Jatiluwih Teracering Ricefield

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 29. 08. 2024
  • Sawah berundak Jatiluwih Bali atau sawah terasering Jatiluwih adalah salah satu tempat wisata di Tabanan yang paling populer dengan pemandangan hamparan sawah berundak-undak yang indah selain Tegalalang rice terrace Ubud, Munduk rice terraces, dan objek wisata pemandangan sawah berundak lainnya di Bali.
    Jatiluwih adalah sebuah desa yang mempunyai daerah hamparan persawahan luas dengan panorama sawah bertingkat yang indah yang terletak di wilayah Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan Bali. Desa Jatiluwih terkenal sebagai tempat wisata dengan keindahan sawah terasering yang masih menggunakan sistem pengairan sawah tradisional Bali, lokasinya terletak dekat dengan pegunungan Batukaru dengan kondisi udara yang lumayan sejuk.
    Untuk mengunjungi obyek wisata Jatiluwih Bali dengan pemandangan sawah bertingkat-tingkat yang indah ini bisa ditempuh dengan jarak kurang lebih 50 KM atau sekitar ± 1 jam 30 menit dari kota Denpasar. Bagi anda yang sedang liburan di pulau Bali, objek wisata sawah terasering Jatiluwih Bali ini bisa dijadikan pilihan untuk berlibur untuk menikmati keindahan panorama sawah pegunungan yang memikat hati.
    Sejarah Jatiluwih
    Untuk mengetahui sejarah Jatiluwih sepenuhnya bersumber pada cerita-cerita orang tua yang merupakan penduduk dari Desa Jatiluwih. Konon ceritanya nama JATILUWIH berasal dari kata JATON dan LUWIH. "JATON" artinya adalah Jimat, sedangkan "LUWIH" berarti bagus, dari arti kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Jatiluwih mempunyai arti adalah sebuah desa yang mempunyai Jimat yang benar-benar bagus/ampuh atau berwasiat.
    Dari sumber lain diceritakan bahwa konon di tengah Desa ada sebuah kuburan binatang purba yakni seekor burung Jatayu. Dari kata Jatayu ini lama kelamaan mengalami perubahan bunyi menjadi JATON AYU yang berarti Luwih atau Bagus. Jadi JATON AYU sama dengan Jatiluwih. Demikianlah pada akhirnya kata Jatiluwih sejak dulu ditetapkan menjadi nama Desa dan sampai hari ini belum pernah mengalami perubahan.
    Dari arti Jatiluwih tersebut sampai sekarang dapat dibuktikan dengan adanya hasil-hasil dari bertani dan berkebun yang cukup memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan bagi semua penduduknya dan terjaminnya keselamatan bagi para penduduknya selama menjalankan kehidupan bertani.
    Maka pada jaman dahulu banyaklah berdatangan para Brahmana, Ksatria, Wesia dan Sudra dari daerah Tabanan yang berkunjung ke Desa Jatiluwih dengan harapan memohon keselamatan dan kesejahteraan golongannya masing-masing. Akhirnya mereka itulah kemudian mendirikan Pura-Pura yang ada sekarang di wilayah Desa Jatiluwih seperti Pura Luhur Petali, Pura Luhur Bhujangga Waisnawa, Pura Rshi, Pura Taksu dan tempat-tempat suci yang lain disekitarnya.
    Geografi Jatiluwih
    Dari segi geografis, Jatiluwih memiliki luas wilayah sekitar 33,22 km2, dengan ketinggian kurang lebih 1,059 meter atau 3,476 kaki diatas permukaan laut. Jatiluwih memiliki iklim tropis pada hampir sepanjang sebagian besar bulan dalam setahun, terdapat curah hujan signifikan di daerah ini, suhu tahunan adalah rata-rata 19.0° C.
    Warisan Budaya Dunia (UNESCO)
    Desa Jatiluwih telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) sejak 29 Juni 2012 karena mempunyai keunikan dan ciri khas pada sistem pertaniannya yaitu dengan menggunakan konsep filosofi Tri Hita Karana (filosofi tentang keseimbangan antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, serta manusia dengan Sang Pencipta).
    Jatiluwih termasuk didalam kawasan Lanskap Subak dari Catur Angga Batukaru yang merupakan salah satu dari 5 kawasan di Bali yang ditetapkan oleh UNESCO menjadi warisan budaya dunia. Secara sosio-kultural manajemen organisasi subak Desa Jatiluwih adalah berdasarkan prinsip dari filsafat Tri Hita Karana yang bertujuan agar tercapai dan terbinanya keselarasan dan keharmonisan antara warga subak dengan sesamanya, warga subak dengan lingkungan/alam, dan warga subak dengan Sang Pencipta/Tuhan sebagai unsur parahyangan.
    Waktu Terbaik Mengunjungi Jatiluwih
    Untuk mengunjungi obyek wisata Jatiluwih direkomendasikan antara jam 8.00 pagi sampai sore hari sekitar jam 5.00, karena pada antara jam-jam tersebut aktifitas petani banyak dijumpai. Dikarenakan curah hujan yang tinggi di kawasan Jatiluwih maka direkomendasikan bagi para wisatawan agar selalu menyiapkan payung ataupun jas hujan atau ada baiknya sebelum mengunjungi Jatiluwih pengunjung bisa memantau prakiraan cuaca sehari sebelumnya.
    Untuk bisa menikmati panorama alam Jatiluwih dengan sawah terasering yang hijau dan indah, wisatawan bisa mengunjungi Jatiluwih diantara bulan Pebruari sampai bulan April, karena pada bulan-bulan tersebut tanaman padi akan tumbuh tinggi, hijau dan menguning. Pada sekitar bulan Juni - Juli (sasih Sada), tanaman padi akan siap di panen dan aktifitas memanen oleh petani akan banyak dijumpai.

Komentáře • 2

  • @jalakwana
    @jalakwana Před měsícem

    Wah Sejuk sekali Alamku. Salam Lestari Bang

    • @PeriDewata
      @PeriDewata  Před měsícem

      Siap, suksma, terimakasih 🙏