Kepemimpinan Waras: Sadar Diri & Sadar Emosi

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 5. 09. 2024
  • Menjadi seorang pemimpin adalah hal yang biasa. Menjadi pemimpin yang waras apalagi di tengah tekanan adalah luar biasa. Melalui sesi ini, Narasumber akan membahas pentingnya kesadaran diri dan emosi dalam kepemimpinan, memahami dampak emosi dan metode yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan dan tekanan dengan bijaksana.
    Pembicara: Jeriel Charis ST, MM (Cert. Trainer & Coach Maxwell Leadership, Direktur FAME Consultant)
    Unduh modul-modul berikut untuk mendukung pembelajaran Anda:
    1. bit.ly/ceritas...
    2. bit.ly/modulke...
    3. bit.ly/modul30...
    4. bit.ly/modul3h...
    5. bit.ly/modulad...
    LIKE & SUBSCRIBE kanal CZcams @REFOIndonesia dan dapatkan informasi terbaru tentang Google for Education dan strategi pembelajaran terkini.
    Ikuti juga:
    FB: @REFO Indonesia
    IG: @refoindonesia
    Twitter: @refoindonesia

Komentáře • 5

  • @rosmaidadamanik4548
    @rosmaidadamanik4548 Před měsícem

    Romaida menyimak

  • @wardiahwardiah7597
    @wardiahwardiah7597 Před měsícem

    Wardiah hadir

  • @jerielcharis
    @jerielcharis Před měsícem

    Hi.. ijin menjawab pertanyaan dari chat kemarin,
    Alexander Sihite : sadar emosi seperti apa ukurannya ya? ketika ada rasa kesel, jengkel dibuatkan oleh siswa ke kita, bagaimana mempraktikkan sadar diri dan sadar emosi menghadapi situasi itu?
    Jeriel: Menurut saya ukuran Sadar Emosi adalah ketika kita bisa mengenali emosi yang timbul, menerima kehadiran emosi tersebut tanpa perlu merubahnya. Cukup diamati, cukup diterima.
    Sadar Diri buat saya adalah menyadari pikiran, perasaan yang timbul dan secara sadar memilih respon yang dilakukan. Harapannya respon tersebut sesuai nilai luhur kita.
    Contoh: Guru menyadari perasaan kesal, jengkel, bahkan marah terhadap perilaku siswa yang “ngeyel”. Guru bisa menerima perasaan itu, tanpa perlu mengubahnya atau merasionalisasikannya. Bagi saya, ini adalah contoh sadar emosi.
    Sadar diri adalah ketika guru tersebut memilih untuk tidak mendebat dan membentak siswa di depan umum karena emosi. Melainkan guru tersebut menenangkan diri, dan setelahnya mengajak siswa tersebut bercakap-cakap untuk memahami sudut pandang siswa itu. Pilihan itu didasarkan pada nilai luhur guru tersebut, misalnya menghargai, mengenal dan mengembangkan siswa.
    Semoga memperjelas

  • @sriyani8206
    @sriyani8206 Před měsícem

    Malam coach terlambat nih

  • @jerielcharis
    @jerielcharis Před měsícem

    Ijin menjawab pertanyaan dari chat
    Kurnia Astiani:
    - Akhir2 ini sering insecure dengan perkembangan teknologi coach
    - Dispute itu apakah berbaik sangka
    Jawab: menurut saya, kita bisa mulai dengan menerima perasaan yang ada.
    Lalu kita coba terapkan ABCD ya Bu.
    Adversity (Tantangan): Insecure dengan perkembangan teknologi
    Belief (Keyakinan yang muncul):
    - Saya gaptek
    - Saya gak bisa bersaing dengan anak muda/teknologi/AI
    - Saya kurang pintar, susah adaptasi
    Consequence (Perasaan & Perilaku): Cemas akan masa depan; Murung
    Dispute (Kritisi keyakinan tadi)
    - Apakah saya menilai diri saya dengan fair?
    - Adakah contoh dimana saya bisa beradaptasi dengan beragam teknologi?
    - Apakah saya hanya memperhatikan sisi buruknya? Apa sisi baiknya teknologi yang justru bisa membantu saya?
    - Apa kekuatan saya yang bisa diperkuat dengan bantuan teknologi?
    Setelah melakukan langkah D, kita bisa melihat bahwa belum tentu penilaian kita fair. Bahkan, kita bisa mulai melakukan sesuatu, misalnya: memaksimalkan kekuatan kita dengan bantuan teknologi. Semoga membantu