THIS IS WHAT A BALI BUDDHIST PRIEST WAS WHEN HE MAYAMARAJA

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 27. 06. 2023
  • The meaning of Yama Raja (Ya in the middle) means Yama and Shiva when they act as kings of the world. In carrying out the tawur ceremony which is equipped with the use of Yama Raja, it is very complicated, there can be no mistakes or errors.
    Tags or keywords:
    #caru #tawur #wraspatikalpa #meyamaraja #buthayadnya #idapedanda #buddha #bali traditional ceremonies #baliunik
    Music on the Video :
    Track 1 : Bali Bali - Doug Maxwell/Jimmy Fontanez (YT Audio Library)
    Credits :
    Ida Pedanda Gede Ketut Oka Jelantik Dwipayana
    Ida Pedanda Gede Kekeran
    I B Wika Sudarta, SE., MM.
    Thanks to :
    Ida Pedanda Gede Bukit Putra (Yajamana Karya), All the priests who led the ceremony, all Ida Mangku Griya Budha Purnawati, Bendesa Adat Griya Budha Tusan, Penglingsir Griya Budha Purnawati, Prawartaka Karya Ngenteg Linggih Griya Budha Purnawati, all Semeton Griya Budha Purnawati without exception

Komentáře • 18

  • @dayukrisna47
    @dayukrisna47 Před rokem

    Dahat Suksma, Dumogi Rahayu Tuaji🙏

  • @KiAsBaliCHANNEL
    @KiAsBaliCHANNEL Před rokem

    Rahayu

    • @semetongriyabudhapurnawatitv
      @semetongriyabudhapurnawatitv  Před rokem

      Rahayu mewali 🙏

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 Před 3 měsíci

      ​@@semetongriyabudhapurnawatitv Om Swastiastu-Namo Buddhaya
      Pada Zaman Hindu-Buddha Nusantara dulu, sebenarnya yg dimaksud dengan Kasogathan adalah Ka-Buddha-an yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna/Nusantara Kuna dan Berbudaya Nusantara Kuna, sehingga pada hakekatnya Kasogathan ini adalah Buddhayana 🙏😇
      Kasogathan=buddhayana mencakup
      A. Theravada berbahasa Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      B. Mahayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      C. Tantrayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      Theravada sebagai dasarnya, kemudian Mahayana sebagai pengembangan ke-2 dan Tantrayana sebagai puncak perkembangan ajaran Buddha
      Kasogathan/Buddhayana mengajar kan bahwa pada hakekatnya semua aliran Buddhis memiliki Tri Ratna yg sama yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
      Theravada: Tri Ratna:
      Buddha : Sakyamuni
      Dharma: Tri Pitaka
      Sangha: Bikkhu dan Bikkhuni
      Mahayana: Tri Ratna :
      Buddha : Amitabha
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu dan Biksuni
      Tantrayana : Wairocana
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu-Biksuni, Lama, Riponce
      Buddha Tantrayana Nusantara Kuno
      Tri Ratna:
      Buddha : Wairocana
      Dharma : Sri Vajraprani
      Sangha : Sri Lokeshwara
      Mengapa begitu?
      Karena Buddha Gautama bermanifestasi menjadi banyak buddha secara simbolis, sehingga Buddha Amitabha(Mahayana) dan Wairocana itu sejatinya adalah Buddha Gautama itu sendiri
      Sri Wajraprani adalah sebagai Bodhisattva Pelindung Dharma yaitu Ajaran Sang Buddha yg tersusun dalam Tri Pitaka
      Sri Lokeshwara sejatinya adalah Bodhisattva Awalokiteswara atau Dewi Kwam Im adalah sebagai Simbol Pemimpin Sangha
      Sehingga karena memiliki Tri Ratna yg sama sehingga Theravada-Mahayana dan Tantrayana sejatinya adalah Satu Dharma karena bersumber dari sumber yg sama(Sang Buddha)
      Pada Zaman Jawa Kuna dulu pernah ada ajaran Buddha bercorak Theravada-Mahayana dan Tantrayana tapi berbahasa Kawi dan Berbudaya Jawa Kuna mirip seperti umat hindu di Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis
      Sehingga Buddha Wajrayana Kasogathan da Peranda Buddha Wajrayana Kasogathan di Bali dan jawa sebenarnya adalah Buddhis cuma banyak orang ga tahu atau keliru dalam memahaminya
      Lalu klo Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis mengapa pandita buddha di bali mau muput saat karya gede meskipun karya gede itu ada mecaru/kurban hewan?
      Sebenarnya Tidak ada pakem yg pasti tapi yg jelas selama pandita buddha tidak terlibat dan tidak melihat prosesi penyembelihan hewannya, karena pandita buddha hanya fokus kepada mendoakan upacara tsb saja
      Jika Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis, lalu mengapa tidak ada biksu dan biksuni?
      Pada zaman Bali Kuno dulu pernah ada biksu dan biksuni di Bali yaitu Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Sanghita dan Biksuni Buddhis bahkan Guru Bodhidharma dari India pernah berkunjung ke Bali kuna dan Biksu-Biksuni bertempat tinggal di "Bale Basare" yaitu "Kuti" Sebagai tempat peristirahatan para biksu-biksuni zaman dulu, hanya saja ada perbedaan peran antara Biksu-Biksuni dengan Pandita, dimana Biksu-Biksuni fokus bertapa dan mendalami Dharma, sedangkan Pandita Fokus muput karya dan membimbing umat.
      Zaman itu juga ada Jro Mangku Buddhis yg juga sebagai perwakilan muput upacara
      Jadi Siwa-Buddha itu sebenarnya apa?
      Sama Seperti Tri Dharma di Klenteng, ketika Klenteng ada perayaan tidak bisa dibedakan yg mana umat buddha, tao dan Konghucu karena semuanya disembahyangin, sehingga Tri Dharma di Klenteng adalah Buddha, Tao dan Konghucu yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama(Klenteng) meskipun tetap fokus kepada dharma masing-masing
      Siwa-Buddha di Jawa Kuno dan Bali Kuno konsepnya juga sebenarnya sama seperti itu dan disebut juga Siwa-Sogatha(Siwa-Buddha)
      Kenapa ga masuk Walubi?
      Karena Waktu itu Agama Hindu lebih dulu diakui di RI dan otomatis PHDI lebih dulu ada sebelum WALUBI, sehingga otomatis peranda buddha masuk ke PHDI dan buddha kasogathan di Bali diakui sebagai Hindu, sedangkan agama buddha diakuinya belakangan, padahal jika waktu itu Agama Hindu dan Buddha diakui bersamaan, dan WALUBI ada barengan dengan PHDI, maka besar kemungkinan pandita buddha kasogathan di Bali masuk WALUBI karena Sasana kepanditaan beliau memang Buddhis atau memang ajaran Buddha. Apa buktinya sasana kepanditaan beliau memang ajaran Buddha? Lihat dan dengarkan Lontar Purwaka Weda Buddha atau Sasana Mantra pandita Buddha pasti awalnya menyebut Tri Ratna
      Om Namo Buddhaya, Om Namo Dharmaya, Om Namo Sanghaya yg artinya adalah Tri Ratna dan semua mantra buddha baik Theravada, Mahayana ataupun Tantrayana lainnya pasti mantranya diawali dengan menyebut Tri Ratna dan tidak ditemukan mantra yg seperti itu dalam semua pustaka hindu dimanapun berada karena Tri Ratna ini memang pure mantra Buddhis dan disebutkan dalam pembukaan sembahyang di semua mahzab buddhis terutama Theravada-Mahayana dan Tantrayana 🙏😇
      (Sumber: Romo Padma Vhira Dharma Sogatha, Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dari Jogjakarta yg sebenarnya satu silsilah dengan peranda buddha di Bali 🙏😇😇😇😇😇😇😇😇😇)
      Rahayu 🙏😇

  • @dewagd
    @dewagd Před 26 dny +1

    Om swastystu, mohon info Grya Budha daerah gianyar tiang jagi nunasang mebayuh patemon. Salam dari Tabanan🙏🏽

    • @semetongriyabudhapurnawatitv
      @semetongriyabudhapurnawatitv  Před 26 dny

      Ring Batuan, Blahbatuh Gianyar. Griya Budha Saraswati Taman Sari, Batuan. Ida Pedanda Gede Dharma Kerti 🙏🙏🙏

    • @dewagd
      @dewagd Před 26 dny

      @@semetongriyabudhapurnawatitv ampurayang, Ratu Ida Pedande Gede Dharma Kerti ring Grya saraswati taman sari nggih? Aksamayang niki tuaji kelintang tambet titiang🙏🏽🙏🏽

    • @semetongriyabudhapurnawatitv
      @semetongriyabudhapurnawatitv  Před 24 dny

      Patut 🙏

  • @layonsarichannel7618
    @layonsarichannel7618 Před 11 měsíci

    Mogi rahayu semeton 🙏🙏🙏

    • @semetongriyabudhapurnawatitv
      @semetongriyabudhapurnawatitv  Před 11 měsíci +1

      Suksma 🙏🙏🙏

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 Před 7 měsíci

      ​@@semetongriyabudhapurnawatitvOm Swastiastu,
      Izin berpendapat mengenai sejarah🙏😇😇 sebenarnya di Nusantara tidak ada penduduk asli karena semuanya pendatang dari Yunnan dan peradaban Tepi Singai Mekong, China Selatan yg disebut sebagai orang-orang Austronesia yaitu Melayu Mongoloid kemudian bermigrasi ke Nusantara dalam 2 gelombang yaitu Gelombang pertama dengan jalan kaki disebut "Proto Melayu" (Melayu tua) dan gelombang kedua lewat laut dengan perahu bercadik yg disebut "Deutro Melayu" (Melayu Muda). Makanya ada lagu "Nenek Moyang ku Seorang Pelaut" karena leluhur kita memang pendatang dari luar negeri yg migrasi ke Nusantara sehingga migrasi penduduk telah terjadi ratusan dan ribuan tahun lalu ke Nusantara secara bertahap
      Sebelum Hindu-Buddha Masuk ke Nusantara, orang-orang Austronesia sudah punya keyakinan yg menyembah Roh Leluhur yg dianggap sebagai Dewa dan menyembahnya kekuatan alam yg juga dipersonifikasikan sebagai Dewa-dewi dan memiliki tradisi penguburan jenazah dengan peti batu yg disebut "Sarkofagus".
      Agama orang Austronesia Kuno pra-Hindu-Buddha ini cenderung mirip seperti agama Taoisme di Klenteng yg juga menyembah Dewa-dewi tapi pengertian Dewa-dewi dalam Taoisme adalah roh leluhur dianggap sebagai dewa, tokoh yg dulunya berjasa setelah meninggal diangkat sebagai Dewa-dewi, Kekuatan alam yg dipersonifikasikan sebagai Dewa-dewi seperti warga chinese malaysia menyembah dewa bumi lokal penguasa tanah Melayu yg disebut Dewa Datuk Gong, dan Dewa-dewi juga ada yg berasal dari Langit. Sehingga Agama Taoisme fokus kepada Pemujaan kepada Dewa-dewi dan memiliki tradisi penguburan jenazah dengan peti kayu tapi mungkin agama Taoisme menerima kremasi juga
      Agama Shinto di Jepang juga konsepnya sama begitu yaitu menyembah Dewa-dewi sebagai personifikasi dari kekuatan alam yg disebut sebagai "Kamisama" 🙏😇
      Kemudian ratusan tahun lalu di Zaman Bali Kuno sudah ada kontak dengan dunia luar dan sudah ada perdagangan internasional dan juga kontak dengan dunia luar yaitu dengan India, China, Yunani Kuno dan Mesir Kuno dan sudah terjadi Akulturasi silang Budaya dengan dunia luar sehingga budaya bali adalah hasil akulturasi antara budaya Austronesia dengan budaya China dan India Kuno
      Kemudian datang orang-orang dari India mengajarkan agama ke Bali kuno, mengajarkan Agama, mengajarkan Aksara dan mengajarkan sistem monarki dan kepala suku mangkat jadi Raja
      Menurut catatan sejarah mengatakan bahwa agama pertama yg datang ke Bali adalah Agama Buddha
      Dan zaman itu juga datang agama Hindu yg diajarkan oleh orang-orang dari India ke Zaman Bali Kuno dan Agama Hindu di Bali Kuno zaman itu juga sama seperti di India yaitu pemujaan dengan Lingga, Arca, Candi, Sekte nya banyak dan tidak ada istilah "Hindu" tapi dipraktikkan dengan Budaya Bali Kuno dan waktu itu belum ada pura, pelinggih rong tiga, khayangan tiga dan padmasana dan zaman itu upacara Hindu sangat" simple
      Bahkan di zaman awal" Agama Hindu masuk ke Bali Kuno pernah Ngaben hanya dengan sarana Bunga, Buah, Air dan Api saja sudah puput tapi mantra nya banyak.
      Kemudian seiring berkembangnya waktu 9 sekte Hindu dikonversi massal ke Siwa Siddhanta semua tapi proses perpindahan tsb sambil membawa sebagian tradisi dari sekte-sekte sebelumnya sehingga menjadi lah seperti sekarang, sehingga Hindu tradisi Bali adalah sekte tapi Siwa Siddhanta garis perguruan parampara Rsi Markandeya yg dipraktikkan dengan Budaya Bali dan dulunya pasca disatukan, upacara di Bali masih sederhana meskipun tak sesederhana sewaktu zaman Bali Kuno dulu, namun seiring berkembangnya zaman dan ekonomi semakin membaik upacara agama di Bali dibesarkan lagi sehingga membutuhkan banyak biaya, waktu, tenaga dan melibatkan banyak orang bahkan adat semakin kedepannya dikembangkan ke arah yg semakin ribet dan saklek, sehingga kadang kita mesti seringkali minta izin libur untuk ikut upacara agama
      Semestinya seiring berkembangnya zaman dan ekonomi semakin baik, kegiatan semakin padat karena orang-orang sibuk kerja dan berkompetisi di zaman modern yg kadang sulit minta izin libur kerja dan jadi ga bagus kesannya bila sering minta izin libur kerja, sehingga seiring berkembangnya zaman dan ekonomi yang semakin baik semestinya upacara agama dikembangkan ke arah yg semakin simple bahkan adat juga semestinya dikembangkan ke arah yg semakin simple dan fleksibel tidak kaku/saklek
      Dan sejak zaman Bali Kuno, tanpa adanya orang-orang India yg mengajar kan agama Hindu ke Nusantara maka tidak akan mungkin kita di Nusantara kenal agama Hindu dan tanpa adanya orang-orang India yg menyebarkan Hindu ke Bali maka tidak akan mungkin kita orang Bali kenal Agama Hindu sehingga Hindu dimanapun ajarannya sama, karena akarnya sama, yg berbeda hanya budayanya saja, sehingga karena akarnya sama sehingga sesama Hindu tidak elok bila saling mengklaim bahwa hanya Hindu milik kita yg terbaik dan paling sempurna, tidak ada itu!! Karena Hindu dimanapun ajarannya sama karena akarnya sama dan sama-sama berakar dari India dan jika bukan karena orang-orang dari India yg menyebarkan dan mengajar kan Hindu ke Bali sejak zaman Bali Kuno dulu maka Hindu tidak akan sampai ke Bali dan sebagai orang Bali kita tidak akan kenal dengan Hinduisme jika bukan dari India yg mengajar kan kesini waktu zaman Bali Kuno dulu

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 Před 7 měsíci +1

      ​@@semetongriyabudhapurnawatitv Kemudian tentang bukti sejarah yg menyatakan bahwa agama buddha sebagai agama pertama yg datang ke Bali dimana asalnya juga dari India
      Jadi, zaman Bali Kuno dulu pernah ada Buddhisme Kuno yg sembahyang nya di tempat terbuka didepan patung Buddha dibawah Pohon Bodhi dan Stupa disana mereka duduk bermeditasi dan setelah itu membaca Sutra dan Paritta berbentuk Daun Lontar dan setelah itu mereka mendapat wejangan dari Para Biksu dan Biksuni atau wejangan dari Para Mpu Buddhis dan Para Dang Hyang Buddhis
      Agama Buddha Kuno ini ada di Zaman Bali Kuno dan juga Jawa Kuno berbahasa Kawi dan berbudaya Nusantara dan tempat sembahyang nya terbuka seperti pura tapi berupa patung buddha, pohon bodhi dan stupa sekilas mereka terlihat seperti kejawen atau seperti umat Hindu tradisi Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis dan kadang mereka disebut "Buddha Phaksa" atau "Buddhagama"
      Zaman dulu pernah ada Praktek Buddhisme yg seperti itu di Nusantara terutama di Bali Kuno dan Jawa Kuno
      Dan zaman Bali Kuno juga ada Biksu dan Biksuni bernama Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Sanghita, dsb bahkan Guru Bodhidharma pernah datang ke Bali zaman Bali Kuno dulu dan juga ada "Kuti" berupa "Bale Basare" tempat peristirahatan para biksu dan biksuni
      Agama Buddha yg berkembang di Nusantara Kuno zaman itu adalah Kasogathan yang artinya ka-Buddha-an yg mencakup Theravada, Mahayana dan Wajrayana tapi berbahasa Kawi dan berbudaya Nusantara Kuno
      Sama seperti Hindu tadi yg dimanapun ajarannya sama, tapi berbeda budaya saja, begitu juga Kasogathan/Buddhisme zaman Nusantara Kuno pada hakekatnya Ajaran Buddha dimanapun ajarannya sama, baik zaman dulu maupun zaman sekarang ajarannya sama karena akarnya sama yaitu dari perkataan Sang Buddha, karena prinsip Buddhisme adalah meskipun berbeda-beda alirannya, namun satu dharma nya karena "Tri Ratna" Nya sama yaitu
      Buddha: Siddharta Gautama
      Dharma : ajaran beliau yaitu kata-kata buddha yg ditulis dan dibukukan menjadi Kitab Suci Tripitaka
      Sangha: Murid-murid Buddha yg mewarisi ajaran beliau yg kemudian sebagai perwakilan yg mengajar kan kembali kepada masyarakat awam. Yaitu Theravada oleh Ananda, Mahayana oleh Nagarjuna dan Tantrayana oleh tergantung guru silsilahnya.
      Jadi, baik zaman dulu maupun zaman sekarang, apapun mahzab nya dan dimanapun berada ajaran Buddha dimanapun tetaplah sama karena akarnya sama yaitu dari Sang Buddha Gautama, yg berbeda hanya bahasa dan budaya nya saja
      Sehingga "Buddha" dalam Konsep Siwa-Buddha di Bali sebenarnya bukan 2 agama yg digabung jadi 1 agama baru, karena Kitab sucinya berbeda jadi gimana agama bisa digabung, sehingga Siwa-Buddha sejatinya adalah 2 agama yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama
      Konsep ini sama seperti Tri Dharma di Klenteng yaitu Buddha, Tao dan Konghucu sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama
      Dan ini adalah suatu bentuk toleransi maha tinggi sejak zaman Majapahit
      Bahkan Pandita Buddha di Bali sebenarnya adalah Buddhis, karena klo dilihat dari mantranya pasti menyebut
      Om Namo Buddhaya
      Om Namo Dharmaya
      Om Namo Sanghaya
      Cari mantra ini di semua Pustaka Hindu yg ada di Bali dan India pasti ga akan ketemu, karena ini bukan mantra Hindu, tapi Mantra Buddhis yaitu "Tri Ratna" atau "Tiratana" (Dalam Theravada) yg mana semua Mahzab Buddhisme pasti menyebut mantra ini dalam upacara dan sembahyang mereka.
      Dan secara silsilah perguruan, Pandita Buddha di Bali adalah Satu Perguruan dengan Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dan adalah satu Perguruan dengan Khadam Choeling Indonesia dan satu Perguruan dengan Buddha Shingon Jepang karena Sasana Kepanditaan nya sama meskipun dipraktikkan dalam bahasa dan budaya yg berbeda tapi Kepanditaan nya sama dan intisari ajarannya sama yaitu "Buddha Dharma"
      Demikianlah sejarah Buddhisme di Nusantara zaman Jawa Kuno s/d Bali Kuno bahwa dulu pernah ada Buddhisme demikian di zaman PerungguNusantara Kuno 🙏😇

  • @krisnawinata2965
    @krisnawinata2965 Před 7 měsíci

    Bagus vidionya😊 tapi kenap gak ada Rsi bhujangga saat taur?

    • @semetongriyabudhapurnawatitv
      @semetongriyabudhapurnawatitv  Před 7 měsíci

      Bagus pertanyaannya 🙄Tawur yg muput mapuja adalah :
      Bhur Loka : Ida Rsi Bujangga
      Bwah Loka : Ida Pedanda Budha
      Swah Loka : Ida Pedanda Siwa
      Ida Rsi Bujangga yg muput adalah golongan Ksatria (Cokorde atau Anak Agung). Karena kebetulan pihak prawartaka agak sulit mencari di wilayah terdekat dgn lokasi karya, lalu kami "memakai" seorang Pedanda Budha yang sekaligus ngaturan puja di Bhur dan Bwah Loka (Brahma & Wisnu) sedangkan Swah Loka (Iswara) oleh Pedanda Siwa.
      Demikian kira2, tapi yg penting tawur Wraspati Kalpa Agung dan karya secara keseluruhan sudah memargi antar, labda karya sida sidaning don 🙏

  • @IGustiBagusDharmayasa
    @IGustiBagusDharmayasa Před 11 měsíci

    Suksema vidio ini sangat membuka wawasan kita terhadap arti dan makna yadnya