APA DI BALIK BARONG Vs RANGDA

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 7. 02. 2023
  • • APA DI BALIK BARONG Vs...
    APA DI BALIK BARONG Vs RANGDA
    #Barong
    #BanaspatiRaja
    #KebaikanVsKeburukan
    Dalam masyarakat Bali dikenal istilah Barong dan Rangda, dua perwujudan dari kebajikan berhadapan dengan keburukan. Barong melambangkan aspek maskulin, sedangkan rangda lekat dengan aspek feminim. Dalam mitologinya, barong diyakini sebagai raja roh yang identik dengan kebajikan, sementara rangda yang dikaitkan dengan arti katanya janda dalam Bahasa Jawa diidentifikasi sebagai janda perempuan yang memiliki kesaktian. Berbagai sebutan diberikan kepada Barong maupun Rangda. Barong kadang disebut dengan Jero Gede, Ratu Mas, Dewa Gede dan sebagainya. Sedangkan Rangda juga sering disebutkan dengan Ratu Ayu dan sebutan lainnya. Keduanya bersifat dualitas, sebagai dua hal yang berbeda, namun selalu aka nada dan malahan saling membutuhkan. Keduanya saling berkompetisi, kontestasi, dan bermusuhan, tetapi karena keduanya pula dinamika hidup ini terjadi. Dalam teks babad I Barong Kalung dan babad I barong patpat, menyebutkan Barong itu pemurtian dari Ida Dalem Segara dan pemurtian Sang Hyang Banas Pati Raja. Atas dasar itu, di Bali dikenal setidaknya empat jenis barong, yaitu: 1) barong Ket; 2) Barong Bangkal; 3) Barong Macan dan; 4) Barong Asepak. Dari teks itu dapat disimpulkan bahwa Barong dan Rangda itu dapat dimaknai dan difungsikan melalui dua simbol, yaitu pertama bahwa barong itu difungsikan sebagai petapakan Ida Bhatara. Ketika manusia ingin mendekatkan diri dengan Ida Bhatara, maka Barong dan Rangda itu difungsikan sebagai media. Ketika kita menyebutkan Ida Bhatara Dalem yang bersifat nirgunam tanpa bentuk, maka bukan barong atau rangda itu beliau, melainkan hanyalah petapakan beliau, sehingga dalam doa dan seapun disebutkan “pakulun Ida Bhatara Tapakan Dalem Sakti”. Fungsi kedua dari Barong dan Rangda itu adalah sebagai pemurtian, bahwa Istadewata itu dapat berubah wujud. Konsep barong dan rangda sebagai pemurtian inilah yang menyebabkan adanya beragam bentuk barong, misalnya ada barong gajah, barong bangkal, barong macan, barong bangkung, barong naga, barong asu dan sebagainya. Ketika Ida Bhatara Durga memurti berwujud Durga murti, maka Rangda inilah yang paling tepat untuk menggambarkan Durga murti itu atau manifestasi fisikal dari Durga murti. Lalu pertanyaan berikutnya, jika Rangda itu symbol feminism, mengapa yang menarikan Rangda kebanyakan laki-laki ? Hal ini sesungguhnya lebih bersifat teknis dan wiraga, sebabnya menarikan sosok Rangda (terlebih lagi saat ditusuk) sungguh sangat membutuhkan kesiapan fisik yang prima. Teknis lainnya, barangkali Wanita yang selalu mendapatkan tamu bulanan, dapat menghambat pelaksanaan peran itu, sementara peran itu telah ditetapkan secara sacral yang tidak mudah digantikan oleh setiap orang. Lalu mengapa sosok Rangda yang juga merupakan symbol Tuhan ditusuk (ditebek), hal ini berkaitan dengan konsep pemurtian, bahwa saat itu Rangda merupakan perwujudan dan atau pemurtian jahat sehingga harus diperangi. Ini lebih kepada simbolisasi bahwa hidup ini dinamis dan senantiasa berada pada tarikan baik dan buruk. Manusia senantiasa berusaha untuk memilih jalan-jalan kebaikan, dan karena itu segala bentuk kejahatan harus dilawan dan dikalahkan.
    Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada CZcams, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
    Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
    czcams.com/channels/B5R.html
    Facebook: yudhatriguna
    Instagram: / yudhatrigunachannel
    Website: www.yudhatriguna.com

Komentáře • 60