Jangan Membandingkan Hidupmu dengan Orang Lain - Sonny Abi Kim | Inner Game #6

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 6. 03. 2024
  • 🔻INNER GAME SERIES #6
    Salah satu hambatan besar seseorang untuk bertumbuh adalah sikap suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
    Mungkin ada saatnya kita berada di satu titik kehidupan yang membandingkan diri dengan pencapaian orang, sahabat, keluarga, dan lain sebagainya.
    Lalu bagaimana kita menyikapi mentalitas membanding-bandingkan ini?
    Mari kita simak video berikut.
    Keep in touch!
    Follow di IG
    / sonnyabikim
    Join Channel Telegram
    t.me/sonnyabikim

Komentáře • 19

  • @fannyangelia62
    @fannyangelia62 Před 3 měsíci +7

    1. Mental membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain (comparison to others) ini adalah hambatan diri yang berbahaya. Seringkali ini membuat kita tidak bertumbuh. Ketika orang lain maju, kita merasa insecure. Ketika orang lain bisa, kita jadi down. Ketika orang lain sukses kita merasa iri. Ini adalah masalah. Hidup itu bukan tentang perlombaan. Saling berhebat-hebat dalam urusan dunia. Tugas kita itu berkarya, bukan membuat orang lain terkesan. Kita mungkin akan mengalami suatu titik atau suatu moment dimana kita membandingkan diri kita dengan pencapaian teman, keluarga, atau orang lain. Sehingga kita berpikir bahwa hidup ini adalah sebuah pertandingan yang harus saling berlomba untuk mencapai garis finish. Setiap orang terus belomba-lomba sehingga akhirnya stres, karena tidak mampu bertahan untuk mencapai tujuan. Padahal hidup itu bukan seperti lomba balap lari. Pemenangnya itu bukan yang tercepat. Yang kalah juga bukan yang gagal masuk garis finish. Bukan seperti itu konsep kehidupan. Tidak ada istiahnya saling mendahului, karena setiap kita itu punya zona waktu yang berbeda-beda. Ada orang-orang yang sampai di titik tertentu pada usia 40 tahun. Ada orang yang di usia 16 tahun sudah sampai di satu titik.
    2. Setiap kita punya porsi gagal dan berhasilnya masing-masing. Bahkan nabi pun punya zona waktu yang berbeda-beda. Nabi Nuh a.s. ratusan tahun berdakwah. Nabi Musa a.s. puluhan tahun berdakwah. Nabi Muhammad ﷺ 23 tahun berdakwah. Jadi kebiasaan membanding-bandingkan ini berbahaya. Kebiasaan ini seringkali dipicu oleh mental perlombaan yang tidak tepat. Apalagi yang seringkali kita sandingkan itu adalah berlomba dalam urusan keduniaan. Dalam urusan harta, keduniaan, anak, karier. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa punya jiwa kompetitif itu adalah hal yang positif. Karena dengan ini kita akan terus mengalami kemajuan dan terhindar dari stagnasi. Tetapi memandang hidup sebagai sebuah perlombaan itu tidak sepenuhnya tepat, bahkan bisa berdampak tidak baik. Kita akan kehilangan kemampuan untuk bisa menikmati pertumbuhan diri. Bagaimana kita bisa memandang hidup sebagai perlombaan, kalau medan juang kita berbeda-beda. Kalau kita atlit olah raga sepeda, maka tidak bisa disebut sebuah perlombaan, kalau lintasannya berbeda. Contoh: Yang satu berada di dalam stadion, dan yang satu lagi di luar stadion. Maka ini tidak bisa dibandingkan. Demikian juga dengan hidup.
    3. Semua orang itu punya medannya masing-masing. Apa-apa yang terjadi dalam hidup kita, belum tentu terjadi dalam hidup orang lain. Begitu pula sebaliknya. Medan juangnya berbeda, tujuannya juga berbeda. Garis besar tujuannya mungkin sama, yaitu beribadah kepada Allah. Kita ingin kehidupan yang penuh kebahagiaan. Tetapi pintu surga itu ada banyak. Inilah diantara hikmahnya ada banyak amal sholeh. Jalan dan wasilah ibadah itu sangat luas dan beragam. Ada orang yang jalan surganya lewat harta. Ada orang yang jalan surganya dengan membangun keluarga yang harmonis. Jadi setiap kita punya jalan dan wasilah perjuangan yang berbeda-beda.
    4. Kalaupun kita ingin berlomba, maka berlombalah dengan diri sendiri. Tidak memandang hidup sebagai sebuah perlombaan bukan berarti jiwa kompetitif kita itu tidak penting. Tetapi berlombalah dengan diri kita sendiri. Benchmark-nya itu diri kita sendiri. Pastikan hari ini kita lebih baik dari hari kemarin. Saat kita fokus mengembangkan diri, nanti dengan sendirinya hidup kita akan berkembang sebagaimana bunga yang mekar. Kita harus bisa memetakan yang dimaksud dengan fastabiqul khairat. Apa yang dimaksud dengan wa ta'aawanụ 'alal-birri wat-taqwaa.
    5. Berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Kebaikan itu dalam bahasa Arab punya beberapa sebutan. Al-khair itu kata para ahli bahasa adalah kebaikan yang bersifat pribadi bukan komunitas (community). Jadi al-khair itu lebih kepada tazkiyatun nafs, ibadah-ibadah personal. Arti fastabiqul khairat itu kita berlomba dengan diri kita. Pastikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, walaupun hanya 1%, its OK. Yang perlu kita pastikan bahwa setiap hari itu lebih baik. Tidak boleh sama, apalagi lebih buruk. Jangan sampai kita masuk ke dalam golongan orang yang merugi atau celaka. Kebaikan yang bersifat umum (community), itu istilahnya adalah al-birru. Dalam konteks ini kita bukan bersaing, tetapi saling membantu, bersinergi dalam harmoni. Wa ta'aawanụ 'alal-birri wat-taqwaa.
    6. Kesimpulannya untuk personal kita harus berlomba untuk lebih baik dari diri kita. Tetapi dengan orang lain kita harus saling melengkapi, saling menolong, bukan berlomba, apalagi kalau ini dalam kebaikan. Kita bisa menjadi lebih baik (greater), tanpa meniadakan atau melumpuhkan yang lain. Kita fokus menjadi master, bukan menjadi performer. Ini adalah mental yang sangat penting. Harusnya kita punya mental mastery bukan performer. Orang yang punya mental mastery, maka dia akan menempa dirinya. Tidak ada urusan dengan perbandingan dengan orang lain. Fokusnya adalah bagaimana dirinya bisa lebih baik dari hari ke hari. Kalau performer itu dia melakukan sesuatu untuk menunjukkan kepada orang lain. Ini membuat dada kita merasa sempit. Hal ini terjadi di dalam inner game kita. Saat kita bisa memaknai dengan tepat kehidupan kita, maka itu akan melapangkan dada. Saat kita punya sudut pandang yang tepat, maka akhirnya kita akan melihat hidup ini bukan tentang menang atau kalah.
    7. Orang yang bisa menikmati hidup justru karyanya akan menjadi karya yang terbaik. Untuk bisa menghasilkan karya yang terbaik itu butuh unsur yang namanya enjoyment. Bagaimana kita bisa menikmati hidup ini kalau kita banyak cemas dengan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Kebiasaan membanding-bandingkan ini berbahaya. Memandang hidup sebagai sebuah perlombaan itu tidak sepenuhnya tepat dan bahkan bisa berdampak tidak baik. Saat kita fokus menempa diri, maka kita akan fokus dan menikmati proses penempaan itu. Pada akhirnya karya yang kita persembahkan menjadi karya yang terbaik. Selamat menempuh perjalanan mengolah batin dan mengenal diri.

    Semoga bermanfaat. Mohon maaf dan juga mohon koreksi jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum. Barakallahu fikum.

    • @fannyangelia62
      @fannyangelia62 Před 3 měsíci +1

      Resume Sharing Ustadz Sonny Abi Kim lainnya dapat disimak di link berikut ini: career-coach-fanny.blogspot.com/search/label/Ustadz%20Sonny%20Abi%20Kim

  • @dedijuandi3421
    @dedijuandi3421 Před 26 dny +1

    Alhamdulillah sehat sukses berkah berlompah

  • @syariftwenifo
    @syariftwenifo Před dnem

    MasyaAllah. Pas kali muncul di beranda. Mungkin kode Allah.
    Relate kondisi saat ini 🙏🏻

  • @jefritaufik7715
    @jefritaufik7715 Před 4 měsíci +2

    Mashaa Allah, Barakallah Fiikum wasilah ilmunya Ustadz Sonny

  • @azikhaindrajaya3910
    @azikhaindrajaya3910 Před 4 měsíci +1

    Bukan kita yg membandingkan tapi orang lain yang hobby membandingkan hidup kita dengan diri mereka .

  • @riarestiani_
    @riarestiani_ Před 4 měsíci +3

    Sepakat..jazakallah ustadz

  • @nisailma523
    @nisailma523 Před 4 měsíci +3

    Mantap sekali ilmunya ustadz Soni...
    Jazakillah Khairan Katsiran

  • @ayulatief4831
    @ayulatief4831 Před 4 měsíci +4

    Terimakasih ilmunya pagi ini mas Sony barakallah

  • @TheMMYII
    @TheMMYII Před 4 měsíci +4

    Pak bahas mengenai kebingungan keyakinan dalam memilih suatu hal "menghadapi diri yang plin plan" bingung dalam menetapkan suatu hal

  • @resimarnis7657
    @resimarnis7657 Před 4 měsíci +1

    Masyaallah tabarakallah.jazaakallahu Khoir ustadz.

  • @RisalJaya-rs7qn
    @RisalJaya-rs7qn Před 4 měsíci +2

    MasyaAllah, terimakasih ustadz 🙏🙏

  • @dwiundianti2218
    @dwiundianti2218 Před 4 měsíci +1

    Mw Syaa Alloh syukron Ustadz

  • @ilmaye5759
    @ilmaye5759 Před 4 měsíci +1

    Alhamdulillah, sangat relate🙏

  • @SriWahyuni-yq5jw
    @SriWahyuni-yq5jw Před 4 měsíci +1

    Terima kasih

  • @SUMIYATYNINGSIH
    @SUMIYATYNINGSIH Před 3 měsíci

    Trimakasih, ilmunya

  • @ummushofwan8453
    @ummushofwan8453 Před 12 dny

    Gmn kl kata khoir dlm suroh al imron 104

  • @user-if7rt6jo9s
    @user-if7rt6jo9s Před 4 měsíci +1

    Janggut dan jidatnya keren bang , pasti abang rajin ibadah nya ya ? 👍👍👍👍

  • @anty479
    @anty479 Před měsícem

    Adakah yang punya referensi buku ttg ini?