4 HIKMAH DARI KISAH PENYEMBELIHAN ISMAIL 'alaihissallam | Kajian Tematik

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 9. 06. 2023
  • 4 HIKMAH DARI KISAH PENYEMBELIHAN ISMAIL 'alaihissallam
    Kajian Tematik

Komentáře • 13

  • @elvirawidyatiofficial6247

    Bismillah
    Alhamdulillah
    Semoga Ustadzuna dan team dilindungi Allah.
    Jazakumullahu khairan atas ilmu yang disampaikan.
    Baarakallahu fiikum

  • @yuhanbinyunan
    @yuhanbinyunan Před rokem

    Alchamdulillāh syukran jazākumullahu khayran Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan team hafidhzakumullāhu ta'āla

  • @hashfifathulhakim5173

    Sejuk, penuh hikmah mendalam, Baarakallaahu fiik Ustadz nuzul wa Jazaakallaah ahsanal jazaa'...

  • @muklissodikin4851
    @muklissodikin4851 Před rokem

    Barakallahu fikum ustadziy, semoga Allah merahmati keluarga beliau. Aamiin.

  • @ryudi6627
    @ryudi6627 Před rokem

    ~ ust. Nuzul Dzikri
    (Semoga senantiasa dijaga kesehatannya)

  • @nursapitri7113
    @nursapitri7113 Před rokem

    Bismillah .alhamdulilah .syukron wa jazakumullah khairan atas ilmu nya ustadz wa yubarakallah fikum .

  • @Rahma.Herman
    @Rahma.Herman Před rokem +3

    Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat
    الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
    *"Segala puji hanya milik Allah, yang dengan segala nikmat-Nya, segala kebaikan menjadi sempurna."*
    (Alhamdulillah, Allah ﷻ masih memberi nikmat usia, iman, kesempatan mempelajari ilmu Allah Tabaaraka wa Ta'ala dan hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ dan kembali mempertemukan kita di majelis ilmu yang semoga Allah berkahi)
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    [Allaahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an, wa a’uudzu bika min ‘ilmin laa yanfa’.]
    *"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat."*
    اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا
    [Allahumma 'allimna ma yanfau'naa wanf’anaa bimaa 'allamtanaa]
    *"Ya Allah, ajarkan kami ilmu yang bermanfaat dan berikanlah manfaat dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami."* Ya Rabbal'Aalamiin.
    Semoga Allah ﷻ melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada (Al-Imam Muhammad bin Ibrahim bin Sa'dullah bin Jama'ah bin Ali bin Jama'ah bin Hazim bin Shakhr al-Maliki al-Kinany, Badruddin Ibnu Jama'ah Abu Abdillah atau biasa di kenal dengan nama) Al-Imam Ibnu Jama'ah al-Kinany Asy-Syafi'i Rahimahullahu Ta'ala, keluarga beliau, orang-orang yang beliau cintai, guru-guru, dan ulama-ulama yang lain dan semoga Allah ﷻ juga melimpahkan rahmat-Nya dan memberkahi waktu Ustadz Muhammad Nuzul Dzikriحفظه الله تعالى beserta keluarga, orang-orang yang ustadz cintai, guru-guru, serta seluruh umat muslim di manapun berada. Aamiin yaa Rabbal'Aalamiin.
    Jazaakumullahu khairan untuk Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله تعالى, dan Keluarga Besar Muhajir Project atas taufiq dari Allah ﷻ sudah berusaha bekerja keras istiqamah support kajian Tadzkiratus Saami' wal mutakalim Fii Adabil Alim Wal Muta'alim (Adab Penuntut Ilmu dan Adab Para Ahli Ilmu.) Semoga Allah ﷻ menerima amal shalih ustadz beserta Keluarga Besar Muhajir Project. Memampukan kalian untuk istiqamah dalam ketaatan, dan membalasnya dengan kebaikan di dunia dan akhirat.
    Pelajaran tentang bersyukur ini memang layak diangkat pada setiap kajian, nasihat dari ibunda kecintaan kita 'Aisyah Radhiyallahu'Anha mengatakan "Sesungguhnya kalian itu lalai dalam mengamalkan sebaik-baik ibadah.."
    Jazaakumullahu khairan untuk ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله تعالى atas pengulangan pesan karena dalam pengulangan ada manfaatnya untuk diingatkan terus, diingatkan terus, diingatkan terus (mengevaluasi diri ini yang seringkali melakukan kelalaian, perbanyak istighfar dan semoga Allah mudahkan untuk mengingat Allah Tabaaraka wa Ta'ala) saya dan kita semua sangat butuh akan hal ini.
    Pembelajaran yang SANGAT berharga dan sangat MERUGI jika kita MELEWATINYA begitu saja. Dan yang paling penting MENUMBUHKAN KEIMANAN, bertumbuh, tinggi dan sehat.. Yakinlah kepada Allah! Allah angkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
    👤: "Kisah yang sangat fenomenal, kisah yang melahirkan ibadah yang sangat luar biasa yang bernama ibadah...Qurban. Kisah dari keluarga yang paling luar biasa, keluarga terbaik di dunia. Cukuplah keluarga ini adalah keluarga terbaik di dunia bahwa Nabi kita Muhammad ﷺ itu keturunan keluarga ini dan bagian dari keluarga ini. Siapa lagi kalau bukan keluarga Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, keluarga yang fenomenal, keluarga yang terbaik, maka ga heran sampai detik ini kita diperintahkan oleh Rabb kita untuk mendo'akan keluarga tersebut.
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
    [Allaahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shallaita 'alaa ibraahiim, wa 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidun majiid. Allaahumma baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarakta 'alaa ibraahiim, wa 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidun majiid]
    (Artinya: *"Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.")*
    (Muttafaqun ‘alaih)
    Shalawat Ibrahimiyyah, shalawat yang sangat luar biasa, dan semoga Allah senantiasa memuji Nabi Ibrahim 'Alaihissalam di hadapan malaikat-malaikat-Nya dan memberikan kedudukan yang tinggi pada keturunannya yang shalih. Aamiin ya Rabbal'Aalamiin.
    🤍 رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
    [robbi hab lii minash-shoolihiin]
    *"Wahai Rabbku, berikanlah aku (anugerahkanlah kepadaku) keturunan yang shalih (atau yang berasal dari bagian orang-orang shalih)."*
    (QS. As-Saffat 37: Ayat 100)
    Itu permintaan Nabi Ibrahim 'Alaihissallam.
    Coba kita renungkan; *Sudahkah kita meminta do'a ini? Ketika kita berusaha punya anak? Dan benarkah ke shalihan menjadi tolak ukur?*
    Nabi Ibrahim itu bapaknya Bani Israil. Bani Israil nasabnya sampai ke Nabi Ibrahim dan kita tahu Bani Israil adalah Bangsa yang sangat cerdas dan genius.. Nabi Ibrahim adalah manusia yang sangat genius, lihat apa yang diminta; Apakah beliau meminta "Ya Allah, berikanlah aku anak yang pintar." Walaupun pintar itu penting, pintar itu penting. "Ya Allah, berikanlah aku anak yang lucu." Walaupun lucu juga penting, asal profesional, tapi Nabi Ibrahim ga minta itu.
    رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
    [robbi hab lii minash-shoolihiin]
    *"Ya Allah, anugerahkan aku anak yang shalih."*
    Itu yang diminta orang yang sangat super genius, justru beliau di ayat ini ga minta ke-genius-an tapi minta ke-shalih-an.
    Apa arti ke-genius-an kalau tidak shalih? Tapi sebaliknya seorang itu shalih ga genius.. Insyaa Allah surga. Sudahkah kita benar-benar meyakini hal tersebut dan itu yang menjadi standard kita dalam memilih pasangan misalnya, lalu keturunan, dari dalam do'a kita, atau kita udah punya kita perjuangkan ke-shalih-an anak kita.
    Itu menunjukkan kecerdasan kita dalam hidup.
    🤍 Kata Allah ﷻ
    فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٍ
    [fa basysyarnaahu bighulaamin haliim]
    *"Maka Kami beri kabar gembira dengan seorang anak yang (haliim/memiliki sifat hillam)."*
    (QS. As-Saffat 37: Ayat 101)
    Dijelaskan sebagian ulama hillam itu adalah sebuah sifat yang menggabungkan beberapa unsur. Pemikiran yang jernih, Akhlak mulia, dan Rahmah.
    🤍 Haliim = Hillam;
    1. Pemikiran yang jernih (yang tajam, punya ide-ide yang bagus, gagasan yang original, matang, cara berpikirnya itu jauh-dalam- matang)
    2. Akhlak yang mulia
    3. Rahmah (Punya kasih sayang ke makhluk). Ini Penting.
    Gimana caranya anak kita punya *sudut pandang yang tajam* (jernih, kreatif punya ide-ide yang original, lalu punya visi, tajam ke depan, dan ga ngawur, matang dan punya pijakan ilmiah yang kuat ga keluar dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah Nabi ﷺ dengan pemahaman yang benar, pemahaman dari ﷺ dan sahabat, cara berpikirnya tuh pondasinya kuat, dibangun diatas dasar ilmiah, idenya banyak, kreatif, kedepan. Nah itu Hillam.
    Terus *akhlaknya baik* (ga petantang-petenteng, ga nyebelin, ga arogan, ga sombong, tawadhu
    gitu lho), Terus *Rahmah ke makhluk* (sayang sama orang, mulai dari keluarga; sayang sama kakaknya, sayang sama adeknya, sayang sama yang lain).
    ❓Pelajaran bagi kita-kita nih yang mengaku dan berusaha mengikuti sunnah Nabi ﷺ, khususnya setelah hijrah. Sudahkah kita memiliki sifat ini? Karena kan ini sifat dimiliki oleh semua para Nabi, kata para ulama.
    ❓Tanya diri kita, kita sudah bertaubat, sudah berusaha berubah berapa lama? Nah, semenjak start hijrah misalnya sampai detik ini, sudah sejauh mana punya cara berpikir kritis? Punya visi dalam hidup? Punya kreativitas? Punya kematangan berpikir?? Betul butuh proses tapi harusnya ada kemajuan dong?! Dari awal kita belajar, terus akan tumbuh, tentu saja mungkin sekarang belum di puncak kita, kita masih banyak yang muda-muda, namun ada kemajuan ga??? Seluruh para Nabi punya sifat ini kata para ulama, ini sifatnya para Nabi dan kita berusaha mengikuti sunnah Nabi ﷺ yang terbaik. Sunnah Nabi yang terbaik, Nabi Muhammad ﷺ..
    • Sematang apa cara berpikir kita?
    • Sedalam apa perhitungan kita?
    • Setenang apa kita dalam melihat sebuah masalah?
    • Dan bagaimana akhlak kita? Apakah kita menjadi pribadi yang arogan yang merendahkan orang lain dan mengganggap orang lain rendah?
    • Dan sesayang apa kita dengan makhluk-makhluk Allah ﷻ?
    • Apakah justru kita menjadi pribadi yang arogan yang merendahkan orang lain, dan menganggap orang lain rendah, yang tidak satu dijatuhkan, atau kita punya sikap rahmah (sifat ramah, sifat kasih sayang dengan makhluk-makhluk Allah ﷻ)?!
    *Ini kisah yang selalu diangkat setiap tahun pada saat Idul Adha. Tapi sejauh mana kita meresapi kisah ini?*

    • @Rahma.Herman
      @Rahma.Herman Před rokem +1

      *Orang-orang beriman yang berusaha mengikuti Nabi ﷺ harus berupaya memiliki 3 sifat ini;*
      *Punya Pandangan yang kokoh*
      (ilmiah, dalam, matang, jauh ke depan, kreatif, inovatif, dan punya keotentikan keoriginalan yang kuat dibidangnya masing-masing), dan *diwaktu yang sama punya akhlak yang baik dan sayang sama makhluk-makhluk Allah ﷻ.*
      🤍 Bayangkan kalau orang-orang yang ngaji punya 3 sifat ini, betapa indahnya Agama
      kita ditengah-tengah masyarakat.. Skill full tapi diwaktu yang sama punya adab punya akhlak dan pengennya tuh nyebar kebaikan aja sama orang gitu, sayang aja sama orang gitu dan skill full (Pandanganya tajam, tahu ini-tahu ini, dan sisi ilmiahnya kuat).
      Itu yang kita inginkan dan jangan sampai kita jadi fitnah di masyarakat. Jangan sampai kita dalam arti dari satu sisi menyuarakan sunnah Nabi ﷺ tapi disisi yang lain kita tidak mencerminkan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Rasulullah ﷺ, kita ga punya skill sama sekali, pandanganya pendek, dan ga berusaha untuk menajamkan pandangan tersebut, ga menajamkan untuk punya skill dalam suatu bidang, ga punya upaya untuk memiliki paradigma berpikir yang ilmiah, ga berusaha untuk menambah wawasan dan menambah pemahaman yang dalam dan pandangan yang tajam. Terus yang ke dua, kita ga punya akhlak di masyarakat (kalau ngomong kotor, kasar, arogan, terus suka ngomongin orang, hasad di antara kita, lalu ga bagus kalau bermuamalat mengecewakan, tidak sesuai dengan akad, lalu ada bohong, hutang ga bayar, kalau dikasih amanat khianat) tapi kalau bicara sunnah Nabi ﷺ. Memang sunnah Nabi itu yha?
      Lalu ga sayang sama orang, pengennya ngejatuhin orang, mentalnya itu memandang orang tuh rendah dibawah dia, dia lebih bertakwa, dan senang dengan kejatuhan orang, ga pengen ngebantu dan seterusnya.
      Adapun kemampuan, kita punya kemampuan terbatas tapi harus punya spirit itu!
      *"Sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di atas langit Allah akan menyayangi kalian.."*
      الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
      [Al jaza' min jinsil 'amal]
      *"Balasan sesuai dengan jenis (amal) perbuatan.."*
      Menghormati Dihormati
      Menyayangi Disayangi
      Allahuakbar!! Renungan yang selayaknya kita camkan. Semoga Allah memberikan pemahaman yang benar untuk kita, bisa kita resapi ilmu yang kita pelajari, bukan hanya kita pahami, tapi kita resapi di dalam hati dan bisa kita amalkan di dalam kehidupan sehari-hari.
      Subhanallah. Sungguh pemuda/pria yang cukup bikin penasaran. Seriously. Saya kurang bergaul lebih jauuuh sampai belum terdengar sosok pria berkarisma tersebut. Diincar akhwat *Dari Mana* Saja! Maasyaa Allah. Bisa dari luar pulau jugak, bahkan luar negeri?! Beuh. Ngeriii.
      Sahabat, usil tanya ke saya, "kok elu gak daftar (kirim cv) ke dia?" Bunda pun "mustinya di kasih hadiah tuh, nanti kita bisa lihat siapa dia? Hahha." Sahabat adek berkata "Jangan-jangan beliau anak wibu? Eh.." Adek saya menimpali "Tapi kalau mau halu jangan terlalu tinggi." Saya jawab "Subhanallah, baru pulang kajian ngomongnya gini?" Dia "Astagfirullah.. gaaa, ini hanya terbesit aja, kasian." Subhanallah.
      Maasyaa Allah, mas/bang/aa yang bertanya Jazaakallahu Khairan sudah bertanya pada saat itu, karena ada banyak mutiara hikmah dari jawaban yang disampaikan.
      Alhamdulillah, ada sebuah tulisan dari seorang guru semoga dapat menyadarkan kita *apakah kita sudah layak menikah atau belum?*
      Ingat, menikah itu mudah banget! Yang sulit adalah mempertahankan pernikahan tersebut.. Sulit bukan berarti mustahil/gak mungkin. Namun kita harus sadari itu semua butuh proses! Belajar...belajar...belajar... punya ilmu jadi suami/istri, punya ilmu jadi ayah/ibu.
      Jangan menganggap ini remeh, pria dan wanita dewasa sejatinya menghargai segala sesuatu!!
      Ustadz pernah menyampaikan juga,
      👤: *"Camkan baik-baik tentang masalah pernikahan. Ini perjuangan, ini pertempuran, ini tantangan terbesar dalam hidup, ga bisa kita mengandalkan ijazah SMA kita, ijazah S1 kita, ijazah S2 kita, ijazah S3 kita, surga tidak murah, surga tidak gratis, kalau surga saja tidak gratis, bagaimana cinta kita, kita bawa sampai ke surga? Jadi membawa diri sendiri saja ke surga itu mahal, apalagi bawa istri?! Lalu kita masuk ke dunia tanpa persiapan sama sekali? Ga ada belajar sama sekali? Hanya mengatasnamakan cinta, hadirin... itu talbis iblis!! Itu tipu daya iblis, ngga bisa, harus belajar.*
      *Pernikahan itu perjuangan dan berjuanglah dengan ilmu. Karena nikah butuh ilmu."*
      *Coba Cek, Anda Pria Dewasa atau Bayi Tua?*
      Seseorang dianggap dewasa secara biologis ketika sudah melewati masa pubertas dan matang secara seksual yang memungkinkan dia untuk bereproduksi dan memiliki keturunan. Dewasa secara hukum di negara kita adalah ketika seseorang mencapai usia 17 tahun, di mana dia dianggap sebagi sebuah entitas yang independen, memiliki KTP, berhak untuk bekerja, untuk menikah, dan untuk ikut serta dalam pemilu. Seseorang juga biasanya dianggap dewasa ketika sudah menikah, tapi di jaman modern ini, di mana anak mami juga sudah bisa nikah, maka pernikahan tidak lagi menjadi standar kedewasaan yang baku.
      Tentu saja kita semua mengerti, bahwa *kedewasaan bukan hanya soal biologis, legalitas dan pernikahan, tapi juga tentang kematangan emosional dan karakter seseorang. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar, dan bersikap dalam berinteraksi dengan dunianya serta orang lain.* Lalu bagaimana caranya mengukur kedewasaan emosional seseorang?
      Coba lihat kisah yang terjadi di sekitar kita sekarang. *Kedewasaan dalam diri seorang pria sudah menjadi sebuah unsur yang sangat teramat langka.* Pria dewasa yang matang adalah spesies langka di jaman sekarang, coba saja tanya pada para wanita bila Anda tidak percaya.
      *Itu sebabnya banyak wanita lebih tertarik pada pria yang jauh lebih tua,* itu sebabnya Anda banyak melihat wanita muda cantik rela menjalin hubungan dengan pria beristri, karena citra kedewasaan yang terpancar dari mereka. Meskipun pria tersebut belum tentu juga memiliki kedewasaan emosional, tapi paling tidak, menjalin hubungan dengan *pria yang TERLIHAT dewasa* terasa lebih nyaman bagi wanita, dibanding dengan pria sebaya yang sibuk menyembah-nyembah di kaki mereka.
      Begitu banyak permasalahan hubungan romansa yang saya dengar, baik itu dari teman, klien konsultasi, maupun sekedar dengar sana-sini, berakar dari ketidakdewasaan sang pria. Ketidakmampuan sang pria untuk bertanggung jawab, mengambil keputusan, menerima konsekuensi, dan mengatasi konflik, berujung menjadi masalah serius yang membawa penderitaan dan kesedihan: hamil di luar nikah, MBA (Married By Accident - nikah terpaksa karena hamil), aborsi, perceraian, kekerasan dan penganiayaan dalam hubungan, dan sebagainya.
      Kebanyakan pria jaman sekarang adalah bocah-bocah egois kekanakkan, hampir tidak ada bedanya dengan anak kecil kecuali pada jenggot dan rambut-rambut lainnya. Pria-pria egois anak mami yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, memiliki emosi yang tidak stabil, suka ngambek, pencemburu, posesif, ngarep kronis, selalu nurut pada orang tua (walau itu hal negatif), dan yang terparah, bersikap kasar dan memakai kekerasan terhadap wanita untuk mengatasi konflik. Persis seperti seorang bocah cilik yang suka ngambek dan hobi menjahati anak lain yang lebih lemah daripadanya. Saya melihat ini sebagai sebuah permasalahan sosial yang serius.
      Pertumbuhan dan kemajuan ekonomi membuat generasi kita tidak perlu lagi mengalami keterpaksaan untuk hidup mandiri seperti ayah-ayah kita dulu. Begitu lahir, segala sesuatunya sudah tersedia. Makanan, tempat tinggal, edukasi, dan uang jajan, adalah hal-hal yang langsung kita miliki. Hal-hal yang pada jaman dulu adalah sebuah kemewahan sudah menjadi hal yang normal dan wajar. Ditambah lagi dengan orang tua kita yang ingin memastikan anaknya selalu terpelihara tanpa kekurangan suatu apapun, membuat mereka enggan untuk melepas anaknya untuk hidup mandiri. Tanpa disadari, hal ini membuat pria-pria menjadi anak mami yang manja.
      Dewasa ini kita bisa melihat di sekeliling kita, pria-pria yang bahkan di usia di atas 30 tahun masih tinggal dengan orang tuanya dan bergantung secara emosional pada orang tuanya. Khususnya, sang ibu tercinta. Makan masih dimasakin mama, pergi larut malam masih dicariin mama, segala keputusan besar harus dengan persetujuan mama, masalah pasangan pun harus sesuai kriteria yang mama inginkan. Jujur saja, tinggal bersama orang tua memang nyaman tapi *ketika Anda tidak bisa mengurus diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri, Anda tidak akan pernah bisa menjadi seorang pria dewasa seutuhnya.*
      Ini adalah standar ukuran kedewasaan yang sederhana dan simple sekali:
      • Apakah Anda sudah mengurus diri Anda sendiri, merawat diri Anda sendiri? Karena bila Anda belum bisa mengurus diri sendiri, Anda tidak akan mungkin bisa mengurus orang lain.
      • Apakah Anda sudah mengambil keputusan sendiri atau masih diputuskan oleh orang lain? Karena bila Anda belum bisa memutuskan untuk diri sendiri, Anda tidak akan bisa memutuskan untuk orang lain.
      • Apakah Anda sudah mampu menangani emosi Anda sendiri? Bila orang-orang di sekitar Anda perlu melakukan sesuatu agar Anda bisa menahan emosi, Anda sebenarnya adalah bayi tua.
      • Apakah Anda sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang hidup Anda? Misalnya, apa visi hidup Anda?
      • Apakah Anda susah mampu memberi diri Anda kebebasan? Apakah Anda mampu menghormati kebebasan orang lain?
      • Apakah Anda mencari pasangan untuk berbagi kebahagiaan, atau untuk menggantikan ibu merawat diri Anda?
      Dari pertanyaan-pertanyaan ini, Anda bisa berangkat dan melihat pola yang jelas sekali. Apakah itu kedewasaan dan sudah sampai sejauh mana Anda mencapainya.

  • @elvirawidyatiofficial6247

    Bismillah
    Pening.... Na'am
    Pilihan Allah adalah yang terbaik.
    Yang paling enak yang Allah takdirkan.
    Dan kita merespon dengan ridho.
    Sesuai dengan kebutuhan.

  • @idaasyidah9196
    @idaasyidah9196 Před rokem

    BaarakAllahu fiikum

  • @dzikristore528
    @dzikristore528 Před rokem

    Masyallah

  • @qurotulaeni7042
    @qurotulaeni7042 Před rokem

    Bismillah, Syukron ustadz (guru)atas ilmunya, Masya Allah, laa Haula walaa quwwata Illa billah...

  • @dzikristore528
    @dzikristore528 Před rokem +3

    Subhanallah