Sejarah Asal Mula Nama Terempa Dalam Lagu.

Sdílet
Vložit
  • čas přidán 14. 06. 2024
  • Dipertengahan abad ke- 17, disuatu hari diperairan sekitar Pulau Matak, ada sebuah bahtera yang lengkap dengan peralatannya serta sarat dengan muatan telah terdampar.
    Manakala diketahui oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa akan hal itu, maka turunlah ia lengkap dengan pengiringnya yang terdiri dari para Lanun-lanun itu ketempat bahtera yang terdampar itu.
    Anak buah yang ada dalam bahtera itu tidak sedikitpun kelihatan tanda-tanda akan melawan. Sesampainya Datuk Kaya Dewa Perkasa di tempat bahtera yang terdampar itu, maka naiklah ia kedalam bahtera. Diatas anjugan bahtera, Datuk Kaya Dewa Perkasa disambut oleh seorang muda yang gagah perkasa. Dengan penuh sopan santun anak muda itu menyambut kedatangan Datuk Kaya Dewa Perkasa. Bersalam-salaman mereka sebagai mana lazimnya orang-orang berkenalan.
    “ Ditanyakanlah oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa, dari manakah bahtera berasal, apakah maksud membuang sauh diperairan ini,....? Dijelaskanlah oleh anak muda itu, bahwa dirinya adalah seorang Pangeran anak bungsu dari pada Pangeran Ahmad yang memerintah di Kerajaan Brunai. Nama hamba adalah Pangeran Merte. Maksud semula hendak pergi ke Makam Tauhid guna membantu ayah saudaranya Sultan Ibrahim di Kerajaan Johor yang akan membuka negeri baru di Sungai Carang. Ditengah jalan Perahu hamba dipukul angin ribut, sehingga bahtera kehilangan arah dan akhirnya terdampar di pulau ini. Dan perahu ini tidak dapat digunakan lagi tiang layarnya patah dan banyak yang rusak dihantam angin ribut. Itulah sebabnya sehingga membuang sauh di perairan ini”.
    “Dalam buku Thuhfat Al Nafis karya agung Raja Ali Haji, ada disebutkan tentang Sultan Ibrahim dan Pangeran Merte. Adapun Sultan Ibrahim yang memerintah di Kerajaan Johor pada tahun 1653 - 1675, telah memerintahkan kepada Laksamana Johor untuk membuka Negeri baru di sungai Carang (Pulau Bentan). Adapun maksud negeri baru itu dibuka adalah untuk kepindahannya dari Markas Tauhid (Ibu Kota Johor Lama), ketempat yang baru guna mengadakan persiapan penyerangan Negeri Jambi. Segala bantuan untuk membuka negeri baru, dimintalah bantuan mulai dari sahabatnya - sahabatnya Raja Malaka, sampai kekerajaan abangnya Sultan Ahmad di Brunai.
    Sehingga sampai selesai negeri baru itu dibuka, bantuan dari Kerajaan Abangnya Sultan Ahmad tak kunjung datang.
    Amat masghulah hati baginda manakala diketahui anak saudaranya Pangeran Merte dari Brunai yang semulanya akan membatu pembukaan Negeri baru itu, rupa-rupanya ditawan oleh Lanun-lanun dari Negeri Champa.
    Berazamlah Baginda Sultan Ibrahim untuk menumpas habis Lanun-lanun yang merajalela di Laut China Selatan.
    Begitulah antara lain Raja Ali Haji menulis dalam Tuhfat Al Nafis”.
    Mendengar cerita Pangeran Merte, maka terbesitlah niat Datuk Kaya Dewa Perkasa untuk menawan Pangeran Merte. Teringat akan kematian tangan kanannya Nakhoda Alang yang dibunuh oleh Daeng Marewa Atas suruhan Sultan Ibrahim. Pangeran Merte langsung ditawan dan harta benda yang ada di dalam bahtera itu semuanya diangkut dipuncak Gunung Kute.
    Maka mulai saat itu Pangeran Merte menjadi tawanan Datuk Kaya Dewa Perkasa dan di bawa dipuncak Gunung Kute tinggal bersama-sama penduduk disana.
    Bahtera Pangeran Merte yang terdampar dihancurkan. Lalu dikirimlah berita kepada Sultan Ibrahim bahwa anak saudaranya Pangeran Merte telah menjadi tawanan Datuk Kaya Dewa Perkasa di Gunung Kute.
    Pangeran Merte tidak akan dibebaskan kecuali jika Sultan Ibrahim mengakui adanya Pemerintahan Datuk Kaya Dewa Perkasa di Gunung Kute dan menyerahkan upeti sebagai tebusan Pangeran Merte.
    Tentunya berita ini tidak diperdulikan, dan oleh Sultan Ibrahim memerintahkan untuk menumpas habis Lanun-lanun di Laut China Selatan yang telah menawan anak saudaranya, Pangeran Merte.
  • Hudba

Komentáře •