Tidak boleh mencela Israel karena ia nama Nabi Ya'qub ?

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 8. 09. 2024

Komentáře • 14

  • @rianfebrianumbara2917
    @rianfebrianumbara2917 Před 10 měsíci +2

    Setidaknya ada dua alasan untuk tidak menyebut mereka Israel.
    1. Mereka sangat senang dan semakin besar kepala jika dipanggil dengan nama mulia Israel. Jadi jangan panggil mereka dengan nama itu untuk menghinakan mereka.
    2. Mereka menamai negara ilegal mereka dengan nama Israel. Maka bentuk pengingkaran kita akan keberadaan negara ilegal itu adalah dengan tidak mengakui adanya negara itu, bahkan nama negara itu pun jangan diakui. Jika kita menyebut mereka Israel, itu berarti kita mengamini adanya negara bernama Israel.

  • @DaiillalKhair
    @DaiillalKhair Před 10 měsíci +2

    Beda pembahasan bang, ini makar Yahudi agar Yahudi tidak dicela tapi Nabi Ya'qub
    Orang-orang Yahudi telah banyak melakukan makar-makar yang besar di mana mereka menjadikan hak mereka sebagai hak yang syar’i di dalam menegakkan sebuah negeri di jantung negeri kaum muslimin atas nama warisan dari Ibrohim dan Israel!
    Mereka telah membuat makar yang besar dengan menamakan negeri Zionis mereka dengan nama negeri Israel!
    Tipudaya mereka ini telah merasuk ke dalam tubuh kaum muslimin -tidaklah saya katakan pada orang-orang awam saja bahkan pada banyak dari kalangan terpelajar-, jadilah kaum muslimin menyebut-nyebut negeri Israel bahkan nama Israel di dalam berita-berita mereka, di dalam koran-koran mereka, di dalam majalah-majalah mereka, dan di dalam pembicaraan-pembicaraan mereka, sama saja dalam konteks berita biasa atau dalam konteks mencerca, mencela dan bahkan melaknat. Semua ini terjadi di tengah-tengah kaum muslimin dan yang sangat disayangkan tidak pernah kami dengar seorang pun mengingkarinya!

  • @rifanmuazin
    @rifanmuazin Před 10 měsíci

    Iya ini, Aku dengar sejak 20 tahun lalu.

  • @user-ks9qt4zc7k
    @user-ks9qt4zc7k Před 10 měsíci

    saya mungkin orng awan tapi yang satu saya yakini kbnarn dan kerasulan nabi tidak pernah berbohong meskipun ada yang menista kan dan menyamakan..

  • @fajaribnuramadhani7921
    @fajaribnuramadhani7921 Před 9 měsíci

    Inilah bahaya nya jika orang tampil bukan pada kapasitas nya. Membuat konten seakan ahli 'ilmu yg mashyur.. Semoga Allah memberikan kita hidayah diatas islam yg haq.

  • @DaiillalKhair
    @DaiillalKhair Před 9 měsíci

    Jarh kalau dikitab kan itu ada bin fulan, Al-fulan
    *Tidak jarh khusus ke nama Muhammad, dan nama para nabi*, shahih?

  • @DaiillalKhair
    @DaiillalKhair Před 10 měsíci

    Kalau kita mencela ISRAEL, apa Yahudi merasa terhina? Wallahul mus'taan

  • @saidattamimi9763
    @saidattamimi9763 Před 9 měsíci

    Saya kira ustadz ini sok pinter, mudah sekali membantah fatwa Masyayikh, kalau mau bandingkan dengan fatwa Syaikh lain. Setelah itu perbandingan tidak apple to apple, yang satu nama orang, dan mungkin tidak ada nama lain, ini adalah mereka memilih nama negara, yang sebetulnya tidak berhak mereka menggunakan nama mulai tersebut untuk mereka gunakan, karena itu sebagian Masyayikh mengajak kaum muslimin agar tidak mengikuti mereka demi memuliakan nabi Allah subhanahu wa ta'ala, Allahu a'lam

    • @muhammadarif6075
      @muhammadarif6075 Před 9 měsíci

      Sungguh sangat lancang, dia BERBICARA melebihi ulama KIBAR

  • @DaiillalKhair
    @DaiillalKhair Před 10 měsíci

    Membantah Syubhat Tidak Berniat Menghina Nabi Ya’qub Dengan Mencerca Israil
    “Sedikitpun kami tidak berniat menghina Nabi Ya’qub ‘alaihis salam dalam penggunaan kalimat-kalimat ini sebaliknya, yang kami maksud adalah yahudi…”
    Jawaban :
    Barangkali ini salah satu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh sebagian kaum muslimin ketika menerima nasihat ini. Maka jawaban singkat yang mungkin bisa kita berikan: Justru inilah yang berbahaya, seseorang melakukan sesuatu yang salah namun dia tidak sadar kalau dirinya sedang melakukan kesalahan. Bisa jadi hal ini tercakup dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas. Bukankah semua pelaku perbuatan bid’ah tidak berniat buruk ketika melakukan kebid’ahannya, namun justru inilah yang menyebabkan dosa perbuatan bid’ah tingkatannya lebih besar dari melakukan dosa besar.
    Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di Mekkah, Orang-orang musyrikin Quraisy mengganti nama Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Mudzammam (manusia tercela) sebagai kebalikan dari nama asli Beliau Muhammad (manusia terpuji). Mereka gunakan nama Mudzammam ini untuk menghina dan melaknat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. misalnya mereka mengatakan; “terlaknat Mudzammam”, “terkutuk Mudzammam”, dan seterusnya. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak merasa dicela dan dilaknat, karena yang dicela dan dilaknat orang-orang kafir adalah “Mudzammam” bukan “Muhammad”, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    ألا تعجبون كيف يصرف الله عني شتم قريش ولعنهم يشتمون مذمماً ويلعنون مذمماً وأنا محمد
    “Tidakkah kalian heran, bagaimana Allah mengalihkan dariku celaan dan laknat orang Quraisy kepadaku, mereka mencela dan melaknat Mudzammam sedangkan aku Muhammad.” (HR. Ahmad & Al Bukhari)
    Meskipun maksud orang Quraisy adalah mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun karena yang digunakan bukan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Beliau tidak menilai itu sebagai penghinaan untuknya. Dan ini dinilai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk mengalihkan penghinaan terhadap dirinya. Oleh karena itu, bisa jadi orang-orang Yahudi tidak merasa terhina dan dijelek-jelekkan karena yang dicela bukan nama mereka namun nama Nabi Ya’qub ‘alaihis salam.
    Di samping itu, Allah juga melarang seseorang mengucapkan sesuatu yang menjadi pemicu munculnya sesuatu yang haram. Allah melarang kaum muslimin untuk menghina sesembahan orang-orang musyrikin, karena akan menyebabkan mereka membalas penghinaan ini dengan menghina Allah ta’ala. Allah berfirman:
    وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
    “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa ilmu.” (QS. Al An’am: 108)
    Allah ta’ala melarang kaum muslimin yang hukum asalnya boleh atau bahkan disyari’atkan - menghina sesembahan orang musyrik - karena bisa menjadi sebab orang musyrik menghina Allah subhanahu wa ta’ala. Dan kita yakin dengan seyakin-yakinnya, tidak mungkin para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang menyaksikan turunnya ayat ini memiliki niatan sedikitpun untuk menghina Allah ta’ala. Maka bisa kita bayangkan, jika ucapan yang menjadi sebab celaan terhadap kebenaran secara tidak langsung saja dilarang, bagaimana lagi jika celaan itu keluar langsung dari mulut kaum muslimin meskipun mereka tidak berniat untuk menghina Nabi Israil ‘alaihis salam.

  • @bangyulian
    @bangyulian Před 10 měsíci

    Ust Raehanul Bahraen yg sempet melarang

  • @jhonmas2302
    @jhonmas2302 Před 10 měsíci

    Sebut zionis..?