Thoriqoh KH. Asrori Al - Ishaqi JALAN MENUJU YAKIN 1 - Pengantar Tidur Pengajian Pagi

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 27. 06. 2022
  • KH. Ahmad Asrori Al-ishaqi merupakan putera dari Kyai Utsman Al-Ishaqi. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya. Kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di atas tanah kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah yang diasuh Kyai Ahmad Asrori, putra Kyai Utsman Al-Ishaqy. Nama Al-Ishaqy dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kyai Utsman masih keturunan Sunan Giri. Semasa hidup, Kyai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
    Riwayat
    KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi lahir di Surabaya pada 17 Agustus 1951. Ayah beliau, KH. M. Utsman Al Ishaqi, adalah seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Secara nasab, beliau masih keturunan salah satu Walisongo, yaitu Sunan Giri.
    Nasab
    Ahmad Asrori Al Ishaqi - Muhammad Utsman - Surati - Abdullah - Mbah Deso - Mbah Jarangan - Ki Ageng Mas - Ki Panembahan Bagus - Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana - Panembahan Agung Sido Mergi - Pangeran Kawis Guo - Fadlullah Sido Sunan Prapen - Ali Sumodiro - Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri - Maulana Ishaq - Ibrahim Al Akbar - Ali Nurul Alam - Barokat Zainul Alam - Jamaluddin Al Akbar Al Husain - Ahmad Syah Jalalul Amri - Abdullah Khan - Abdul Malik - Alawi - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Kholi’ Qasam - Alawi - Muhammad - Alawi - Ubaidillah - Ahmad Al Muhajir - Isa An Naqib Ar Rumi - Muhammad An Naqib - Ali Al Uraidli - Ja’far As Shodiq - Muhammad Al Baqir - Ali Zainal Abidin - Hussain Bin Ali - Ali Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.
    Pendidikan
    Kiai Asrori belajar di sejumlah pesantren seperti:
    1. PP. Darul Ulum, Peterongan Jombang, Jawa Timur.
    2. PP. Al-Hidayah, Pare, Kediri, Jawa Timur.
    3. PP. Al-Munawir Jogjakarta
    4. PP. Buntet, Cirebon, Jawa Barat.
    Mendirikan Pesantren
    Setelah memegang posisi mursyid dan melanjutkan aktivitas pengajian di kediaman sang ayah di Jatipurwo, Surabaya, Kiai Asrori awalnya hanya menerima beberapa anak yang dititipkan jamaah pengajian tarekat untuk belajar agama.
    Lambat laun, semakin banyak jamaah yang menitipkan anaknya untuk belajar. Kiai Asrori kemudian berinisiatif memindahkan aktivitas tarekatnya ke Kedinding Lor pada 1985. Di tempat ini, ia memiliki sepetak lahan yang di atasnya kemudian dibangun ponpes.
    Seiring bergulirnya waktu, Ponpes Al Fithrah pun terus berkembang dan kini telah menempati lahan seluas tiga hektare. Tentu saja, pembangunan dan perluasan ponpes ini dilakukan secara bertahap, baik dengan dana pribadi maupun sumbangan dari para santri.
    Dengan jumlah santri lebih dari 3.000 orang, Ponpes Al Fithrah kini mengelola semua jenjang pendidikan, mulai dari TK, Madrasah Ibtidaiyah, Aliyah Muadalah, Ma'had Aly, Taman Pendidikan Alquran (TPQ), hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah.
    Selain untuk sarana pendidikan, ponpes ini sering kali digunakan sebagai tempat untuk menggelar acara besar tarekat, seperti haul akbar yang dihadiri ribuan pengikut tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
    Beberapa politisi kondang negeri ini juga pernah berkunjung ke ponpes ini. Namun, hal itu tak lantas membuat Kiai Asrori jemawa lalu terseret ke politik praktis. Di kalangan orang-orang terdekatnya, Kiai Asrori dikenal sebagai sosok yang tak haus publikasi. Ia pun sangat jarang marah. Seperti pernah dikatakan sang istri, Nyai Mutia, bahwa suaminya adalah sosok yang sangat menghormati orang lain.
    Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
    Sang ayah adalah salah satu dari tiga pimpinan tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Dua mursyid lainnya adalah KH Makki dari Karangkates, Kediri, dan KH Bahri dari Mojosari, Mojokerto.
    Sepeninggal Kiai Utsman pada 1984, kepemimpinan tarekat dilanjutkan oleh Kiai Asrori. Estafet kepemimpinan tarekat kepada Kiai Asrori memang sesuai dengan wasiat Kiai Utsman.
    Saat itu, Kiai Asrori berusia 30 tahun dan dinilai masih terlalu muda untuk menjadi seorang mursyid. Namun, berkat kecerdasan dan ketawadhuannya (rendah hati), ia berhasil menjalankan perannya sebagai pemimpin tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Sikap istiqamahnya menjadi panutan jamaah tarekat dari seluruh dunia.
    Di bawah kepemimpinan Kiai Asrori, tarekat Qodariyah Wa Naqsyabandiyah berkembang pesat, terutama di Indonesia. Terlebih, setelah dua kepemimpinan tarekat di Kediri dan Mojokerto mulai terseret dunia politik.
    Tarekat Qadariyah Wa Naqsyabandiyah pimpinan Kiai Asrori pun menjadi alternatif di kalangan penganut tarekat karena dianggap lebih netral dan mengayomi umat.

Komentáře • 7

  • @dedikel-zein8282
    @dedikel-zein8282 Před 23 dny

    ❤😊

  • @adiwidodo8466
    @adiwidodo8466 Před rokem +3

    Masyaallah Romo Yai Asrori 🙏 🙏 🙏
    Alfakir nderek ijin mirengaken nasihat panjenengan 🙏 🙏 🙏
    Mugi2 sedoyo ingkang mirengaken nasihat panjenengan kinaringan barokah, rahmat, lan sepuro saking Gusti Pengeran,, Allah SWT
    Aamiin Aamiin Aamiin Yarobbal alamiin, Bibarokati Rosulillah wa Bibarokati Sholawat
    InsyaAllah qobul wujud wal barokah
    Allahuma Sholi Wasallim wabarik alaih
    Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah ❤️ ❤️ ❤️

  • @subendotgatot3142
    @subendotgatot3142 Před rokem +1

    Alhamndulillah

  • @jarwatijarwati2137
    @jarwatijarwati2137 Před rokem

    Nderek yai mugio manfaat lan barokah aamiin 🙏

  • @abisoleh
    @abisoleh Před rokem

    Bismillah....
    Nderek Yai...
    🙏

  • @munafifah5730
    @munafifah5730 Před 2 lety

    Alhamdulillah, mugi2 saget dasos ilmu ingkang manfaat aamiiin YRA