MANA LEBIH DULU ARAK ATAU BEREM DALAM TETABUHAN

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 9. 01. 2024
  • • MANA LEBIH DULU ARAK A...
    MANA LEBIH DULU ARAK ATAU BEREM DALAM TETABUHAN
    #MengapaMenggunakanArakBerem
    #CaraMenggunakanArakBeremDalamTetabuhan
    #ArakBeremSimbolPengeringkesAksara
    Penggunaan sarana arak dan berem acapkali ditemukan dalam yadnya Hindu, khususnya di Bali. Penggunaan arak dan berem hampir dilakukan pada panca yadnya, pada lima kategori upacara Hindu, yaitu: Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra Yadnya, Manusia Yadnya, dan Butha Yadnya. Penggunaan arak berem juga digunakan pada persembahan sehari-hari sebagai tetabuhan. Tetabuhan terinspirasi dari konsep kelahiran dan kematian dalam ajaran Tantra, sebagai wujud penyatuan diri pada purusa (kejiwaan) dan prakerti atau pradana (kebendaan) atau di dalam aksara suci disimbolkan dengan AH kara (purusa) dan ANG kara (pradana). Demikian mulianya konsep itu, lalu bagaimana aturan ketika hendak menggunakan sarana arak dan berem sebagai tetabuhan ? Penggunaan arak dan berem dalam tetabuhan termasuk Yantra dalam Sad Prakerti, bertujuan sebagai implementasi Bhakti dalam bentuk tindakan. Dalam Hindu ditentukan etika, bagi mereka yang tidak memiliki wewenang untuk memimpin upacara, maka mereka tidak menggunakan puja atau mantera untuk menghadirkan Tuhan dalam berbagai manifestasinya yang acapkali disebut dengan Utpeti (menghadirkan, kelahiran), Stiti (menstanakan, memelihara), dan Pralina (mengembalikan). Sejalan dengan itu, maka bagi mereka yang awam, tidak memiliki wewenang dapat menghadirkan dan sebaliknya mengembalikan dengan sarana arak dan berem sebagai simbol sebagaimana tersirat dalam sastra Rwi Bhineda, yakni dari Ongkara menjadi Rwa Bhineda dan dari Rwa Bhineda menjadi Tri Aksara. Arak berem adalah simbol maskulin dan feminism atau panas dan dingin. Sensasi dari keduanya (arak dan berem) berbeda. Arak kalau diminum efek dan sensasinya di tenggorokan serta dada panas, tetapi di perut arak dingin. Oleh karena itu, arak yang di luar tampak panas, namun di perut terasa dingin. Sifat ini dianalogikan sebagai sifat purusa. Sebaliknya, berem akan terasa dingin dan manis di luar saat diminum, namun akan terasa panas di perut, oleh karena itu sensasi ini diumpamakan sebagai prakerti (pradana). Arak dan berem adalah symbol Purusa dan Prakerti atau di dalam sastra sebagai simbol Dwi Aksara, yaitu Ah dan Ang yang terlahir dari Eka Aksara Ong kara. Dari Dwi Aksara (Ah Kara dan Ang kara itu kemudian menghasilkan Tri Aksara (Ang, Ung, Mang) yang berfungsi sebagai Utpeti, Stiti, dan Pralina. Menurut lontar Smara Kriddha Laksana “pertemuan kama petak (Sukla) dan kama bang (swanita) akan melahirkan putra yang selalu berhasil dalam hidupnya nanti”. Selanjutnya di dalam lontar Anggastyaprana juga disebutkan pertemuan kama petak dengan kama bang disebut Sang Ajursulung, sampai akhirnya pertemuan tersebut membentuk Zigot/DNA yang dibutuhkan untuk menjadi seorang bayi. Sedangkan pertemuan Akasa dengan Pertiwi melalui hujan karena dengan turunnya air hujan akan mampu menumbuhkan tanaman di Pertiwi. Seperti inilah yang digambarkan dalam amajinasi keimanan ketika menggunakan sarana arak dan berem. Tuhan dalam manifestasinya sebagai Utpti yang selanjutnya dipuja maupun dipralina dihaturkan segehan Stiti, dan kemudian di Somya atau dikembalikan atau dipralina agar dunia tetap harmonis. Lalu bagaimana cara metetabuhan? Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan tetabuhan arak berem itu dicampur dalam satu wadah (mungkin dengan alasan efisiensi, efektif, dan mudah), sehingga hal seperti itu tidak baik kalau dimaknai sebagai implementasi konsep Rwa Bhineda. Oleh karena itu, pisahkanlah antara botol arak dan berem. Cara menghaturkannya: Utpti, memiliki makna memohon kehadapan Tuhan dengan pengastawa Dwija Mantra seperti Ang-Ah yang disembolkan dengan menggunakan BEREM (Ang kara) duluan kemudian dilanjutkan dengan ARAK (Ah Kara). Pada saat (ngadegang atau menstanakan) Tuhan dalam emajinasi, seolah-oleh telah duduk dalam stana-Nya, maka pada saat melakukan persembahyangan atau menghaturkan suguhan kepada-Nya beserta seluruh manifestasinya. Pada saat proses Pralina (mengembalikan, ngantukang), menghaturkan doa agar beliau berkenan kembali ke tempat masing-masing karena pemujaan telah usai. Selanjutnya tetabuhan dilakukan lagi dengan urutan ARAK terlebih dahulu sebagai (Ah), kemudian dilanjutkan dengan BEREM yang diidentikan dengan proses pralina.
    Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak Yudha Triguna Channel pada CZcams.
    Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
    czcams.com/channels/B5R.html
    Facebook: yudhatriguna
    Instagram: / yudhatrigunachannel
    Website: www.yudhatriguna.com

Komentáře • 48