ritual mandi anak desa umin,sintang part 1

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 12. 05. 2016
  • Desa Umin, terletak kurang lebih 45 km dari pusat kota Sintang Kalimantan Barat. Penduduk Desa Umin menyebut dirinya Orang Dayak Desa. Sejarah Orang Dayak Uminkarena masyarakat yang pindah dan bermukim di sekitar sungai Umin. Ada beberapa rumpun atau kelompok Orang Umin. Umin Ngelay, Umin Letang, dan Umin Dewan tinggal di daerah perhuluan sungai.
    Selain berladang, salah satu keahlian sebagian warga desa Umin adalah membuat kain tenun. Penenun di Umin sebagian besar adalah kaum ibu-ibu. Itu dilakukan mereka di setelah pulang dari ladang, atau waktu senggang lainnya. Kegiatan menenun menjadi salah satu ciri khas kaum perempuan di desa Umin. Suasana gembira, sambil bersenda gurau menjadi selingan di sela-sela menenun. Saat itulah ibu-ibu saling berbagi kisah dan cerita dengan warga yang lain.
    Desa Umin termasuk dalam wilayah kecamatan Deday, Kabupaten Sintang. Orang dayak Desa, di Umin memiliki berbagai acara adat, salah satunya adalah gawai dayak, atau pesta syukur dalam panen. Pesta Gawai sering disebut Keramai dalam bahasa dayak Desa. Dalam pesta gawai ini ada upacara adat yaitu ngemaik anak ke sungai, atau mandikan anak ke sungai. Upacara ini menjadi bentuk syukur terhadap panen, dan memohon keselamatan untuk keluarga kepada alam sekitar.
    Sebelum rangakaian upacara adat mandikan anak ke sungai dilakukan adat upacara adat Pekejang. Pekejang dilakukan setiap upacara mandikan anak, motong gigi, motong rambut. Pekejang diisi dengan membacakan Kana secara bersahutan antara tamu undangan dari desa sekitar dan tuan rumah. Maksud dari bekana adalah saling memberi dan menerima dengan sebaik-baiknya, dan apa adanya. Tidak membedakan yang kaya dan yang miskin, karena mereka satu keluarga. Satu keluarga yang berkumpul untuk keselamatan anak yang hendak dimandikan. Dalam Bekana, maksud dan tujuan Kana disimbolkan dengan berbagai hal. Dalam Kana ini disimbolkan sebuah kapal yang datang dari Jawa, atau dari jauh yang membawa barang berupa bram ( tuak). Setelah menerima Tuak tersebut disembelih babi atau ayam yang darahnya ditampung di sebuah mangkok dan dimaterai. Ada juga piring yang jumlahnya lima atau tujuh buah. Mangkok dalam Pekejang disimbolkan sebagai tanda anak yang akan dimandikan diharapkan dapat bersatu, bergaul dengan orang lain kelak kemudian hari. Ada juga simbol burung Kenyalang (burung khas pul;au Kalimantan) yang dimaksudkan harapan semangat anak yang tinggi, sesuai dengan burung kenyalang yang suka terbang tinggi. Hidup anak diharapkan senang, murah rejeki, tidak sakit-sakitan, dan hidupnya tetap kaya. Dimana si anak pergi merantau dia tidak susah mencari rejeki. Untuk mewujudkannya disimbolkan dengan semua yang hadir meminum Bram, memberi rejeki untuk anak dengan melalui satu mangkok yang memrpersatukan semua. Minum Bram juga dimaksudkan menghindarkan dari marabahaya, penyakit, sial atau hal buruk. Bram yang terbuat dari padi yang tetap tumbuh walaupun cuaca panas dan dingin. Semua tamu atau keluarga diharapkan dengan kebersamaan dan menghindari perselisihan.

Komentáře • 9