
    Pertanyaannya, apakah kisunda saat ini berani tampil kahareup ...
    Ulah kawas kuya wae cicing dijero cangkang ...
    Mohon maaf prof...😂😂😂

  • @Rena_andriana
    @Rena_andriana Před 7 měsíci

    Mohon ijin menjawab pertanyaan mengapa orang sunda kurang menonjol kepemimpinannya di Indonesia???
    Salah satu rujukan yang dapat diambil menyoal orang sunda yang kurang menonjolkan diri dalam meraih kekuasaan yaitu temuan dari seorang pakar, kritikus sastra dan pelopor kajian filsafat Indonesia Prof Jakob Sumardjo yang banyak menganalisis cerita2 pantun sunda.
    Misalnya, dalam panutan mundinglaya Dikusumah diceritakan ia lebih mempercayakan kekuasaannya kepada dua pengawal setianya yaitu Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Dalam setiap pengembaranya, Mundinglaya Dikusumah yang sebagai raja pajajaran lebih bersifat "diam dan pasif" namun tetap dihormati dan dipatuhi atas keputusannya. Yang lebih banyak "agresif dan aktif" adalah gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Gelap Nyawang merupakan sebagai pemikir dan pengatur strategi(eksekutif) sementara Kidang Pananjunh lebih banyak tampil di depan dalam menyelesaikan setiap persoalan,konflik, maupun permasalahan yang dihadapi oleh Mundinglaya Dikusumah.
    Menurut Jakob Sumardjo juga (2015) masyarakat sunda itu tidak mengenal kepemimpinan tunggal atau otoriter. Kekuasaan itu dibagi menjadi tiga yaitu pemilik mandat, pelaksana dan penjaga kekuasaan. pemilik kekuasaan itu bukan pemakai atau pelaksana kekuasaan, tetapi lebih kepada pemegang restu kekuasaan
    Kepemimpinan sunda juga bersifat komunal. Semua kekuasaan harus bersifat tunggal-flural. Pemimpin kekuasaan itu berperan sebagai "isi" dan "wadahnya" adalah pelaksana kekuasaan. Hubungan pemimpin(pemilik) dan pelaksana ibarat "cangkang reujeung eusina"
    Pemimpin dan stafnya itu satu kesatuan dari isi dan wadah. Isi kepemimpinan memerlukan wadah2 yang sepadan dengan isi. Sebaliknya jika isi kepemimpinan itu bersifat rendah tidak sepadan dengan wadah maka pemimpin2 akan mudah ditinggalkan oleh wadah2 sebagai pengikutnya
    Dari paparan diatas, bahwa orang sunda menganggap bahwa pemimpin (isi) itu sama halnya dengan pelaksana (wadah). Bagi orang sunda pemilik sejati kekuasaan adalah rakyat itu sendiri. Bagi masyarakat sunda, dapat menghantarkan (siapa saja, meskipun berbeda suku, ras kepercayaan dan golongan) untuk menjadi pemimpin(presiden) sama halnya dengan memiliki kekuasaan. Dan inilah kiranya sebab orang sunda dalam berpolitik itu kurang menonjol diri. Berpolitik bagi orang sunda hanya sebatas partisipan saja. Bagi orang sunda berpartisipasi dalam politik juga sama halnya dengan memiliki suara kekuasaan.
    Melihat kenyataan diatas, jalan panjang masih harus ditempuh orang sunda untuk menjadi pemimpin nomor 1 di Indonesia meskipun tetap dihantui oleh pola pikir kebudayaannya.