ADA APA DENGAN PURNAMA DAN TILEM

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 20. 09. 2022
  • • ADA APA DENGAN PURNAMA...
    ADA APA DENGAN PURNAMA DAN TILEM
    #BulanPurnama
    #BulanGepapDisebutTilem
    #BerkiblatKepadaAlam
    Purnama adalah saat bulan penuh dan Tilem saat bulan gelap. Keduanya diyakini sebagai hari suci tentang kesadaran ruang dan waktu (kala). Siklus perputaran Purnama dan Tilem terjadi setiap 30 hari sekali, berdasarkan kalender peredaran bulan dan bumi mengelilingi matahari. Dari bulan Purnama menuju Tilem lamanya 15 hari sekali disebut Panglong (Kresnapaksa) dihitung mulai panglong 1, 2, 3 hingga Panglong 14. Panglong ke 15 adalah Tilem. Dari hari Tilem hingga purnama disebut Penanggal, mulai penangal 1 (apisan), 2, 3, hingga pinanggal 14 disebut Purwaning Tilem, sementara Pinanggal 15 disebut Purnama. Perhitunagn penanggal dan panglong sangat penting di dalam menentukan subha dewasa. Terjadinya Purnama dan Tilem akibat perputaran Bumi dan Bulan mengelilingi Matahari (Surya). Bumi bersama-sama bulan mengelilig matahari melahirkan sasih (Kasa, Karo, Katiga, Kapat dst). Upacara-upacara yang berhubungan dengan Dewa mencari Purnama dan yang berhubungan dengan Bhuta, Pitra Yadnya mencari Tilem. Planet-planet tersebut mempunyai pengaruh terhadap musim, siang-malam, air pasang-surut, dan juga karakter manusia. Pemujaan Purnama dan Tilem tergolong nitya karma karena keutamaan hari Purnama dan Tilem. Purnama dan Tilem sebagai manifestasi dari Sang Hyang Rwa Bhineda: Surya dan Chandra. Dalam Sundarigama (Upada Sastra, 1991:11) dinyatakan “Dan ada pula hari sesucen terhadap Sang Hyang Rwa Bhineda, yakni Sang Hyang Surya dan sang Hyang Ratih, itulah yang disebut Purnama dan hari Tilem. Hari Purnama Sang Hyang Wulan yang beryoga, demikian pula hari Tilem Sang Hyang Suryalah yang beryoga. Demikianlah bagi para sulinggih dan setiap umat (yang beragama Hindu), patutlah melakukan penyucian diri dengan menghaturkan wewangian, canang biasa yang dipersembahkan kepada para dewa, dan dengan sarana air suci, serta bunga serba harum". Secara singkat: Pada hari Purnama atau saat bulan penuh (Sukla Paksa) tersebut memuja Ida Sang Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Candra dan Sang Hyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan dan untuk memohon cahaya suci, kesempurnaan, berkah dan karunia. Sedangkan pada hari suci Tilem (Krsna Paksa) memuja Sang Hyang Surya, karena pada saat tersebutlah diyakini Hyang Surya ber-yoga semadi, pada saat tersebut merupakan waktu yang tepat untuk melakukan penyucian diri, melebur segala kotoran (mala) yang terdapat pada diri manusia. Penyucian Tri Kaya (manah, wak dan kaya) sehingga menjadi parisuddha. Umat Hindu Bali sangat meyakini kesucian Purnama Tilem ini, apalagi saat purnama sering dikatakan hari baik (dewasa ayu) ketika datangnya bertepatan dengan pelaksanaan piodalan ataupun perayaan upacara agama tertentu, seperti pada saat Galungan jika bertepatan dengan datangnya bulan Purnama, maka dikatakan Galungan Nadi; pada saat Tilem disebut Galungan Naramangsa. Namun demikian, tidak setiap datangnya Purnama tersebut dikatakan dewasa ayu ini akan tergantung pertemuan hari purnama dengan perhitungan wariga, seperti saat Kajeng Kliwon di hari Sabtu bertepatan dengan Purnama, maka hari tersebut disebut Hari Berek Tawukan, pada saat tersebut dilarang menggelar upacara apapun, bahkan sang wiku tidak boleh melaksanakan puja mantra pada saat tersebut. Jika Purnama nemu Kala Paksa tidak boleh melaksanakan upacara yadnya, karena disebut sebagai “hari gamia” (jagat letuh); pada hari ini sang wiku tidak boleh memuja (menurut Lontar Purwana Tatwa Wariga). Sumber di atas juga menyebutkan bahwa Sang Hyang Siwa Nirmala (Sang Hyang Gumawang) yang ber-yoga pada hari Purnama untuk memberikan anugerah kesucian dan kerahayuan (Sang Hyang Maceling) kepada seisi dunia dan Hyang Siwa mengutus para dewa dan apsari turun ke ke dunia untuk menyaksikan persembahan umat manusia. Pada saat Chandra Graha (gerhana bulan), menurut lontar Sundarigama para pendeta di-iring oleh umat patut melaksanakan pemujaan menghaturkan agar matahari kembali normal. Hal yang sama dilakukan pada saat Surya Grahana. Dalam pustaka Lebu Guntur dan Sundarigama menyatakan bahwa saat purnama selayaknya umat Hindu melaksanakan “Mahening Adnyana”, menyucikan diri dan melakukan persembahyangan wangi canang yasa, serta melakukan tirtha gocara”. Dalam Slokantara, Sloka 17 (2)) disebutkan "Dana yang diberikan di bulan purnama atau di bulan bulan mati itu menyebabkan sepuluh kali kebaikan yang diberikan, jika waktu gerhana bulan atau gerhana matahari, membawa pahala seratus kali,…]. Inilah landasan sastra pentingnya Purnama dan Tilem di kalangan Hindu.
    Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada CZcams, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
    Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
    czcams.com/channels/B5R.html
    Facebook:
    yudhatriguna
    Instagram:
    / yudhatrigunachannel
    Website:
    www.yudhatriguna.com

Komentáře • 43