"tinggalin gua kalo gua lagi susah" setuju bang. gua anak pertama dari keluarga menengah kebawah. melihat realita dilapangan konflik internal keluarga gua mayoritas dilandasi permasalahan ekonomi. hal itu memotivasi diri gua buat mapan dulu sebelum nikah. bagaimanapun uang penting. bukan sebagai jaminan hidup bahagia, setidaknya meminimalisir resiko hidup tidak layak. semangat!
mapan itu syarat minimal bang. saya sdh mapan tp g dapat - dapat wkwkw. katanya kurang dewasa, kurang tegas, bijak. pernah dpt tp untung diselametin temen - temen bilang kalau dia cuma incer harta. beneran aku pura - pura ekonomiku turun jd jarang nge date akhirnya dia sdh selingkuh.
sebagus2 nya nilai ibadah adalah bagaimana kita mempertahankannya. Jika tidak alias cerai ya sama saja zonk. Makanya mumpung masih muda nikmatilah masa mudamu sendiri. Jangan pernah menormalisasi nikah muda!
Tahun 1943, Abraham Maslow mencetuskan teori hierarki kebutuhan manusia. Secara naluriah manusia termotivasi memenuhi suatu kebutuhan yang lebih tinggi setelah kebutuhan tingkat bawahnya telah terpenuhi. Urutannya : 1. Fisiologi (makan, minum, udara, tempat berteduh) 2. Safety/security (keamanan pribadi, pekerjaan, kesehatan, properti) 3. Kasih sayang (keluarga, keintiman, persahabatan) 4. Kebutuhan dihargai (prestise, rasa pencapaian) 5. Aktualisasi diri (berperan dalam kehidupan bermasyarakat). Saya rasa masih relevan sampai sekarang. Menikah sebelum mapan (kebutuhan fisiologi dan/atau safety belum tercapai) artinya kita bergelut memenuhi beberapa kebutuhan sekaligus. Effortnya akan lebih besar, tingkat stres lebih tinggi..
@@kingdomofgamefunkogf3216 itu bener teori Maslow cuy,, terlebih untuk evaluasi manajemen sumber daya manusia. apapun teorinya sebenernya bisa juga di kaitkan ke kehidupan pribadi
"kalo gua emang mencintai dia, harusnya gua tidak membuat hidupnya susah. Kalo gua masih susah ya mending gua sendiri dulu. gak ngajak orang yang gua sayangi "
Setelah sekian lama nonton konten Pak Ferry tanpa berkomentar, kali ini saya ingin untuk berkomentar. Saya setuju harus mapan dulu or at least salah satu di antara suami/istri sudah settle dulu hidupnya. Dengan catatan pasangannya juga komitmen untuk berproses dalam mengembangkan dirinya juga. Uang itu penting, penting banget. Setelah menikah, pengeluaran bisa jadi makin banyak. Kita harus menyiapkan dana darurat, dana untuk masa pensiun, dana untuk menyekolahkan dan membesarkan anak dengan baik. Kalau menikah tapi kondisi masih sama2 struggle secara ekonomi ya berat kedepannya, pak. Money can't buy happiness but at least it is a good tool to gain the happiness we want.
Pacar saya sudah mapan tapi saya belum. Kita udh komitmen mau nikah tapi sepertinya gagal. Karena yg mapan duluan dia (cewek) bukan saya. Sedangkan saya masih struggle. Jadi, kata "atleast salah satu antara suami/istri sudah settle dulu hidupnya" kurang tepat, lebih tepat lagi "atleast suaminya sudah settle duliu hidupnya" 🙂
@@hafiez7614 Kenapa saya bilang at least suami atau istri settle dulu? Saya punya 2 orang kenalan wanita yang settle ketika menikah, tetapi suami mereka belum settle saat itu, dan pernikahan mereka masih awet puluhan tahun hingga kini. Memang cobaannya dari nyinyiran kawan dan keluarga yg kadang kala meremehkan suami mereka. Kayak, "kok dulu pas muda mau si nikah sama pria belum settle padahal kamu dulu cantik, udah mapan, dst". Tapi mereka cuek saja dan tetap fokus sama keluarga masing2 hingga kini. Sekarang kondisi ekonomi suami2 mereka juga lbh baik, walaupun ada yg gajinya msh di bawah istri but its okay. Kesamaan di antara suami mereka ini memang tipikal setia, nggak neko2, pekerja keras, ndak gengsian, dan komitmen membahagiakan keluarga. 2 kenalan saya ini usianya sudah di atas 50 tahun dengan usia pernikahan masing2 lebih dari 20 tahun. ☺️
@@bernadettapatriawibawa4236 ada lagi gak stok perempuan kaya temennya mbak? Kalau masalah struggle saya orgnya struggle bget, tapi mmg rezekinya masih dikasi untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, kalau ada perempuan yg udh mapan dan mau membantu saya berkembang saya sangat menghargainya. Terlebih zaman skrg sepertinya sulit, saya kira perempuan seperti itu hanya ada di dunia dongeng atau korea drama 😁😁😁
Perlu hati² menyikapi definisi mapan di jaman media sosial sekarang, bisa jadi kita terjebak dengan pandangan mapan harus punya rumah,mobil,kendaraan bagus,..menikah juga bisa jadi booster kita untuk mencari pemghasilan lebih, asal sudah berkecukupan, harta cukup untuk makan dan hidup, umur cukup dewasa pemikiran cukup matang, jangan takut untuk menikah, maka menikahlah, semnagaaaat !🔥
Menurut saya cukup untuk "makan" Itu relatif. Kalau si ceweknya harus gofood pagi-siang-malam tiap hari , sedangkan si cowok cukupnya untuk makan tapi masak sendiri, bakal jadi masalah... Kecuali kalau ceweknya yg bisa masak dan bisa mentesuaikan ,gas nikah aja.
Sepakat sih bang, relate sama apa yang gua alami. Gua nikah di usia 21 tahun belum bekerja dan masih kuliah semester 5 (jurusan Sastra pula). Gua nikah di masa covid, saat itu gua punya cita-cita jadi seniman dan kebetulan gua beraktivitas di dunia itu. Nah, ga sengaja gua baca biografi Iwan Fals dan Ajib Rosidi, mereka produktif berkarya setelah nikah muda. Akhirnya gua ajakin pasangan gua buat nikah, dan dia mau. Banyak yang menentang keputusan gua, terutama keluarga besar, tetapi gua punya keyakinan bahwa gua bisa menghidupi calon istri gua (karena gua kuliah sambil nyuci sepatu, kadang juga jadi MC, kadang juga bikin pertunjukan yang bertiket, kerja di pabrik tahu) gua yakin karena gua merasa punya pengalaman buat ngasilin duit walaupun nggak banyak. Akhirnya keluarga gua merestui kalau gua nikah muda, dengan catatan kuliah harus beres dan berani memperjuangkan hidup minimal untuk makan sehari-hari. Lalu gua tunangan akhir 2020, dan bangun usaha kecil-kecilan sama istri, dan Mei 2021 kita nikah. Di awal-awal rasanya berat bang, tiap hari mungkin punya hasil 50rb dari jualan, cuma buat makan doang. Sekarang gua punya anak, kuliah juga beres, usaha juga jalan alhamdulillah. Mapan bukan berarti harus kaya, tapi pikiran yang udah mapan menerima semua konsekuensi setelah menikah dan meresponnya.
Klo yg saya tangkep adalah persiapan mental dan jiwa dan raga sebelum menikah klo soal materi juga sebenrnya gak salah tapi menurut saya materi itu nomer sekian tapi faktanya harus juga dipersiapkan, gua nikah udah mau masuk 5 tahun sebelum pandemi keluarga gua adem ayem dan pas pandemi ancur dapur gua gak ngebul" berbulan-bulan di phk segala macem tapi tetap harus fight dan mencoba terus bertanggung jawab, tapi alhamduliah sekarang sudah stabil
Terimakasih untuk bang Ferry karena sudah menyajikan konten ini. Sedikit cerita. Saya umur 25 tahun dan sekarang saya sedang menjalani hubungan dengan pasangan saya selama 3 tahun. Sebuah momen dimana awalnya saya memiliki penghasilan yang lumayan banyak, sehingga saya yakin untuk mulai menjalin hubungan. Namun semuanya berubah di tahun pertama saat saya tertimpa musibah dan penghasilan saya hanya cukup untuk menghidupi diri sendiri. Adapun orangtua pasangan terus menerus menekan saya untuk segera menikah, dan dengan berbagai cara saya hindari bahkan saya menjadi jarang untuk pergi ke rumah pasangan. Mungkin 1-2 bulan sekali. Dan mereka menginginkan saya untuk menikahi anaknya tahun depan. Sampai saat ini saya terus berusaha untuk bangkit membangun kondisi finansial yang baik. Tidak hanya itu, sebelumnya saya memberi pasangan saya 'bekal' dan sekarang penghasilannya terbilang lebih besar dari saya. Tidak ada harapan dari saya padanya selain agar dia bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik dan mandiri. Saya rela jika suatu saat nanti saya memang tidak sanggup untuk menikahi pasangan saya. Karena sama seperti yang bang Ferry bilang, lebih baik saya ditinggalkan daripada membawa oranglain ikut terpuruk. Meskipun pasangan saya sekarang masih bersama saya, menerima saya yang sedang jatuh, namun tetap saja. Saya mencintai seseorang bukan untuk memilikinya, namun bagaimana saya bisa membahagiakan dan memberikan tanggungjawab saya. Sekali lagi, terimakasih bang Ferry untuk konten kali ini.
saya sudah menikah punya dua anak pertama cewek 8 tahun kedua cowok 3 tahun awal merit disaat baru mulai meniti karir, Puji Tuhan saat itu gaji sudah langsung besar, belum mapan tapi financial sudah bisa dikatakan stabil imo, ini berdasarkan pengalaman saya, alangkah baiknya financialnya sudah stabil dulu baru mikirin merit, apalagi planning punya anak krna punya anak itu soal rencana jangka panjang, butuh banyak duit dr hamil, lahir sampe sekolah harus sudah punya tabungan untuk itu, kalo belum ada, bisa aja punya anak sih, tapi nanti ke depannya bakal pusing dan sakit kepala apalagi buat yg tinggal di kota besar dgn biaya hidup tinggi, semua kebutuhan udah mahal saya tinggal di bsd, biaya hidup mahal, sekolah mahal (setiap ortu tentu pngn anaknya sekolah di sekolah yg bagus) kalo gak ada perencanaan financial detil sampe hal" seperti ini, hidup bakal banyak stressnya
Sebagai seseorang yang sudah seringkali dicemooh karena kelamaan menjomblo dan diingatkan untuk segera menikah sebelum usia 30, saya sangat berterima kasih kepada bang Ferry yang sudah menyuarakan pendapat ini. Berat rasanya menyiapkan diri mapan tanpa diiringi suara-suara miring di kehidupan saya. Mereka pikir jalan hidup saya harus sama dengan mereka, padahal tantangan yang dihadapi setiap orang itu berbeda-beda levelnya. Saya masih berjuang memapankan diri terlebih dahulu sebelum memapankan anak orang lain, jadi saya sedari awal sudah siap menerima resiko berjalan sendirian tanpa ada yang menemani. Saya berharap orang-orang mulai menyadari bahwa setiap orang punya anugrah dan ujiannya masing-masing, jadi jangan sampai wujud ideal pribadi dipaksakan kepada orang lain yang bisa saja mendapatkan ujian yang lebih berat dari dirinya.
Bagi mereka yg nikah aja dulu duit bisa di cari yah level happy mereka makan tutut ber 2 di pinggiran kalimalang, setahun sekali ke ancol atau puncak di saat tahun baru liat kembang api sambil makan popmie dan ngontrak di kontrakan petak sekat 3 aja udah cukup happy, coba lo ajak ke dubai naik roller coaster ferrari, makan escargot, bebek peking atau salmon, tinggal di penthouse pakubuwono pasti gak bakal suka mereka, bagi mereka bikin deg2an/naikin adrenaline gak perlu jauh2 naik roller coaster ke dubai cukup tunggu akhir bulan aja di cari2 debt collector paylater atau tagihan pemilik kontrakan juga sama aja bikin deg2an, kedua makan dikit kenyang kaga mahal pula dari pada salmon2an mending lele sekilo 7 ekor cuma 26rb sama bumbu racik 2 sachet 4rb 30rb bisa buat makan 3hari tambah kerang ijo kalau bosen nasi bebek madura udah enak banget jir sama aja, ketiga mereka kaga suka tinggal di tempat yg kasurnya jauh dari pintu masuk lah kontrakan mah enak pulang buka pintu maju 5 langkah udah bisa langsung rebahan, lah apartment masuk gate depan aja kudu tap access card dulu, ke basement lagi parkir (kaga pake sopir) naik lift dulu lama bro butuh 10menitan buat rebahan dan mereka gak suka sama kesunyian bagi mereka kaya gak ada kehidupan mereka butuh dengungan suara nyamuk, kipas godek, tetangga gebyar gebyur, mie tek2 lewat, suara dangdutan di pos rw, sama ketawa bapak2 main gaple baru mereka bisa tidur pules, selera bro gak ada yg bisa di samain, rasa gak pernah bohong kan katanya. Nah orang2 yg sederhana ini kaya gua yg pernah ngerasain keduanya jadi bingung, semua ada plus minusnya gua cuma kaga mau sad ending entah mati kesepian di dalam penthouse ataupun di kontrakan petak 😂
tetap bertahan dari cemoohan bro, pernikahan ga seindah yang mereka mereka ceritakan. Financial bisa menjadi pematik permasalahan permasalahan yang nantinya berujung perceraian. Karena menikah seperti masuk ke lorong tanpa akhir, sekali masuk sudah g ada jalan kembali cuma ada emergensi exit. Memang kudu disiapin mental, materi, dan iman.
@@sfyn93 Sama mas, saya juga nggak mau berakhir kesepian, cuma nggak semua orang punya keberuntungan yang sama. Saya sudah berkali-kali melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan berbagai orang, tapi pada akhirnya semua belum berakhir sesuai harapan. Saya juga nggak masalah hidup sederhana di kontrakan petak dengan makan minum secukupnya, hanya saja saya belum menemukan pasangan yang memiliki mindset semua. Sebelum-sebelumnya memilih kabur duluan setelah tahu mindset dan status keluarga saya. Mas mungkin masih beruntung bisa segera menemukan pasangan seperti itu, sementara saya sendiri sayangnya belum berjodoh. Jadi ya, intinya masih tetap mencari, tapi saya sudah menerima nasib apapun yang saya alami sampai sekarang.
Menurut saya hal-hal yang akan menunjang kehidupan pernikahan adalah tentunya rasa sayang/cinta, kondisi finansial, dan juga kehidupan seksual. Penyebab kegagalan pernikahan yang saya sering lihat di masyarakat adalah kurangnya kesiapan pada salah satu atau lebih dari hal-hal yang sebelumnya saya sebutkan, jadi sangat penting untuk menyiapkan hal-hal tersebut sebelum melompat ke komitmen besar. Tidak ada yang dapat menjamin keberhasilan sepenuhnya, tetapi hal-hal yang mendukung keberhasilan selalu ada. Great Video bang!
Kaya - miskin, ganteng - jelek, kuat - lemah, baik - jahat, tolong yg pinter matematika di hitung ada berapa kemungkinan tuh dari percampuran itu di tambah kedua belah pihak hahaha pusing2 dah loh. Mapan dulu atau nikah dulu mah tergantung perspective, semua tergantung tujuan dari individunya masing2, ada yg miskin nikah terus mapan ada, ada yg mapan terus nikah miskin ada, ada pula yg miskin nikah makin miskin, ada juga yg mapan pas nikah makin mapan ada, ada banyak kemungkinan di dunia ini jadi gak bisa jadi tolak ukur antara materi dan perasaan hati, yg kaya selingkuh ada, yg miskin selingkuh juga ada, semuanya ada, too much informasi dan teori nih dewasa ini, cuma bikin bingung doang, pada nyari viewers hati2 terjebak dalam echo chamber nanti jadi bias peran influencer kan nyari masa ngumpulin yg sejalan sama dia makanya dislike youtube sekarang gak terlihat jumlahnya berapa wkwkwk 😂
@@sfyn93 Memang banyak terdapat kemungkinan seperti yang kamu jelaskan, baik kemungkinan yang menghasilkan output positif maupun negatif, tetapi secara akal sehat kita tentunya ingin output yang positif. Seperti contoh ketika terdapat orang sakit, jika orang tersebut hanya diam dirumah saja tanpa berobat, kemungkinan dia hidup ada, kemungkinan meninggal juga ada, nah lantas kenapa ada rumah sakit dan obat? tentunya untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang menghasilkan output yang tidak sesuai keinginan. Dalam pernikahan, kemungkinan buruk juga ada seperti yang kamu jelaskan, tetapi apakah orang yang menikah menginginkan kemungkinan buruk tersebut? tentu tidak, maka dari itu dibutuhkan persiapan yang dapat meminimalisir kegagalan pernikahan. Dan jika dilihat dalam kehidupan nyata, pasangan yang memapankan dirinya masing-masing sebelum menikah, jika dibandingkan dengan pasangan yang menikah tanpa memapankan dirinya terlebih dahulu, bisa dibilang pasangan yang mapan lebih menonjolkan keharmonisan di dalam kehidupan pernikahannya. Dan definisi mapan sendiri tidak hanya mengacu pada kekayaan materi.
Loving is giving. Memberi kasih sayang, waktu luang, finansial. Untuk bisa memberi kita harus punya value yang cukup bahkan lebih. Kalau diri kita sendiri aja masih kekurangan, nanti yang ada malah banyak menuntut. Berharap hidup kita diperbaiki sama pasangan.
Nikah itu dalam Islam hukumnya memang sunah, tapi bisa berubah jadi haram kalau pernikahan itu akan merugikan pasangan, salah satunya tidak bisa menafkahi secara lahir dan batin. Jadi pendapat bang Ferry tentang harus mapan dulu baru nikah itu 100% bener. Minimal mencukupi lah. Faktanya banyak perceraian, kdrt, perselingkuhan yang disebabkan karena faktor ekonomi.
Kalo konsep mapan versi abang -Punya Kerjaan/Punya pengahasilan tetap -Punya dana darurat -Punya proyeksi daya beli di 5-10 tahun ke depan -Punya Investasi -Bisa Memitigasi resiko kalo mengacu dari kriteria mapan diatas ini bener2 standar yang cukup rumit buat works/terpenuhi di semua kalangan millenial dan gen z, apalagi yang sandwich generation. Konsep ini pasti untuk kalangan menengah keatas ga cuman dari segi pendidikan doang yang tinggi, ya minimal S1/S2, itupun keluarganya harus menengah keatas juga, karena gamungkin seorang anak kalo ayah, ibu, adek,kk atau Om tantehnya sakit ga ngebantuin secara financial. Tapi disini saya garis bawahi pendapat abang itu benar, tapi ga semua orang bisa achieve kriteria2 tersebut, ada cuplikan kalimat dari Alm Eyang Habibi ketika di wawancara oleh Mba Nana " Nikah itu yang penting ketemu jodohnya dulu, gapunya apa2 gajadi soal" wkwkw masalahnya Eyang punya modal talenta dan kecerdasan 1: berapa ribu bahkan juta orang di dunia yang berpotensi besar untuk mapan di masa depan, jadi itu spesial case, gabisa kita telan bulat2 juga statment Alm Eyang Habibi hehe. So menurut gua definisi mapan buat tiap orang beda2, yang penting kita tau aja konsep 1=MPC +MPS atau bisa kita asumsikan 1nya diuubah menjadi Y atau sebut saja fungsi pendapatan secara proporsional Y= MPC +MPS MPC (Marginal Propensity to consume) secara sederhananya MPC merujuk pada kecenderungan individu untuk menghabiskan/mengkonsumsi sebagian dari pendapatan yang mereka peroleh (secara persentase), jangan lupa kita tambahkan proporsi hutang bulanan untuk berbagai macam cicilan atau segala jenis hutang, at least kalau masih di angka MPC +proporsi hutang/cicilan =+-80%, artinya masih punya MPS=+-20% oiya MPS(Marginal Propensity to saving) ya intinya ini jumlah secara proporsional uang yang bisa kita tabung. Kalo dengan konstan bisa mempertahankan MPC dan MPSnya ini saya rasa setiap orang dari berbagai kalangan bisa dibilang cukup mapan dengan kriteria yang lebib sederhana , dan gawajib untuk punya Investasi dan dana darurat (iya ini perlu juga tapi tidak menjadi suatu keharusan) apalagi syarat untuk seseorang dikatakan mapan dan layak untuk menikah, apa kabar orang2 yang punya taraf hidup rendah(buruh lepas, pekerja harian dan freelance) ditambah tingkat pendidikan cuman sampe SD atau SMP, wong mereka pendapatan harianya aja cukup buat makan doang, tapi kan mereka punya juga hak buat menikah dan berkeluarga secara sah dimata agama dan legal di mata hukum.
Saya baru diputuskan oleh pasangan saya beberapa bulan lalu, dan dia langsung mengganti posisi saya dengan orang baru. Saya sejak saat itu berbulan-bulan melakukan refleksi diri. Satu hal yang baru sadari, saya akan mencari pasangan ketika saya sudah bertanggungjawab dengan diri saya sendiri. Karena, bagaimana kita bisa bertanggungjawab dengan perasaan dan hidup orang lain sedangkan kita belum bertanggungjawab dengan diri sendiri. Perkataan Ibu untuk mapan dulu baru mencari pacar, serta teori Maslow mendukung keputusan saya, saya harus penuhi dahulu kebutuhan saya baru bisa menghidupi orang lain. Saya setuju sekali dengan pendapat Om Ferry.
Menurut saya jika pasangan mengerti dan support jika suaminya sedang bermasalah apa lagi soal keuangan adalah faktor penting untuk melangengkan pernikahan, klo lagi senang di suka saat susah ditinggal menurut saya anda salah pilih pasangan
@@azizramadhan6974relatif si bro, soalnya banyak motivator, pengembangan diri ato orang lain...intinya yg nyalahin diri sendiri, perbaiki diri, kemarin salahku gini gitu...akibatnya otak ama perasaan kita makin dongkol...dah kena musibah disalahin pula....tapi realitanya juga bisa jadi kita ga salah sepenuhnya
@@fotris4708Industri motivasi dan pengembangan diri masih sangat laku, karena bahkan untuk bergerak dan memilih arah, kebanyakan harus di kasih masukan dan mendapatkan validasi dari orang lain dahulu. Generasi stroberi 🍓
@@azizramadhan6974aku sebagai perempuan klo dapet cowo yg punya prinsip "tinggalin aja klo aku lagi susah" digituin malah akan bertahan, karena kedepannya menggambarkan effort lebih, beda sama cowo yg diawal bilang "aku gini adanya, aku harap kamu bisa nerima aku" ini keliatan pasrah cendrung sedikit rasa motivasinya untuk effort lebih kedepannya
umur saya 37 (lahir 1987), jangankan menikah, pacaran saja saya tidak berani kalau belum mapan/kaya(komitmen), bisa dibilang saya satu2 nya laki2 yg belum menikah dan punya anak di daerah saya. apakah yg lain bahagia? nope..hidup mereka bisa dibilang antara pas2 an atau kurang. bahkan saya pernah dinasehati agar menikah dulu, toh rezeki dan sebagainya akan ngikut dengan alasan sebagai motivasi atau pendorong semangat khususnya kalau sudah punya anak. faktanya 90% fu**** up! anehnya di internet/youtube luar negeri justru banyak cerita2 real yg menjelaskan bahkan menikah itu bukan hal mudah, pemikiran orang indonesia itu ketika menikah jarang mau memprediksi/menghitung biaya ketika memiliki anak, mulai kebutuhan harian, pendidikan, kesehatan dll. di luar negeri, menghitung hal seperti itu adalah hal wajib. itulah kenapa mayoritas negara maju dan sejahtera memiliki penduduk yg tidaklah besar, karena mereka tidak "breed like rabbit" setelah belasan tahun bersabar, belajar dan sangat bersyukur saya memiliki mental yg kuat dalam mengikuti kemajuan jaman, setiap tahun selalu ada perkembangan berarti khususnya dalam ekonomi/income, target saya awal tahun 2024 punya income $3.000-$10.000 dan WFH selamanya (saya seorang tarder)
Mau cerita, saya baru menikah bulan februari kemarin dan jujur secara finansial saat ini masuk tingkatan cukup. Saya punya gaji bulanan yang bisa dibilang lumayan untuk anak diumur 27 tahun seperti saya tapi tetap masuk dalam kategori cukup karena biaya pengeluaran yang besar dimana saya membiayai istri saya kuliah magister sekaligus profesi (double degree). Saya menikahi istri saya saat ia semester I, setelah menikah saya tidak melarang dia untuk melanjutkan sekolahnya. Yes, pengantin baru, biaya besar, kehidupan cukup dan LDM hahaha. Asli diposisi ini kesiapan mental benar-benar diuji, yang mungkin awalnya kita hidup serba ada tapi sekarang harus penuh perhitungan dan pertimbangan. Tapi kenapa sudah tau bakal seperti itu kemudian tetap menikah? Kenapa tidak menunggu selesai studynya? Jawabannya banyak, tapi salah satunya : 1. Karena ketenangan hati. Kami sudah saling mengenal selama 12 tahun dan itu yang malah buat hati tidak tenang entahkah takut akan ada fitnah ataupun hal hal tidak diharapkan lainnya. Setiap mendengar, menonton ceramah, beribadah kok ada perasaan yang mengganjal seakan ada yang salah dalam hidup. Ingin tinggalkan dia tapi hati tidak bisa terima, saat itu pikir saya solusi dari kami adalah menikah. Tentu hal ini bukan untuk ditiru bila tmn-tmn takut akan merasa sprti yang saya rasakan. 2. Komitmen. Ketika kita berucap tujuan serius tentu saja sebagai lakilaki harus memegang apa yang dia sampaikan. Hal ini tidak hanya katakata indah tapi juga dengan kerja keras. Mapan? Bisa iya bisa tidak karena maknanya sangat relatif, yang jelas saat itu Tuhan banyak membantu dalam mencari rezeki untuk menikah. 3. Biaya kuliah. Saat akan menjalani perkuliahan, qadarullah bapak calon istri (pada saat itu) meninggal dunia. Tentu finansial dari mereka juga terpengaruh, yg mengakibatkan dilema entahkah mau lanjut kuliah atau tidak? Ingin membantu dalam proses perkuliahan tapi rasanya malah tidak tenang lagi hati krna status kami yang belum halal. Berkat itu saya semkin yakin kalau solusi dr kami adalah menikah. Demi mendukung impian istri, saya siap mencari rezeki dr pagi-malam. Dan disinilah saya sekrng, hidup cukup, paspasan krna penghasilan difokuskan untk biaya study istri (mandiri). Dari pengalaman saya, nikah dlu atau mapan dlu? Yang jelas setiap orang kondisi atau situasinya berbeda-beda dalam memilih pilihan. Tapi setidaknya kalian harus punya kerjaan dlu yg utama, jangan terjun bebas, krna kehidupan pernikahan bkan sprti taman bermain anak ank. Kalau kalian benar-benar cinta dengan calon kalian, buktikan! Buktikan dengan kerja keras untk bahagiakan dia. Sampai kapan? Kalian sendiri yang tau. Pilihanmu adalah tanggung jawabmu.
Sbagai anak pertama dr 3 bersaudara, gw harus mengutamakan finansial keluarga inti gw dulu, umur gw udh 26 thn dgn gaji yg gk wah, dmn gw bertanggung jawab nyekolahin 2 adek aku yg lagi sekolah (yg satu otw kelas XII dan yg satu otw kelas IX). Waktu buat mikirin nyari pasangan dan berumah tangga aja nyaris kgk ada. Gw harus menyelesaikan tanggung jawab sekolah adek2 gw dulu, paling cepet mikirin pasangan klo adek2 gw dh pada lulus sekolah smua dan udh dapat pekerjaan yg layak.
Ceritanya sama kayak kakak gua tapi kakak gua nikah muda. Karna emang penghasilannya gedr sih. Bahkan setelah beliau punya keluarga sendiri pun ttp masih ada tanggung jawabnya sama keluarga kita.
semangat bang, kalo ane ga punya adek sih tp bantuin ibu satu² nya karena udh ga ada bapak. msh ga ada niatan nikah sih takutnya ibu ane ga keurus dan ga cukup scra finansial buat dibagi-bagi haha
@@mrizal4233gapapa bro dah sangat mulia lo ngurus ibumu rasa syukur lu bagus pastinya ortulu didik lu dg baik, nikah itu memang pertimbangannya banyak dan tiap org beda2 faktor pertimbanganya. gw juga kalo diposisi lu ibu gw nomor 1 dulu nikah nomor 2. kalo gw diposisi skrg bantu sekolah adik2 gw soalnya lagi diposisi cukup kesulitan ekonomi keluarga gw padahal dulunya cukup. tapi gw yg skrng gabisa ninggalin mereka walaupun gw cukup bisa nabung dari pemasukan gw dijkt yah sambil nyari jodoh barangkali ketemu yg se visi. kalo gw mah gas walaupun dengan segala kendala selama gw sama pasangan ada visi walaupun belum mapan pasti bisa melewati semua kendala sepertinya. cheers jangan terlalu keras pada diri lo juga bro
Berarti lo termasuk generasi sandwich ya, sudah benar sih memutuskan belum mau menikah dulu karena sudah membantu memutus mata rantai sandwich generation juga.
Inilah alasanku masih mmpertahankan "lajang" , krna mental blm begitu siap, materil jg masih di persiapkn, selain itu masih mau mencapai mimpi2 sblm nanti sibuk mengurusi suami & anak2 , alhamdulillah ortu jg lumayan open minded nggak maksa2 buat cepet² nikah tnpa tau anaknya siap apa blm ..
jangan pacaran sebelum mapan! merelakan pacar kita menikah dengan orang lain karena kita belum mapan itu sangat susah,dan kebanyakan memilih menikah walaupun belum mapan karena takut kehilangan orang yang dicintai,faktor lingkungan juga pengaruh apalagi tinggal di desa semua hal bisa jadi bahan ghibah
saya setuju pendapat anda, saya sebagai laki laki lebih memilih wirausaha dulu,nabung, invest. tidak pacaran dulu (walaupun rasanya agak iri melihat temenku pada pacaran) . saya melihat ada sedikit kesamaan statement abang dengan apa yang saya pernah alami, pernah suatu waktu ngumpul bareng bersama teman saya yang berpacaran memang kalau saya perhatikan dan analisa pembicaraannya itu memang cenderung selalu ingin sekali ke arah pernikahan, padahal kalau saya perhatikan dari segi finansialnya itu mereka belum cukup, rumah belum ada , masih tinggal sama ortu, hasil pekerjaan cukup untuk dirinya sendiri (saya berfikir, masa iya mereka menikah hanya karna suka sama suka, ) ya inilah analisa saya , orang yang sudah berpacaran mungkin àkan berfikir untuk menikah saja , mereka tidak mau menyianyiakan waktu, tenaga , dan uang sewaktu pacaran(seolah olah mereka buta akan hal variabel after married ,nekad, maksain diri seadanya dan akhirnya ingin married karna ada unsur terpaksa). makanya saya tidak pacaran dulu deh, khawatir keputusan keputusan yang saya buat menjadi tidak rasional karna terpengaruh cinta dan kesenangan sesaat
Gw termasuk mapan dulu baru nikah Gw pikir dah di posisi safe, eh datang corona, gw kena PHK Bahkan udah mapan aja bisa kena "kejutan", apalagi yg nikahnya serampangan. Betul rezeki itu Allah yang ngatur, tp kalo "nanti rezeki datang sendiri" itu menyepelekan Allah. Kalau rezeki kita mau diatur, ya seengaknya kita juga mau diatur ngikut perintahNya, gak nyepelein yg ngatur. Yang ngatur udah ngasih aturan dalam "mencari rezeki"
saya juga punya pemikiran mapan dulu baru nikah,minimal punya usaha sendiri buat berumah tangga,karna bnyak teman2 saya menikah modal nekat dan baru seumur jagung udah cerai,dan masalahnya adalah faktor ekonomi,maklum sekarang sudah ngga seperti jaman dulu
Apa yg abang bilang itu bener, bener 100%, kebetulan gue baru nikah di usia 35 thn dan dgn keuangan yg saya rasa udh bisa menghidupi anak orang. Alasan gue nikah di usia segitu karena sebelum ane merasa mapan ane bener2 di bayangin kecemasan kesulitan2 saat menikah kelak. Ane terima segala bullyan dari teman2 ane, dan saat ane merasa "mampu" ane pun nikah. Setelah nikah kurleb 2 tahun, wow ane bener2 bersyukur nikah di saat ane udh cukup mapan. Ternyata dunia setelah menikah bener2 berbeda 100%. Yg namanya nikah pasti ada saja masalah, ane kemudian mikir. Udh cukup mapan msh aja ada masalah, bagaimana jika ane nekat menikah saat blm mapan, itu namanya cari masalah 😂😂😂😂😂
@@catagna7273 Kebetulan ane dan istri beda umur 3 tahun. Ane 35, bini 32. Kebetulan 1 profesi dan 1 tempat kerja juga, itu pun di jodohin sama teman2 seprofesi. Setelah pacaran kurleb 2 - 3 tahun, akhirnya kita nikah.
😊, Untuk Saya Pribadi. Di Umur saya yg ke 31thn. Saya mau Mapan dulu, memang butuh waktu & Proses karena saya berasal dari orang biasa. Setidaknya, saya punya pekerjaan tetap, tabungan saya yaitu Rumah Cicilan Alhamdulillah sisa 1thn lagi. + Saya juga buka usaha sendiri, warkop kecil²lan karena kerja saya yg Fleksibel jam 3 sore sudah dirumah. Jadi Gaji setengahnya untuk Bayar Cicilan Rumah, dll. Selebihnya bisa saya tabung. Dan Hasil dari warkop, bisa untuk kebutuhan harian. 😊 Untuk kalian yg mau menikah, Alangkah baiknya persiapkan semuanya sebaik mungkin.
Orang memang boleh nikah di keadaan ekonomi apapun, cuman jangan sampai buta dengan variabel lain juga. salah satunya yg di paparkan bang irwan. boleh mencari yg mau susah bareng tetapi harus di pikir juga keberlangsungan hidupmu agar susahnya tidak terlalu lama. hal hal survival seperti itulah yg mendorong manusia berkembang dari posisi awal atau zona nyaman. jadi sebelum nikan harus tau resiko yg akan di hadapi , dan paling mendasar ialah ekonomi. Buat yg ingin berumah tangga, seprti ge. semangat bro. kita harus punya tekad gede dan pemikiran yg luas. ttp cari peluang usaha jangan patah semangat 💪💪
nikah 2013, gaji umk sby hidup ngekos, dan langusng punya anak, selama 2013-2019 gali lobang tutup lobang tiap bulan, tp alhamdulilah 2019 dapet job freelance dari upwork, dan alhamdulilah sekrang pendapatan gak menentu sbegai freeelancer... kadang 30jt kadang 80jt... wkwkwkwkwk jadi selama ada niat mau belajar dan ngasah sekil dan cari peluang jangan takut menikah teman2..
Setuju dengan sudut pandang ini. Tetapi menikah dulu sebelum mapan juga tidak sepenuhnya salah (asalkan punya visi dan misi jelas, dan sedang di tahap yang namanya kerja keras+cerdas) karena menjadi mapan juga butuh waktu dan support sistem yang baik. Saya menikah di usia 24 thn dan saat itu sedang bekerja di salah 1 startup, sempat terkena layed off di bulan ke 3 pernikahan, tetapi saya beruntung memiliki istri yang supportif sampai akhirnya kembali bangkit dan sekarang mendapat tempat dan posisi yang jauh lebih baik. Semangat para pejuang💪
Pernikahan bagi gue mesti ada 3 komponen: 1. cinta 2. Mapan ekonomi 3. Dewasa Minimal ada 2 komponen yg terpenuhi, kalo cuman 1, atau engga ada, pasti susah langgeng dan banyak masalah.
Setuju banget bang... Sesuai dengan pengalaman saya sendiri. Menikah di tahun 2002,1 anak cewek, sekarang udah kuliah.dan yg paling berat saya sendiri yg biaya in anak dr 2011,2014 akhirnya cerai. Dulu saya menikah hanya karena cinta,saya belum punya tabungan, mantan suami begitu juga ,kerja hanya serabutan. Dan sekarang terasa banget dampaknya, setelah anak membutuhkan biaya besar saya sendiri yg kelabakan. Makanya saya berpesan kepada anakku sendiri ataupun kalian anak muda, pergunakan waktu mudamu sebaik mungkin,kerja dulu,nabung yg banyak. Ikuti kata2 bang Ferry agar nanti kalau kalian nikah, punya anak nggak bingung.karena biaya sekolah anak itu mahal, menikah itu nggak cukup hanya soal cinta.
Kali ini gw mau angkat bicara, bahwa gw setuju bang. Prinsip ini masih gw pegang teguh sampai sekarang, gw udh jelasin ke pacar gw yg sekarang juga. Seandainya sampe umur 30 gw belum mapan, gw juga lebih baik hidup sendiri dari pada harus susah bareng orang yg gw sayang. Berat emang jadi laki-laki, namun ini prosesnya. Thanks bang ferry
Kalo umur masih muda 20-30th gak masalah nunda nikah sampai mapan.. tapi kalo udah umur 40-50 th masih belum mapan juga, hidup pas-pasan.. gak masalah kok nikah walau kondisi sangat sederhana.. punya pasangan adalah hak setiap orang, jangan sampai ada yg menjomblo seumur hidup hanya karena miskin.. yg punya hak nikah bukan cuman orang kaya.. rezeki dah ada yg ngatur.
Saat ini usia gua 31th dan belum menikah 😅 Mapan menurut gua adalah punya peganggan uang & punya pekerjaan yg tetap. Soal nikah gak perlu pakai acara mewah, Yg penting ijab & Sah. Gua bisa aja nikah di usia 25 kebawah, Tapi berhubung ortu gua orang gak mampu & rumah gua waktu itu hampir roboh, Gua all in kerja buat bantu2 keluarga, Bantu renov rumah & kebutuhan lainnya sampai ortu gua gak ada beban lagi. Gak perduli gua ngorbanin urusan pribadi gua, Yg ada dalam pikirin gua, masa keluarga sendiri belum mapan gua mau bikin keluarga lagi, Lagian kalau gua udah berkeluarga gak bakal bisa bantu2 ortu gua. Alhamdulillah keluarga gua gak dipandang remeh sama tetangga lagi, Ortu gua pun sanggat bangga pada gua & gua bangga sama diri gua sendiri, Kebanggaan yg sangat luar biasa. Dan sekarang saatnya gua bener2 siap buat nikah 😄
Jujur, gue berasal dari keluarga broken home. Gue ditinggal bokap sejak umur 3 tahun. Bokap gue selingkuh dan ninggalin nyokap gue dengan tumpukan hutang. Harta nyokap dan warisan nyokap dari kakek & nenek dikuras habis sama bokap dan dibawa lari sama selingkuhannya. Gue dibesarkan oleh nyokap ditengah kemiskinan yang hingga sekarang belum juga tuntas. Walhasil, dari pengalaman itu gue jadi mikir ternyata hidup miskin itu gak enak. Gue aja yang masih jomblo ngerasain hidup miskin itu gak enak. Apalagi kalo elu udah nikah + hidup miskin. No debat, ketika elu nikah dalam kondisi ekonomi yang mapan itu jauh lebih enak dan nyaman ketika elu nikah tapi miskin.
Kayak kita hampir punya cerita yg sama cuman bokap balik ke nyokap walau nyokap kurang respect lgi skrg nyokap lebih fokus diutamakan ke anak anak nya Semoga sehat selalu buat anda disana
setuju bang, ini pendapat gue doang yaa soal fundamental pernikahan karena kalau mau nikah itu modalnya bukan cinta doang, tapi ada beberapa hal atau fundamental yang harus dipenuhi dulu sebelum ambil keputusan buat nikah, nah beberapa hal itu dari segi financial , mental , ama knowledge tentang pernikahan itu sendiri, terus kenapa didalam pernikahan financial penting banget? "karena kalau orang maksain nikah tanpa punya financial yang aman atau stabil pasti dipernikahannya bakalan sering ribut atau ada aja masalah dan rate kemungkinan cerainya makin gede." Nah kenapa ketiga fundamental diatas itu penting banget buat pernikahan yaa karena buat ningkatin rate biar together forevernya makin gede juga, singkatnya fundamental itu buat ningkatin chance biar setiap kali ngehadapin masalah dalam pernikahan kitapun bisa ngesolve masalahnya.
Lagian Cinta paling tahan 6 bulan aja 😂😂😂😂 ujung nya soal komitmen kalau udah nikah. Bayangin udah cinta nya mulai luntur, ekonomi sulit 😂😂😂😂 gimana gak jadi emosi
Pertanyaanya.. apakah umur bakal cukup sampai menjadi orang yg istimewa… bagaimana jika udah kepala 5 tapi ekonomi tetep jalan di tempat, dan karir gak maju2.. apakah akan menjomblo seumur hidup?…
@@wahyueko7804 ga usah istimewa, seenggak nya tujuan dari pernikahan bisa tercapai. Conto ingin punya rumah sendiri, ingin punya anak berapa, sekolah nya nanti gimana.. harus di pikir, bisa ga terpenuhi.
@@renddiraya4464 makanya gak ada rumus pasti dlm hal itu.. semua kembali ke orangnya masing2 yg siap menjalani pernikahan dan bertanggung jawab pd keputusan hidupnya. Bagi anak muda umur 20-30 th sialhkan kalau mau nikmatin masa muda, memperbaiki ekonomi, baru nikah karena nikah butuh kedewasaan dan persiapan.. bagi yg sudah tua umur 40-50 th dan ekonomi pas-pasan atau kurang, gak ada salahnya juga jika ingin menikah dan ingin punya pendamping hidup untuk menemani sisa hidup mereka.. atau bagi anak muda yang memang ingin menikah dan siap bertanggung jawab dengan segala kesulitan di dalamnya.. ya silahkan saja, selama mereka bersabar dan bertanggung jawab.. kalo gw gitu sih mikirnya..
Setuju banget sama lu fer. Dengan mapan sedikit tidak konflik dalam rumah tangga menjadi berkurang. Dan menurut gua, mapan itu bukan berarti kaya. Tapi saat Lu punya rumah. Lu punya pekerjaan. Dan lu sehat wal apiat.
Rasulullah SAW bersabda: «يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ» Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu, maka hendaklah ia menikah, dan siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu menjadi benteng baginya.”
Bang ferry tengs banget sudah kasih pencerahan buat gue soal apa itu pernikahan. Dan so far gue mikir emang bener2 harus disiapin dan mereka yg komen hate cuma liat dari luar dan mereka ga akan bantu semisal ada permasalahan dalam pernikahan karena tuhas masyarakat adalah memberikan stigma. Kita adalah peran utama di pernikahan kita. Dan sebisa mungkin emang harus disiapkan baik baik dan nikah itu adalah hal yg sakral tidak main main.. Btw ini sangat bermanfaat ya bang.. #goodchoice
Nasehat untuk semuanya, dimana konteks disini hanya dibahas mapan dari sisi laki-laki, dimana nikah adalah anjuran yang sangat sakral dalam masyarakat dan agama belakangan ini, padahal keadaan zaman yang tidak ada kepastian seperti sekarang ini, pekerjaan kapanpun bisa di phk, usaha yang bisa kapan saja diusir, persaingan yang begitu ketat dan tidak sehat, dsb. . Maka disini saya ingin menyampaikan; nikahilah orang yang tepat untukmu, yang telah benar-benar kamu kenali kepribadiannya dan keluarganya, yang benar-benar saling tulus cinta, sayang, dan peduli satu sama lainnya, antar keluarga besar, bukan hanya kalian berdua saja,, . Kalau belum menemukan orang yang benar-benar tepat, betul seperti di video ini lebih baik sendiri dulu saja, karena akan banyak orang yang bisa menjadi korbannya,, . Jangan salah, dengan pasangan yang tidak tepat juga pekerjaan, usaha, dan kemapanan juga bisa hancur dengan sekejap mata, karena reputasi yang akan cepat redup jika yang merusaknya justru pasangan kita sendiri,, . Semoga dipermudah segala usaha dan urusannya, masih muda kerja keras, jangan mager terus,,,
Mencari nafkah itu harus,entah itu sblm atw ssudah mnikah.Tidak ada yg hrus ddhulukan atw apa.Krna dua2nya pnting,menikahlah saat kau benar2 butuh.Tapi satu yg harus yg jdi fokus, Tanggung jawab dan TeamUp dgn pasangan.Karena menikah itu bukan tentang masing2,tapi tentang bersama.
Setuju bang, memang hrs siap utk segalanya atau mapan versi pribadi masing². Ada banyak hal yg hrs diobrolin brdua dg pasangan; ttg ortu, rencana punya anak/ga, pendidikan anak, seksual, tempat tinggal, finansial, dll. Apalagi skrg aku & kakakku ikut nopang pendidikan adek & urusan rumah yg crucial spt nglunasin tanah ortu, dll. Setidaknya, hrs menyelesaikan tanggung jwb yg satu sblm mengambil tanggung jwb baru dg menikah
Sebagai anak pertama dari keluarga menengah kebawah dan juga broken home, permasalahan ekonomi memanglah sangat melekat hidup gue. Gue menyaksikan sendiri bagaimana masalah ekonomi dapat merusak suatu hubungan keluarga yang erat, oleh karena itu mapan secara ekonomi sebelum menikah itu penting agar bisa menghindari permasalahan” yang akan terjadi after nikah itu sendiri. Balik lagi ke konsep ekonomi, ketika demand lu besar terhadap suatu kriteria pasangan, maka supply value diri lu juga harus sama besar nya agar tercipta keseimbangan yang statis.
Bener nih, harus mapan dulu Mapan itu meliputi banyak hal. Seperti : 1. Mental 2. Finansial 3. Ilmu Jadi ke 3 itu harus dimiliki. Lo pinter finansial, tapi lo ga punya mental dan ilmu ya belum mapan namanya. Lo punya mental dan ilmu tapi lo belum siap finansial, ya belum mapan juga namanya. Lo siap mental dan finansial tapi lo gapunya ilmu juga belum mapan. Jadi ke tiga itu harus berkesinambungan
"If you are a lover you must be a fighter, why? Because you are not fight for your love, what kind of love do you have? - Keanu Reeves Dan satu hal yg akan menyelamatkan pernikahan, yaitu komitmen pasangan untuk terus bersama dan selalu setia
Thanks bang feri untuk kontennya! Sangat sepakat dengan apa yang sudah abang sampaikan. Mapan dulu baru nikah, tapi giliran udah lumayan mapan, muncul dilema baru antara kontribusi buat bantu keluarga dulu atau nikah dulu hahaha
Kemapanan engga soal finansial bossku. -Mapan soal basic skill, misalnya bisa cuci baju, cuci piring, bisa masak, punya sosial skill yang mumpuni. -Mapan soal pekerjaan, pokok e jangan jadi pengangguran. -Mapan dalam beragama (ini yang menurutku jadi nilai utama, sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW)
Oke, inti video ini bukan soal "tips agar pernikahan langgeng" tapi inti video adalah "pola pikir yang harus lu punya sebelum menikah". 👌 Jadi buat yang nyari agar bisa dapet jodoh, tips agar segera menikah, bang Fery bukan pakarnya, jadi skip aja videonya. Tapi buat elu elu yang masih memiliki keraguan kenapa belum menikah, lagi mencari pembenaran atas pilihan elu kenapa memilih belum menikah, video ini adalah jawabannya. 👍
Paradox emang sebenernya nikah dulu atau mapan dulu. Dari melihat negara-negara maju lain, bisa diliat kalau perkembangan ekonomi jadi alat kontrasepsi alami.
Setuju banget sih sama yg diucapkan beliau.. harus mapan dulu .. kalau kalian masih nganggur maksain menikahi anak seseorang yg kyk saya alami sekarang , saya nganggur nekat menikahi seseorang dengan alasan takut nanti saya menghamilinya diluar nikah pasangan saya nwrima apa adanya diwaktu pernikahsn itu ... tapi makin kebelang semuanya terasa ketika biaya hdup juga harus terpenuhi semua.. yg pd akhirnya saya sering selalu dicuekin istri . Gegara pnghasilan yg kadang ada kadang nggak . Saya juga tak pernah berhenti berdoa .. saya juga bilang ke istri saya,silahkan cari laki laki lain yg mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan kamu.. .. buat pemuda semangat mencari kerja dan terus bekerja .. yg disampaikan bg fery sangat betul terjadi dikehidupan nyata.. 😢 sampe skrg pun saya juga bingung mencari kerja juga susah .. akhirnya penyesalan itu datang dibelakangan ..
Betul mapan secara pendapatan, siap mental dan belajar ilmu pranikah itu akan lebih baik untuk melangkah ke jenjang pernikahan, jujur sebagai orang yang sudah menikah saya sangat merekomendasikan itu. Tapi kita juga jangan terlalu takut yang penting ikhtiar, doa dan tawakal. Pas awal menikah pendapatan sekitar 2jt setelah menikah alhamdulillah perlahan pendapatan meningkat sampai sekarang punya 2 anak cukup untuk sehari-hari, sekolah dan liburan (walau sederhana). Alhamdulillah berjodoh dengan istri yang baik, support dan yang terpenting dia selalu jadi 'pembisik' positif disetiap langkah
mantep bener, auto SUBREK, gw pun sepemikiran sama lu bang, lebih baik susah sendiri, dari pada susah bersama orang yg dicintai, mencintai tidak harus memiliki is another level of relationship, bagi seorang laki2 ga ada yg namanya cinta tanpa syarat, karena semua wanita berhak memilih dan pergi untuk memilih kehidupan/ jalan yg lebih baik..
cinta yang tulus adalah bahagia melihat yang kita cintai bahagia meski tidak dengan kita, kata-kata lain dari "tinggalin gue kalo gue susah". keren paman
IT lah jga saya sebelum nonton konten ini kenal bbrapa perempuan saya batal untuk lanjutkan perkenalan bahkan ke tahap selanjutnya Keuangan yg ada blm mampu untuk saya membiayai anak orang d samping saya menghidupi ibu syaa
Nice video bang Ferry, terimakasih sudah menyampaikan pendapatnya. Saya pernah melihat salah satu video di tiktok yang menjelaskan bahwa "Rejeki akan datang dengan sendirinya setelah menikah" sebenarnya bisa dilogika. Artinya seseorang secara otomatis akan bekerja lebih keras, lebih giat dibanding dengan apa yang ia lakukan sebelum menikah. Maka uang yang dihasilkan akan mengikuti jumlah tenaga yang ia keluarkan. ((untuk mas yang menyampaikan statement ini di platform sebelah, saya izin menyampaikan disini ya mas))
Jadi gini bang, yg paling kasian itu pihak wanita yg didaerah2 diserang boomer baru lulus udh dipaksa2 nikah bahkan ada yg sampe diusir kluarganya, dihujat sodara2nya, umur 23 24 24 udh kyk tante2 tua dimata mreka , asli bang ini masalah besar juga
Cinta akan indah. Apabila kita bisa melihat orang yang kita sayangi bisa hidup bahagia dan perut terisi.. Intinya kondisi ekonomi menjadi hal yang fundamental dalam pernikahan
Semoga banyak laki2 terutama yg msh muda bisa paham dengan maksud mas ferry, selagi muda persiapkan diri kalian untuk bisa menghidupi keluarga, krn anak dan istri mas2 nanti tdk hanya cukup sekedar perut kenyang saja, ambil positifnya dan tetap optimis🥰
Setuju bang, gue udah menjalin hubungan sejak SMA sampai sekarang mau nginjek umur 25, dulu dulu iya meng gebu gebu pengen cepet nikah tanpa mikirin finansial. Setelah liat beberapa pengalaman orang sekitar yang udah nikah malah mikir mikir lagi buat nikah cepet cepet😂 nih buat bocil yang lagi bucin ama pasangan nya wajib nonton konten bang ferry ini👍👍mantap jadi termotivasi untuk lebih semangat kerja
Berdasarkan pengalaman relationship sebelumnya, dapat disimpulkan dalam memilih pasangan harus memperhatikan aspek berikut: 1. Ketertarikan 2. Kelayakan 3. Keberlangsungan 4. Adaptabilitas Semua aspek terpenuhi insyaallah lebih langgeng.
laki-laki yg percaya diri dengan potensi mereka dan menyadari hal tersebut, lalu merealisasikannya akan selalu punya kharisma sendiri dalam diri mereka. perempuan sangat bisa menyadari hal itu, pada dasarnya. wanita cerdas akan memilih laki-laki yg jelas mampu bertanggung jawab dan percaya dengan kekuatan dirinya sendiri dibanding memilih seseorang yg hanya mampu mencari pembenaran akan rasa rendah diri atau insecure mereka; seperti tindakan poverty porn yg sering digaungkan oleh orang-orang yg tak mengerti bahwa kemiskinan tak pernah bisa kita romantisasi. laki-laki pejuang akan selalu tampak indah di mata wanita pejuang.
Pertanyaan "Mapan dulu atau nikah dulu?" mengacu pada pilihan antara memprioritaskan membangun stabilitas finansial sebelum menikah atau menikah terlebih dahulu sebelum mencapai stabilitas finansial yang sepenuhnya. Ini adalah keputusan pribadi yang harus dipertimbangkan oleh setiap pasangan berdasarkan nilai-nilai, tujuan, dan situasi mereka. Beberapa pasangan mungkin memilih untuk memprioritaskan kestabilan finansial sebelum menikah. Mereka mungkin ingin membangun karir, mengumpulkan tabungan, atau menyelesaikan pendidikan mereka sebelum melangkah ke dalam pernikahan. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk merasa lebih siap secara finansial dan dapat memberikan keamanan dan stabilitas ekonomi bagi pasangan tersebut saat mereka memulai kehidupan pernikahan. Di sisi lain, beberapa pasangan mungkin memilih untuk menikah terlebih dahulu tanpa menunggu kestabilan finansial yang sepenuhnya. Mereka mungkin memprioritaskan komitmen mereka satu sama lain dan ingin membangun kehidupan bersama segera. Meskipun mereka mungkin menghadapi tantangan keuangan di awal pernikahan, mereka percaya bahwa mereka dapat mengatasi dan berkembang bersama seiring waktu. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada pilihan yang benar atau salah dalam hal ini. Setiap pasangan memiliki kebutuhan, prioritas, dan nilai-nilai mereka sendiri. Penting untuk berdiskusi secara terbuka dan jujur dengan pasangan Anda tentang harapan dan tujuan masing-masing untuk masa depan, termasuk dalam konteks keuangan.
gw setuju jg dengan opinimu bang, gw tim yg mapan dulu baru nikah. gw 26 tahun di tahun ini, udah mulai lah disuruh nikah ama ortu tp gw masih fokus buat nabung masa depan iyaa gw cewe yg mungkin seharusnya ga perlu mikirin itu ya karena di lingkungan yg mikirin ekonomi kan lebih banyak ke cowo yg cari nafkah. tapi gw tim yg juga mau tetep kerja meski udah nikah, gw tim yg mau nabung bareng, gw ga mau menyusahkan suami nantinya kalo dia harus pikirin itu semua. makanya gw usaha terus dititik gw mapan sama diri gw sendiri dan juga bahagiain diri sendiri terutama jg mental.
Saya memikah di umur 22. Awalnya agak kepaksa sih karena desakan pihak istri tapi bismillah saya jalani niat ibadah, posisi saya udah jadi karyawan tetap di salah 1 perusahaan bergaji umk Surabaya, Alhamdulillah cukup untuk "hidup" dengan istri 1 anak dan 2 orang tua, untuk tabungan dan membeli hal lain selain makan kita buka beberapa side job. Positifnya saya nikah muda adalah pola pikir saya yang cenderung lebih dewasa daripada kakak2 tingkat saya yg tinggal di sekitar saya yg sampai umur 30 lebih masih sendiri dan tetep hidup rea reo kesana kemari tanpa ada 1 tujuan yg di tuju, tapi tetep saya gak menyarankan menikah muda, do it with your own risk, salah2 nikah muda mental anda gak siap dan si istri jadi korban, korban kurang uang dan korban di terlantarkan. Gak harus "kaya" punya mobil dan rumah kok untuk menikah, cukuplah berpenghasilan rutin dan pasti perbulan entah dari gaji atau dari laba usaha yang kamu kerjakan, kalo kamu nikah nunggu punya rumah + mobil dan gajimu umk 5 juta ya sabar aja nabung + inves 10-15 tahun lagi itupun kalo mobil dan rumah masih 500 jutaan
Tadinya saya berencana mau menikah dulu sembari merintis kemapanan, tapi setelah mendengar penjelasan abang. Ada benarnya juga, jgn sampe kita membuat orang yg kita sayang menderita karena hidup sama kita. Dia dirawat, dididik, dan dibesarkan dengan sangat baik oleh orang tuanya, tiba-tiba kita mengambilnya tapi malah membuat dia jadi kesusahan & ga bahagia... tega sekali :) Terima kasih bang atas pencerahannya, jika orang yang saya tuju dipinang oleh orang lain yg lebih dulu mapan dibanding saya, saya akan mengikhlaskannya. Mungkin saja Tuhan akan mempertemukan saya dengan jodoh saya ketika saya sudah dianggap mapan & mampu baik secara finansial maupun mental.
rejeki orang beda2 bang, bisa jadi yang jadi kaya adalah anak yang elu lahirin suatu hari nanti, orang mapan bisa bangkrut kapan aja loh bang hehe, belum tentu juga elu bisa jadi orang mapan hehe
Menikah itu kebutuhan dan butuh persiapan. Jika sudah butuh dan sudah cukup persiapan (sesuai standar masing-masing), silakan nikah. Jika belum merasa butuh atau belum siap menikah, silakan berusaha lebih keras dan bisa sambil berpuasa. Terus terang saya menikah dari 0 dan sekarang alhamdulillah sudah 21 tahun menikah dengan banyak kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’Alaa.
fokus sama proses aja dulu, fokus sama kerjaan, fokus sama karir kita, apalagi berasal dari keluarga yg secara ekonomi yg kebanyakan konflik internal soal ekonomi.. akan lebih baik jika kita menikah bisa menjamin/bertanggungjawab dengan kebutuhan kelak, apalagi kita bukan cuma bertanggungjawab buat 1 keluarga kecil kita tapi 3 keluarga.. sehat sehalu untuk kita semua yg masih berproses & tetap semangat..
Kalo kata Ibu gw, tiap kali ngebahas ttg masa depan dan nikah dia selalu bilang: "Punya kepastian dulu, kamu dititip keluarga orang untuk menjaga anaknya maka harus tanggung jawab atas kebahagiaan dan kemaslahatan dirinya." Maka dari itu, akhirnya w sadar untuk membahagiakan orang yang w cintai, maka mending langsung aja dinikahi dibarengi adanya karir yang mapan.
Kejar jadi mapan, kalo di tengah jalan nemu jodoh ya nikah kalau udah siap dan cocok satu sama lain. Pas udah nikah, bangun lagi kemapanan berdua sampe siap punya anak. Punya anak ga sekadar bikin terus punya, harus siap tanggung jawab lahir batin + biaya utk besarinnya sampe bisa cari kerja. Kedengerannya indah sih. Tapi kalo emang bisa dilakukan, jalan kedepannya akan lebih mudah buat berdua. Soal ekonomi jangankan berdua, sendiri aja udah puyeng kalo bokek apalagi ada tambahan 2 atau 3 kepala.
Konten bang Fer ini ntah kenapa terasa melegakan pikiran saya selama hampir 2 thn ini karena bbrp poin yg memang mengena sekali. Saya ingin bercerita sedikit, thn 2021 saya merasa mampu scr mental & finansial dan berfikiran utk segera menikah di usia yg baru 24 thn dgn gadis yg saya cintai, namun karena banyak hal semua itu tidak pernah terjadi. Bulan ini tepat 1 thn lalu dia menerima pinangan orang lain dgn alasan klasik "keluarga sudah setuju". Mulai dari titik itu hidup saya perlahan berantakan, saya anak pertama sekaligus tulang punggung keluarga harus menanggung beban ekonomi keluarga yg kian merosot, ditambah adik yg jatuh sakit mengharuskan utk selalu kontrol tiap bulan. Saya menerima keadaan bahwa mungkin saat itu belum saatnya. Saya perlahan mulai mencoba bangkit, jatuh cinta lagi, bekerja keras lagi, tapi terasa sulit kembali ke kondisi dimana saya siap (mental & finansial) utk menikah. Dan bbrp waktu lalu si Dia yg selama ini menemani, memberitahu bahwa dia ingin segera menikah, saya jawab belum siap dan tidak mungkin membuatnya lama menunggu dlm ketidak pastian jg, dan pada akhirnya bbrp hari lalu dia memilih orang yg lebih mampu & siap utk mendampinginya. Entah kenapa saya tidak merasakan sakit seperti sebelumnya, tapi justru rasa lega saat tahu bahwa ada orang yg lebih baik saat ini bersamanya. Saya ingin mengucapkan selamat dan maaf jika pernah membuatnya berharap, tapi saya sadar karena saya mencintainya saya tidak ingin membuatnya menderita 😊
Pertanyaan klasik: Mapan dulu atau nikah dulu? Keduanya memiliki tantangan dan keuntungannya sendiri. Yang penting adalah saling mendukung dan bersama dalam suka duka 🤔💍🏡
gw cewe(20th) mungkin ini agak dini buat gw, tapi mengingat sekarang banyak juga yang seumuran gw atau bahkan yang umurnya dibawah gw udah memutuskan untuk menikah dan itu semua gamasalah bagi gw. gw selalu berfikir mereka memang sudah siap bertanggung jawab sama pilihannya itu. gw yakin semua cewe pasti pengen punya cowo yang pemikirannya sama kayak di video ini, termasuk gw. tapi gw sebagai cewe juga menerapkan ini (aneh?) gw masih berpikir gw belom utuh, selalu ngerasa gimana kalo pasangan gw ga bahagia sama gw, gw ga dari keluarga kaya, pengen bgt punya kesempatan buat kuliah, tapi mungkin kata Allah belom. sekarang gw kerja di garment. bp gw ngeduain ibu gw (sampe skrg). mungkin trauma ini juga ngaruh ke gw buat punya pikiran gini "gimana mungkin gw ngebiarin pasangan gw ikut ngerasain sakit-sedih sama kehidupan yang gw punya"
.... waktu itu posisi gw ngnggur karena pengurangan karyawan di pt. pernah ditanya sama salah satu temen gw dia cowo (20th), "lu belom mau cari kerja lagi?". dia tau karena gw emang lumayan suka cerita2 ke dia. gw jwb "hehe iya mau sih, tapi belom". "atau mau langsung nikah?" gw tau ini dia becanda. "hah nanti lah~" trs dia bilang lagi "iya laah, cewe mah tinggal nunggu yang dateng (melamar)". gw jawab "ahaha yaaa kalo adaa" sebenernya disitu gw juga jadi kepikiran sih, "apa iya?" "segampang itu?" "nunggu aja?" tiap kali jalin hubungan yaa pacaran dah, gw selalu ngerasa gw udah jatuh cinta dengan dewasa hahaha. tapi baru sadar jatuh cinta itu kekanak-kanakan, dan itu lucu, ada porsinya.
bener, menikah itu ibadah, hidup dan menghidupi orang yg dicintai, setiap orang punya kriteria dan harapan bagaimana kehidupan berkeluarga yang ideal masing", itu hak dan kehendak mereka, menurutku definisi mapan minimal mau belajar atau sudah bisa bertanggung jawab akan diri sendiri, seperti punya pekerjaan, mengerti cara memanagemen keuangan terutama di kondisi ekonomi saat ini, faham ilmu dasar terutama ilmu agama, berkeluarga dan parenting, ane kurang masuk kenapa orang beropini mencari pasangan yg bisa menemani dan mau ketika susah, tapi kan ujian tidak hanya ketika susah saja, menurutku mempunyai pasangan yg untuk saling mendukung dan membangun dalam kondisi apapun itu lebih baik, untuk kehidupan keluarga yg lebih baik, lebih layak, harmonis serta bahagia.
Milih nafsu dulu ah.. Umur hanyalah angka, umur 21 KUDU WAJIB NIKAH! Mapan mah belakangan, yang penting resepsi mahaal, makaan rendang, harus takut sama omongan tetangga! YANG PENTING BIAR KELIATAN KEREN DI MATA TETANGGA! 🔥🔥
-Cari pasangan -Identifikasi Pasangan Itu dulu bang Nikah dulu atau mapan dulu itu pilihan relatif. Nikah dulu pun kalau punya tujuan dan rencana untuk hidup kedepan ngga jadi masalah, asalkan tau apa yang harus di capai, dan sejalan dengan pasangan. Gimana caranya tahu bisa sejalan dengan pasangan? Karena sebelum nikah kita sudah indentifikasi pasangan. Karena kadang saat pacaran dan setelah pernikahan entah sifat dsb dari pasangan, dipandangan kita berubah, sebenernya dia tidak berubah, hanya belum teridentifikasi saja. Mapan dulu pun kalau kita salah identifikasi akan jadi hal yang fatal juga untuk pernikahan... Jadi menurutku sih bukan nikah dulu atau mapan dulu, tapi siap dan punya tujuan dulu... Hehe
saya setuju dengan identifikasi pasangan, bagi diri saya itu akan sangat diperlukan agar tau bagaimana sifat & sikap "calon" kita seperti apa. saya kadang khawatir ketika masih pacaran mau diajak susah&senang , tetapi waktu sudah menikah lalu datang keadaan sulit pasangan kita tidak mau diajak susah . bagi saya dalam konteks ini, kejujuran pasangan adalah kunci dari keberhasilan identifikasi pasangan, seaandainya pasangan kita jujur tentang apa yang mau dicapai bersama , sepakat dengan rules yang akan berlaku setelah menikah, màu jujur tentang batas batas dia, kita pasti akan cepat memutuskan akan "putus" atau "terus". mungkin ada tips dari abang gimana cara tepat identifikasi pasangan ? Terimakasih
Mambangun rumah tangga itu harus Realistis. Sandang, pangan, papan itu hal pokok yang harus dipersiapkan dan disediakan. Dalam konteks memilih calon yang agamanya baik, itu sudah final. (No debat). Dalam konteks mental & finansial juga harus difinalkan.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna.
Mapan dulu memang paling masuk akal dalam memasuki jenjang lebih lanjut (pernikahan). Bila belum mapan, berikan keyakinan/komitmen kepada pasangan ada target kedepan untuk finansial yang lebih baik, hal ini harus terlihat dari eksekusi dan target yang diraih, entah itu jangka pendek atau jangka panjang. Jangan lupa, selain ikhtiar, selalu minta doa terbaik dari istri 😊
beberapa kali diajakin nikah, dan akhirnya nggak jadi. alasannya karena merasa diri belum "mapan" dalam artian bisa mencukupi kehidupan sendiri dulu. pengen punya kerjaan yang aman dulu, punya tabungan, pengen belajar kelola emosi. Biar nanti kalo berumah tangga, setidaknya bisa mengenal diri sendiri dulu se apa adanya. Menikah itu rezeki, jadi kalo belum siap dan masih ragu menurut ku belum rezekinya. memilih belum menikah bukan artinya "seenaknya mempermainkan perasaan orang lain, pacaran sana sini buat ngisi kekosongan yang gak ada tujuan akhirnya" memilih belum menikah karena masih upgrade diri dan memantaskan diri, kalo kata temen "ekonomi memang bukan satu-satunya alasan orang buat jadi patokan siap nikah, tapi kita menyiapkan ekonomi yang stabil untuk mengantisipasi salah satu penyebab gagalnya pernikahan" thx bang insight nya
"tinggalin gua kalo gua lagi susah" setuju bang. gua anak pertama dari keluarga menengah kebawah. melihat realita dilapangan konflik internal keluarga gua mayoritas dilandasi permasalahan ekonomi. hal itu memotivasi diri gua buat mapan dulu sebelum nikah. bagaimanapun uang penting. bukan sebagai jaminan hidup bahagia, setidaknya meminimalisir resiko hidup tidak layak. semangat!
mapan itu syarat minimal bang. saya sdh mapan tp g dapat - dapat wkwkw. katanya kurang dewasa, kurang tegas, bijak. pernah dpt tp untung diselametin temen - temen bilang kalau dia cuma incer harta. beneran aku pura - pura ekonomiku turun jd jarang nge date akhirnya dia sdh selingkuh.
@@ricoaw500coba bang, intropeksi diri
@@ricoaw500my respect for you
@@ricoaw500 coba direnungi bang, sembari tingkatin lagi value lo. perluas lagi wawasan dan jaringan. let her goooo
5:37
“Nikah iku ibadah tapi menelantarkan anak orang juga dosa.” - Gus Baha'
sebagus2 nya nilai ibadah adalah bagaimana kita mempertahankannya. Jika tidak alias cerai ya sama saja zonk. Makanya mumpung masih muda nikmatilah masa mudamu sendiri. Jangan pernah menormalisasi nikah muda!
Jangan bawa bawa agama bang ga semua perintah agama harus di jalankan karena ini hidup dalam masa berkepanjangan dengan pasangan hidup kita
@@oyiiisam8152 tidak semua orang punya pemikiran yang sama
umur masih muda tapi kalo udah males maen" masak masih harus dipaksa maen" terus??
@@user-mm6si9rj5jagama itu harus di bawa bang di manapun lu berada biar ga salah jalan
Tahun 1943, Abraham Maslow mencetuskan teori hierarki kebutuhan manusia. Secara naluriah manusia termotivasi memenuhi suatu kebutuhan yang lebih tinggi setelah kebutuhan tingkat bawahnya telah terpenuhi.
Urutannya :
1. Fisiologi (makan, minum, udara, tempat berteduh)
2. Safety/security (keamanan pribadi, pekerjaan, kesehatan, properti)
3. Kasih sayang (keluarga, keintiman, persahabatan)
4. Kebutuhan dihargai (prestise, rasa pencapaian)
5. Aktualisasi diri (berperan dalam kehidupan bermasyarakat).
Saya rasa masih relevan sampai sekarang.
Menikah sebelum mapan (kebutuhan fisiologi dan/atau safety belum tercapai) artinya kita bergelut memenuhi beberapa kebutuhan sekaligus. Effortnya akan lebih besar, tingkat stres lebih tinggi..
Bener banget, bahkan banyak jg yg langsung lompat untuk memenuhi poin ke empat dan ya mereka mengalami stres yg jauh lebih tinggi lagi
-self reminder
Itu bukan teorinya Maslow kalee
Lebih stress lagi jika itu dialami saat berkeluarga😂😂
Gw cuma 1-2 aja ..
@@kingdomofgamefunkogf3216 itu bener teori Maslow cuy,, terlebih untuk evaluasi manajemen sumber daya manusia. apapun teorinya sebenernya bisa juga di kaitkan ke kehidupan pribadi
"kalo gua emang mencintai dia, harusnya gua tidak membuat hidupnya susah. Kalo gua masih susah ya mending gua sendiri dulu. gak ngajak orang yang gua sayangi "
Setelah sekian lama nonton konten Pak Ferry tanpa berkomentar, kali ini saya ingin untuk berkomentar. Saya setuju harus mapan dulu or at least salah satu di antara suami/istri sudah settle dulu hidupnya. Dengan catatan pasangannya juga komitmen untuk berproses dalam mengembangkan dirinya juga. Uang itu penting, penting banget. Setelah menikah, pengeluaran bisa jadi makin banyak. Kita harus menyiapkan dana darurat, dana untuk masa pensiun, dana untuk menyekolahkan dan membesarkan anak dengan baik. Kalau menikah tapi kondisi masih sama2 struggle secara ekonomi ya berat kedepannya, pak. Money can't buy happiness but at least it is a good tool to gain the happiness we want.
Pacar saya sudah mapan tapi saya belum. Kita udh komitmen mau nikah tapi sepertinya gagal. Karena yg mapan duluan dia (cewek) bukan saya. Sedangkan saya masih struggle. Jadi, kata "atleast salah satu antara suami/istri sudah settle dulu hidupnya" kurang tepat, lebih tepat lagi "atleast suaminya sudah settle duliu hidupnya" 🙂
@@hafiez7614 Kenapa saya bilang at least suami atau istri settle dulu? Saya punya 2 orang kenalan wanita yang settle ketika menikah, tetapi suami mereka belum settle saat itu, dan pernikahan mereka masih awet puluhan tahun hingga kini. Memang cobaannya dari nyinyiran kawan dan keluarga yg kadang kala meremehkan suami mereka. Kayak, "kok dulu pas muda mau si nikah sama pria belum settle padahal kamu dulu cantik, udah mapan, dst". Tapi mereka cuek saja dan tetap fokus sama keluarga masing2 hingga kini. Sekarang kondisi ekonomi suami2 mereka juga lbh baik, walaupun ada yg gajinya msh di bawah istri but its okay. Kesamaan di antara suami mereka ini memang tipikal setia, nggak neko2, pekerja keras, ndak gengsian, dan komitmen membahagiakan keluarga. 2 kenalan saya ini usianya sudah di atas 50 tahun dengan usia pernikahan masing2 lebih dari 20 tahun. ☺️
Rasulullah pernah mengganjal perutnya dengan batu karena lapar. Karena tak ada yg mau di masak Aisyah R.a di dapur.
Atleast suaminya bisa ngasih apa yg dimau si istrinya..
@@bernadettapatriawibawa4236 ada lagi gak stok perempuan kaya temennya mbak? Kalau masalah struggle saya orgnya struggle bget, tapi mmg rezekinya masih dikasi untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, kalau ada perempuan yg udh mapan dan mau membantu saya berkembang saya sangat menghargainya. Terlebih zaman skrg sepertinya sulit, saya kira perempuan seperti itu hanya ada di dunia dongeng atau korea drama 😁😁😁
Perlu hati² menyikapi definisi mapan di jaman media sosial sekarang, bisa jadi kita terjebak dengan pandangan mapan harus punya rumah,mobil,kendaraan bagus,..menikah juga bisa jadi booster kita untuk mencari pemghasilan lebih, asal sudah berkecukupan, harta cukup untuk makan dan hidup, umur cukup dewasa pemikiran cukup matang, jangan takut untuk menikah, maka menikahlah, semnagaaaat !🔥
yap 😊
setuju, jangan terjebak dalam pandangan "keatas", takut jadi tidak bersyukur.
Menikah ada rejekinya
Sependapat!
Menurut saya cukup untuk "makan" Itu relatif. Kalau si ceweknya harus gofood pagi-siang-malam tiap hari , sedangkan si cowok cukupnya untuk makan tapi masak sendiri, bakal jadi masalah... Kecuali kalau ceweknya yg bisa masak dan bisa mentesuaikan ,gas nikah aja.
Sepakat sih bang, relate sama apa yang gua alami. Gua nikah di usia 21 tahun belum bekerja dan masih kuliah semester 5 (jurusan Sastra pula). Gua nikah di masa covid, saat itu gua punya cita-cita jadi seniman dan kebetulan gua beraktivitas di dunia itu. Nah, ga sengaja gua baca biografi Iwan Fals dan Ajib Rosidi, mereka produktif berkarya setelah nikah muda. Akhirnya gua ajakin pasangan gua buat nikah, dan dia mau.
Banyak yang menentang keputusan gua, terutama keluarga besar, tetapi gua punya keyakinan bahwa gua bisa menghidupi calon istri gua (karena gua kuliah sambil nyuci sepatu, kadang juga jadi MC, kadang juga bikin pertunjukan yang bertiket, kerja di pabrik tahu) gua yakin karena gua merasa punya pengalaman buat ngasilin duit walaupun nggak banyak.
Akhirnya keluarga gua merestui kalau gua nikah muda, dengan catatan kuliah harus beres dan berani memperjuangkan hidup minimal untuk makan sehari-hari. Lalu gua tunangan akhir 2020, dan bangun usaha kecil-kecilan sama istri, dan Mei 2021 kita nikah.
Di awal-awal rasanya berat bang, tiap hari mungkin punya hasil 50rb dari jualan, cuma buat makan doang. Sekarang gua punya anak, kuliah juga beres, usaha juga jalan alhamdulillah. Mapan bukan berarti harus kaya, tapi pikiran yang udah mapan menerima semua konsekuensi setelah menikah dan meresponnya.
kerenn bgt bang salut
nah ini baru bener
Mantap kerenn
Ini......
Ini yang paling bener.. Dan gua jg merasakan hampir persis dengan yg di komentar ini..
Nikah itu butuh kedewasaan mental + komitmen + penghasilaan + ilmu parenting..... inget generasi emas ada di dalam keluarga❤
💯📝
Hallo Warga Sipil Sekalian, selamat menikmati teman makan.
Nikah dulu fer..kalo nunggu mapan mah susah. Ga Bisa nge dota 🤣
@@yudistiraandersen3755mapan dulu setidanya gk bikin susah anak orang kasian kamu itu laki jangan mendahulukan nafsu
@@yudistiraandersen3755dasar blok
Klo yg saya tangkep adalah persiapan mental dan jiwa dan raga sebelum menikah klo soal materi juga sebenrnya gak salah tapi menurut saya materi itu nomer sekian tapi faktanya harus juga dipersiapkan, gua nikah udah mau masuk 5 tahun sebelum pandemi keluarga gua adem ayem dan pas pandemi ancur dapur gua gak ngebul" berbulan-bulan di phk segala macem tapi tetap harus fight dan mencoba terus bertanggung jawab, tapi alhamduliah sekarang sudah stabil
Wow 😂
Terimakasih untuk bang Ferry karena sudah menyajikan konten ini.
Sedikit cerita. Saya umur 25 tahun dan sekarang saya sedang menjalani hubungan dengan pasangan saya selama 3 tahun. Sebuah momen dimana awalnya saya memiliki penghasilan yang lumayan banyak, sehingga saya yakin untuk mulai menjalin hubungan. Namun semuanya berubah di tahun pertama saat saya tertimpa musibah dan penghasilan saya hanya cukup untuk menghidupi diri sendiri.
Adapun orangtua pasangan terus menerus menekan saya untuk segera menikah, dan dengan berbagai cara saya hindari bahkan saya menjadi jarang untuk pergi ke rumah pasangan. Mungkin 1-2 bulan sekali. Dan mereka menginginkan saya untuk menikahi anaknya tahun depan.
Sampai saat ini saya terus berusaha untuk bangkit membangun kondisi finansial yang baik. Tidak hanya itu, sebelumnya saya memberi pasangan saya 'bekal' dan sekarang penghasilannya terbilang lebih besar dari saya. Tidak ada harapan dari saya padanya selain agar dia bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik dan mandiri.
Saya rela jika suatu saat nanti saya memang tidak sanggup untuk menikahi pasangan saya. Karena sama seperti yang bang Ferry bilang, lebih baik saya ditinggalkan daripada membawa oranglain ikut terpuruk.
Meskipun pasangan saya sekarang masih bersama saya, menerima saya yang sedang jatuh, namun tetap saja. Saya mencintai seseorang bukan untuk memilikinya, namun bagaimana saya bisa membahagiakan dan memberikan tanggungjawab saya.
Sekali lagi, terimakasih bang Ferry untuk konten kali ini.
Mantap, edan bang. Semoga sukses ya.
Edun bang, semoga nasib baik menyertaimu
Mantap sharingnya bang, semangat terus gann
semangat bang, sukses sehat selalu
Waa keren banget kak pemikirannya “bukan untuk memiliki tapi untuk membahagiakan” baru pertama denger 🥹🥹🥺🥺 patut untuk saya quote ke anak2 saya
saya sudah menikah
punya dua anak
pertama cewek 8 tahun
kedua cowok 3 tahun
awal merit disaat baru mulai meniti karir, Puji Tuhan saat itu gaji sudah langsung besar, belum mapan
tapi financial sudah bisa dikatakan stabil
imo, ini berdasarkan pengalaman saya, alangkah baiknya financialnya sudah stabil dulu baru mikirin merit, apalagi planning punya anak
krna punya anak itu soal rencana jangka panjang, butuh banyak duit
dr hamil, lahir sampe sekolah harus sudah punya tabungan untuk itu,
kalo belum ada, bisa aja punya anak sih, tapi nanti ke depannya bakal pusing dan sakit kepala
apalagi buat yg tinggal di kota besar dgn biaya hidup tinggi, semua kebutuhan udah mahal
saya tinggal di bsd, biaya hidup mahal, sekolah mahal (setiap ortu tentu pngn anaknya sekolah di sekolah yg bagus)
kalo gak ada perencanaan financial detil sampe hal" seperti ini, hidup bakal banyak stressnya
Sebagai seseorang yang sudah seringkali dicemooh karena kelamaan menjomblo dan diingatkan untuk segera menikah sebelum usia 30, saya sangat berterima kasih kepada bang Ferry yang sudah menyuarakan pendapat ini.
Berat rasanya menyiapkan diri mapan tanpa diiringi suara-suara miring di kehidupan saya. Mereka pikir jalan hidup saya harus sama dengan mereka, padahal tantangan yang dihadapi setiap orang itu berbeda-beda levelnya. Saya masih berjuang memapankan diri terlebih dahulu sebelum memapankan anak orang lain, jadi saya sedari awal sudah siap menerima resiko berjalan sendirian tanpa ada yang menemani.
Saya berharap orang-orang mulai menyadari bahwa setiap orang punya anugrah dan ujiannya masing-masing, jadi jangan sampai wujud ideal pribadi dipaksakan kepada orang lain yang bisa saja mendapatkan ujian yang lebih berat dari dirinya.
Bagi mereka yg nikah aja dulu duit bisa di cari yah level happy mereka makan tutut ber 2 di pinggiran kalimalang, setahun sekali ke ancol atau puncak di saat tahun baru liat kembang api sambil makan popmie dan ngontrak di kontrakan petak sekat 3 aja udah cukup happy, coba lo ajak ke dubai naik roller coaster ferrari, makan escargot, bebek peking atau salmon, tinggal di penthouse pakubuwono pasti gak bakal suka mereka, bagi mereka bikin deg2an/naikin adrenaline gak perlu jauh2 naik roller coaster ke dubai cukup tunggu akhir bulan aja di cari2 debt collector paylater atau tagihan pemilik kontrakan juga sama aja bikin deg2an, kedua makan dikit kenyang kaga mahal pula dari pada salmon2an mending lele sekilo 7 ekor cuma 26rb sama bumbu racik 2 sachet 4rb 30rb bisa buat makan 3hari tambah kerang ijo kalau bosen nasi bebek madura udah enak banget jir sama aja, ketiga mereka kaga suka tinggal di tempat yg kasurnya jauh dari pintu masuk lah kontrakan mah enak pulang buka pintu maju 5 langkah udah bisa langsung rebahan, lah apartment masuk gate depan aja kudu tap access card dulu, ke basement lagi parkir (kaga pake sopir) naik lift dulu lama bro butuh 10menitan buat rebahan dan mereka gak suka sama kesunyian bagi mereka kaya gak ada kehidupan mereka butuh dengungan suara nyamuk, kipas godek, tetangga gebyar gebyur, mie tek2 lewat, suara dangdutan di pos rw, sama ketawa bapak2 main gaple baru mereka bisa tidur pules, selera bro gak ada yg bisa di samain, rasa gak pernah bohong kan katanya. Nah orang2 yg sederhana ini kaya gua yg pernah ngerasain keduanya jadi bingung, semua ada plus minusnya gua cuma kaga mau sad ending entah mati kesepian di dalam penthouse ataupun di kontrakan petak 😂
@@sfyn93 nice statement
tetap bertahan dari cemoohan bro, pernikahan ga seindah yang mereka mereka ceritakan. Financial bisa menjadi pematik permasalahan permasalahan yang nantinya berujung perceraian. Karena menikah seperti masuk ke lorong tanpa akhir, sekali masuk sudah g ada jalan kembali cuma ada emergensi exit. Memang kudu disiapin mental, materi, dan iman.
@@sfyn93 Sama mas, saya juga nggak mau berakhir kesepian, cuma nggak semua orang punya keberuntungan yang sama. Saya sudah berkali-kali melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan berbagai orang, tapi pada akhirnya semua belum berakhir sesuai harapan.
Saya juga nggak masalah hidup sederhana di kontrakan petak dengan makan minum secukupnya, hanya saja saya belum menemukan pasangan yang memiliki mindset semua. Sebelum-sebelumnya memilih kabur duluan setelah tahu mindset dan status keluarga saya.
Mas mungkin masih beruntung bisa segera menemukan pasangan seperti itu, sementara saya sendiri sayangnya belum berjodoh.
Jadi ya, intinya masih tetap mencari, tapi saya sudah menerima nasib apapun yang saya alami sampai sekarang.
@@insanuabar6562 Amin makasih untuk semangatnya masbro
Menurut saya hal-hal yang akan menunjang kehidupan pernikahan adalah tentunya rasa sayang/cinta, kondisi finansial, dan juga kehidupan seksual. Penyebab kegagalan pernikahan yang saya sering lihat di masyarakat adalah kurangnya kesiapan pada salah satu atau lebih dari hal-hal yang sebelumnya saya sebutkan, jadi sangat penting untuk menyiapkan hal-hal tersebut sebelum melompat ke komitmen besar. Tidak ada yang dapat menjamin keberhasilan sepenuhnya, tetapi hal-hal yang mendukung keberhasilan selalu ada. Great Video bang!
Nicee👍
❤
Agree
Kaya - miskin, ganteng - jelek, kuat - lemah, baik - jahat, tolong yg pinter matematika di hitung ada berapa kemungkinan tuh dari percampuran itu di tambah kedua belah pihak hahaha pusing2 dah loh. Mapan dulu atau nikah dulu mah tergantung perspective, semua tergantung tujuan dari individunya masing2, ada yg miskin nikah terus mapan ada, ada yg mapan terus nikah miskin ada, ada pula yg miskin nikah makin miskin, ada juga yg mapan pas nikah makin mapan ada, ada banyak kemungkinan di dunia ini jadi gak bisa jadi tolak ukur antara materi dan perasaan hati, yg kaya selingkuh ada, yg miskin selingkuh juga ada, semuanya ada, too much informasi dan teori nih dewasa ini, cuma bikin bingung doang, pada nyari viewers hati2 terjebak dalam echo chamber nanti jadi bias peran influencer kan nyari masa ngumpulin yg sejalan sama dia makanya dislike youtube sekarang gak terlihat jumlahnya berapa wkwkwk 😂
@@sfyn93 Memang banyak terdapat kemungkinan seperti yang kamu jelaskan, baik kemungkinan yang menghasilkan output positif maupun negatif, tetapi secara akal sehat kita tentunya ingin output yang positif. Seperti contoh ketika terdapat orang sakit, jika orang tersebut hanya diam dirumah saja tanpa berobat, kemungkinan dia hidup ada, kemungkinan meninggal juga ada, nah lantas kenapa ada rumah sakit dan obat? tentunya untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang menghasilkan output yang tidak sesuai keinginan. Dalam pernikahan, kemungkinan buruk juga ada seperti yang kamu jelaskan, tetapi apakah orang yang menikah menginginkan kemungkinan buruk tersebut? tentu tidak, maka dari itu dibutuhkan persiapan yang dapat meminimalisir kegagalan pernikahan.
Dan jika dilihat dalam kehidupan nyata, pasangan yang memapankan dirinya masing-masing sebelum menikah, jika dibandingkan dengan pasangan yang menikah tanpa memapankan dirinya terlebih dahulu, bisa dibilang pasangan yang mapan lebih menonjolkan keharmonisan di dalam kehidupan pernikahannya. Dan definisi mapan sendiri tidak hanya mengacu pada kekayaan materi.
Loving is giving. Memberi kasih sayang, waktu luang, finansial. Untuk bisa memberi kita harus punya value yang cukup bahkan lebih. Kalau diri kita sendiri aja masih kekurangan, nanti yang ada malah banyak menuntut. Berharap hidup kita diperbaiki sama pasangan.
Nikah itu dalam Islam hukumnya memang sunah, tapi bisa berubah jadi haram kalau pernikahan itu akan merugikan pasangan, salah satunya tidak bisa menafkahi secara lahir dan batin. Jadi pendapat bang Ferry tentang harus mapan dulu baru nikah itu 100% bener. Minimal mencukupi lah. Faktanya banyak perceraian, kdrt, perselingkuhan yang disebabkan karena faktor ekonomi.
Kalo konsep mapan versi abang
-Punya Kerjaan/Punya pengahasilan tetap
-Punya dana darurat
-Punya proyeksi daya beli di 5-10 tahun ke depan
-Punya Investasi
-Bisa Memitigasi resiko
kalo mengacu dari kriteria mapan diatas ini bener2 standar yang cukup rumit buat works/terpenuhi di semua kalangan millenial dan gen z, apalagi yang sandwich generation. Konsep ini pasti untuk kalangan menengah keatas ga cuman dari segi pendidikan doang yang tinggi, ya minimal S1/S2, itupun keluarganya harus menengah keatas juga, karena gamungkin seorang anak kalo ayah, ibu, adek,kk atau Om tantehnya sakit ga ngebantuin secara financial.
Tapi disini saya garis bawahi pendapat abang itu benar, tapi ga semua orang bisa achieve kriteria2 tersebut, ada cuplikan kalimat dari Alm Eyang Habibi ketika di wawancara oleh Mba Nana " Nikah itu yang penting ketemu jodohnya dulu, gapunya apa2 gajadi soal" wkwkw masalahnya Eyang punya modal talenta dan kecerdasan 1: berapa ribu bahkan juta orang di dunia yang berpotensi besar untuk mapan di masa depan, jadi itu spesial case, gabisa kita telan bulat2 juga statment Alm Eyang Habibi hehe.
So menurut gua definisi mapan buat tiap orang beda2, yang penting kita tau aja konsep 1=MPC +MPS atau bisa kita asumsikan 1nya diuubah menjadi Y atau sebut saja fungsi pendapatan secara proporsional
Y= MPC +MPS
MPC (Marginal Propensity to consume) secara sederhananya MPC merujuk pada kecenderungan individu untuk menghabiskan/mengkonsumsi sebagian dari pendapatan yang mereka peroleh (secara persentase), jangan lupa kita tambahkan proporsi hutang bulanan untuk berbagai macam cicilan atau segala jenis hutang, at least kalau masih di angka MPC +proporsi hutang/cicilan =+-80%, artinya masih punya MPS=+-20% oiya MPS(Marginal Propensity to saving) ya intinya ini jumlah secara proporsional uang yang bisa kita tabung.
Kalo dengan konstan bisa mempertahankan MPC dan MPSnya ini saya rasa setiap orang dari berbagai kalangan bisa dibilang cukup mapan dengan kriteria yang lebib sederhana , dan gawajib untuk punya Investasi dan dana darurat (iya ini perlu juga tapi tidak menjadi suatu keharusan) apalagi syarat untuk seseorang dikatakan mapan dan layak untuk menikah, apa kabar orang2 yang punya taraf hidup rendah(buruh lepas, pekerja harian dan freelance) ditambah tingkat pendidikan cuman sampe SD atau SMP, wong mereka pendapatan harianya aja cukup buat makan doang, tapi kan mereka punya juga hak buat menikah dan berkeluarga secara sah dimata agama dan legal di mata hukum.
Jadi menurut Abang mps -+20% itu udah cukup
beuhh ty bnget bre ty bnget ini ilmu Y=MPC+MPS
In my HONEST opinion. This is the smartest comment in the entire comment section
Singkatnya rasio minimal untuk mencapai kestabilan berumah tangga MPC 80% + MPS 20% ya bang?
Saya baru diputuskan oleh pasangan saya beberapa bulan lalu, dan dia langsung mengganti posisi saya dengan orang baru.
Saya sejak saat itu berbulan-bulan melakukan refleksi diri. Satu hal yang baru sadari, saya akan mencari pasangan ketika saya sudah bertanggungjawab dengan diri saya sendiri. Karena, bagaimana kita bisa bertanggungjawab dengan perasaan dan hidup orang lain sedangkan kita belum bertanggungjawab dengan diri sendiri.
Perkataan Ibu untuk mapan dulu baru mencari pacar, serta teori Maslow mendukung keputusan saya, saya harus penuhi dahulu kebutuhan saya baru bisa menghidupi orang lain.
Saya setuju sekali dengan pendapat Om Ferry.
Benar jangan sampai anak orang jadi susah, emang harus mapan dulu 👍👍👍
Menurut saya jika pasangan mengerti dan support jika suaminya sedang bermasalah apa lagi soal keuangan adalah faktor penting untuk melangengkan pernikahan, klo lagi senang di suka saat susah ditinggal menurut saya anda salah pilih pasangan
@@azizramadhan6974relatif si bro, soalnya banyak motivator, pengembangan diri ato orang lain...intinya yg nyalahin diri sendiri, perbaiki diri, kemarin salahku gini gitu...akibatnya otak ama perasaan kita makin dongkol...dah kena musibah disalahin pula....tapi realitanya juga bisa jadi kita ga salah sepenuhnya
@@fotris4708Industri motivasi dan pengembangan diri masih sangat laku, karena bahkan untuk bergerak dan memilih arah, kebanyakan harus di kasih masukan dan mendapatkan validasi dari orang lain dahulu. Generasi stroberi 🍓
@@azizramadhan6974aku sebagai perempuan klo dapet cowo yg punya prinsip "tinggalin aja klo aku lagi susah" digituin malah akan bertahan, karena kedepannya menggambarkan effort lebih, beda sama cowo yg diawal bilang "aku gini adanya, aku harap kamu bisa nerima aku" ini keliatan pasrah cendrung sedikit rasa motivasinya untuk effort lebih kedepannya
umur saya 37 (lahir 1987), jangankan menikah, pacaran saja saya tidak berani kalau belum mapan/kaya(komitmen), bisa dibilang saya satu2 nya laki2 yg belum menikah dan punya anak di daerah saya. apakah yg lain bahagia? nope..hidup mereka bisa dibilang antara pas2 an atau kurang. bahkan saya pernah dinasehati agar menikah dulu, toh rezeki dan sebagainya akan ngikut dengan alasan sebagai motivasi atau pendorong semangat khususnya kalau sudah punya anak. faktanya 90% fu**** up!
anehnya di internet/youtube luar negeri justru banyak cerita2 real yg menjelaskan bahkan menikah itu bukan hal mudah, pemikiran orang indonesia itu ketika menikah jarang mau memprediksi/menghitung biaya ketika memiliki anak, mulai kebutuhan harian, pendidikan, kesehatan dll. di luar negeri, menghitung hal seperti itu adalah hal wajib. itulah kenapa mayoritas negara maju dan sejahtera memiliki penduduk yg tidaklah besar, karena mereka tidak "breed like rabbit"
setelah belasan tahun bersabar, belajar dan sangat bersyukur saya memiliki mental yg kuat dalam mengikuti kemajuan jaman, setiap tahun selalu ada perkembangan berarti khususnya dalam ekonomi/income, target saya awal tahun 2024 punya income $3.000-$10.000 dan WFH selamanya (saya seorang tarder)
Trader harian bang?
@@honor9lite1337 yes. tapi itupun lihat pola candle stick, 100% pure analisis + dibantu 3 indikator tambahan.(you know lah, support - resistance level)
Wkwkwk... kok sama ya ceritanya mirip² umurku juga segitu bang dan juga usaha sampingan sebagai trader 😆
Mantap bang, gak usah pusingin apa kata orang... Yg penting fokus mengembangkan potensi diri👍
YANG PASTI MENIKAH ITU KLO JODOHNYA UDAH ADA!
KLO BELUM ADA YANG MAU BERARTI BELUM NIKAH 🤣
Mau cerita, saya baru menikah bulan februari kemarin dan jujur secara finansial saat ini masuk tingkatan cukup. Saya punya gaji bulanan yang bisa dibilang lumayan untuk anak diumur 27 tahun seperti saya tapi tetap masuk dalam kategori cukup karena biaya pengeluaran yang besar dimana saya membiayai istri saya kuliah magister sekaligus profesi (double degree). Saya menikahi istri saya saat ia semester I, setelah menikah saya tidak melarang dia untuk melanjutkan sekolahnya.
Yes, pengantin baru, biaya besar, kehidupan cukup dan LDM hahaha. Asli diposisi ini kesiapan mental benar-benar diuji, yang mungkin awalnya kita hidup serba ada tapi sekarang harus penuh perhitungan dan pertimbangan.
Tapi kenapa sudah tau bakal seperti itu kemudian tetap menikah? Kenapa tidak menunggu selesai studynya?
Jawabannya banyak, tapi salah satunya :
1. Karena ketenangan hati. Kami sudah saling mengenal selama 12 tahun dan itu yang malah buat hati tidak tenang entahkah takut akan ada fitnah ataupun hal hal tidak diharapkan lainnya. Setiap mendengar, menonton ceramah, beribadah kok ada perasaan yang mengganjal seakan ada yang salah dalam hidup. Ingin tinggalkan dia tapi hati tidak bisa terima, saat itu pikir saya solusi dari kami adalah menikah. Tentu hal ini bukan untuk ditiru bila tmn-tmn takut akan merasa sprti yang saya rasakan.
2. Komitmen. Ketika kita berucap tujuan serius tentu saja sebagai lakilaki harus memegang apa yang dia sampaikan. Hal ini tidak hanya katakata indah tapi juga dengan kerja keras. Mapan? Bisa iya bisa tidak karena maknanya sangat relatif, yang jelas saat itu Tuhan banyak membantu dalam mencari rezeki untuk menikah.
3. Biaya kuliah. Saat akan menjalani perkuliahan, qadarullah bapak calon istri (pada saat itu) meninggal dunia. Tentu finansial dari mereka juga terpengaruh, yg mengakibatkan dilema entahkah mau lanjut kuliah atau tidak? Ingin membantu dalam proses perkuliahan tapi rasanya malah tidak tenang lagi hati krna status kami yang belum halal. Berkat itu saya semkin yakin kalau solusi dr kami adalah menikah. Demi mendukung impian istri, saya siap mencari rezeki dr pagi-malam.
Dan disinilah saya sekrng, hidup cukup, paspasan krna penghasilan difokuskan untk biaya study istri (mandiri).
Dari pengalaman saya, nikah dlu atau mapan dlu? Yang jelas setiap orang kondisi atau situasinya berbeda-beda dalam memilih pilihan. Tapi setidaknya kalian harus punya kerjaan dlu yg utama, jangan terjun bebas, krna kehidupan pernikahan bkan sprti taman bermain anak ank. Kalau kalian benar-benar cinta dengan calon kalian, buktikan! Buktikan dengan kerja keras untk bahagiakan dia. Sampai kapan? Kalian sendiri yang tau. Pilihanmu adalah tanggung jawabmu.
Semangat mas! Makasih buat insightnya.
lu keren bang! semangat!
Keren mas, semoga samawa dan rezekinya ngalir terus!!! Semangat!
Lu keren bro !
Bagus bang keren
Sbagai anak pertama dr 3 bersaudara, gw harus mengutamakan finansial keluarga inti gw dulu, umur gw udh 26 thn dgn gaji yg gk wah, dmn gw bertanggung jawab nyekolahin 2 adek aku yg lagi sekolah (yg satu otw kelas XII dan yg satu otw kelas IX).
Waktu buat mikirin nyari pasangan dan berumah tangga aja nyaris kgk ada. Gw harus menyelesaikan tanggung jawab sekolah adek2 gw dulu, paling cepet mikirin pasangan klo adek2 gw dh pada lulus sekolah smua dan udh dapat pekerjaan yg layak.
Ceritanya sama kayak kakak gua tapi kakak gua nikah muda. Karna emang penghasilannya gedr sih. Bahkan setelah beliau punya keluarga sendiri pun ttp masih ada tanggung jawabnya sama keluarga kita.
semangat bang, kalo ane ga punya adek sih tp bantuin ibu satu² nya karena udh ga ada bapak. msh ga ada niatan nikah sih takutnya ibu ane ga keurus dan ga cukup scra finansial buat dibagi-bagi haha
@@mrizal4233gapapa bro dah sangat mulia lo ngurus ibumu rasa syukur lu bagus pastinya ortulu didik lu dg baik, nikah itu memang pertimbangannya banyak dan tiap org beda2 faktor pertimbanganya. gw juga kalo diposisi lu ibu gw nomor 1 dulu nikah nomor 2. kalo gw diposisi skrg bantu sekolah adik2 gw soalnya lagi diposisi cukup kesulitan ekonomi keluarga gw padahal dulunya cukup. tapi gw yg skrng gabisa ninggalin mereka walaupun gw cukup bisa nabung dari pemasukan gw dijkt yah sambil nyari jodoh barangkali ketemu yg se visi. kalo gw mah gas walaupun dengan segala kendala selama gw sama pasangan ada visi walaupun belum mapan pasti bisa melewati semua kendala sepertinya. cheers jangan terlalu keras pada diri lo juga bro
Berarti lo termasuk generasi sandwich ya, sudah benar sih memutuskan belum mau menikah dulu karena sudah membantu memutus mata rantai sandwich generation juga.
@@mrizal4233sama persis gan 🎉
Inilah alasanku masih mmpertahankan "lajang" , krna mental blm begitu siap, materil jg masih di persiapkn, selain itu masih mau mencapai mimpi2 sblm nanti sibuk mengurusi suami & anak2 , alhamdulillah ortu jg lumayan open minded nggak maksa2 buat cepet² nikah tnpa tau anaknya siap apa blm ..
jangan pacaran sebelum mapan! merelakan pacar kita menikah dengan orang lain karena kita belum mapan itu sangat susah,dan kebanyakan memilih menikah walaupun belum mapan karena takut kehilangan orang yang dicintai,faktor lingkungan juga pengaruh apalagi tinggal di desa semua hal bisa jadi bahan ghibah
betull ,,gw juga punya ketakutan seperti ini
Setuju
Setuju bang
saya setuju pendapat anda, saya sebagai laki laki lebih memilih wirausaha dulu,nabung, invest. tidak pacaran dulu (walaupun rasanya agak iri melihat temenku pada pacaran) . saya melihat ada sedikit kesamaan statement abang dengan apa yang saya pernah alami, pernah suatu waktu ngumpul bareng bersama teman saya yang berpacaran memang kalau saya perhatikan dan analisa pembicaraannya itu memang cenderung selalu ingin sekali ke arah pernikahan, padahal kalau saya perhatikan dari segi finansialnya itu mereka belum cukup, rumah belum ada , masih tinggal sama ortu, hasil pekerjaan cukup untuk dirinya sendiri (saya berfikir, masa iya mereka menikah hanya karna suka sama suka, ) ya inilah analisa saya , orang yang sudah berpacaran mungkin àkan berfikir untuk menikah saja , mereka tidak mau menyianyiakan waktu, tenaga , dan uang sewaktu pacaran(seolah olah mereka buta akan hal variabel after married ,nekad, maksain diri seadanya dan akhirnya ingin married karna ada unsur terpaksa). makanya saya tidak pacaran dulu deh, khawatir keputusan keputusan yang saya buat menjadi tidak rasional karna terpengaruh cinta dan kesenangan sesaat
Gw termasuk mapan dulu baru nikah
Gw pikir dah di posisi safe, eh datang corona, gw kena PHK
Bahkan udah mapan aja bisa kena "kejutan", apalagi yg nikahnya serampangan.
Betul rezeki itu Allah yang ngatur, tp kalo "nanti rezeki datang sendiri" itu menyepelekan Allah.
Kalau rezeki kita mau diatur, ya seengaknya kita juga mau diatur ngikut perintahNya, gak nyepelein yg ngatur.
Yang ngatur udah ngasih aturan dalam "mencari rezeki"
alasan gua jomblo selama ini, udah dipaparkan semuanya divideo ini makasih bang 👍
saya juga punya pemikiran mapan dulu baru nikah,minimal punya usaha sendiri buat berumah tangga,karna bnyak teman2 saya menikah modal nekat dan baru seumur jagung udah cerai,dan masalahnya adalah faktor ekonomi,maklum sekarang sudah ngga seperti jaman dulu
Apa yg abang bilang itu bener, bener 100%, kebetulan gue baru nikah di usia 35 thn dan dgn keuangan yg saya rasa udh bisa menghidupi anak orang. Alasan gue nikah di usia segitu karena sebelum ane merasa mapan ane bener2 di bayangin kecemasan kesulitan2 saat menikah kelak. Ane terima segala bullyan dari teman2 ane, dan saat ane merasa "mampu" ane pun nikah. Setelah nikah kurleb 2 tahun, wow ane bener2 bersyukur nikah di saat ane udh cukup mapan. Ternyata dunia setelah menikah bener2 berbeda 100%. Yg namanya nikah pasti ada saja masalah, ane kemudian mikir. Udh cukup mapan msh aja ada masalah, bagaimana jika ane nekat menikah saat blm mapan, itu namanya cari masalah 😂😂😂😂😂
Wih, kalo bole tau istri umur berapa dan gimana bisa mau bang?
@@catagna7273 Kebetulan ane dan istri beda umur 3 tahun. Ane 35, bini 32. Kebetulan 1 profesi dan 1 tempat kerja juga, itu pun di jodohin sama teman2 seprofesi. Setelah pacaran kurleb 2 - 3 tahun, akhirnya kita nikah.
@@apryasmaraandikamantap sepuh, gua mau mapan dlu juga tapi skrg umur 26 masih sandwich gada tabungan
Lebih tepatnya harus bisa bertanggung jawab untuk menikah, karena pernikahan bukan hanya tentang ekonomi
😊, Untuk Saya Pribadi.
Di Umur saya yg ke 31thn.
Saya mau Mapan dulu, memang butuh waktu & Proses karena saya berasal dari orang biasa.
Setidaknya, saya punya pekerjaan tetap, tabungan saya yaitu Rumah Cicilan Alhamdulillah sisa 1thn lagi.
+ Saya juga buka usaha sendiri, warkop kecil²lan karena kerja saya yg Fleksibel jam 3 sore sudah dirumah.
Jadi Gaji setengahnya untuk Bayar Cicilan Rumah, dll. Selebihnya bisa saya tabung.
Dan Hasil dari warkop, bisa untuk kebutuhan harian. 😊
Untuk kalian yg mau menikah, Alangkah baiknya persiapkan semuanya sebaik mungkin.
Bagi ilmunya donk
Mantap sekali, bagi2 ilmunya bos
Semoga keberuntungan selalu menyertaimu
Orang memang boleh nikah di keadaan ekonomi apapun, cuman jangan sampai buta dengan variabel lain juga. salah satunya yg di paparkan bang irwan. boleh mencari yg mau susah bareng tetapi harus di pikir juga keberlangsungan hidupmu agar susahnya tidak terlalu lama. hal hal survival seperti itulah yg mendorong manusia berkembang dari posisi awal atau zona nyaman. jadi sebelum nikan harus tau resiko yg akan di hadapi , dan paling mendasar ialah ekonomi.
Buat yg ingin berumah tangga, seprti ge. semangat bro. kita harus punya tekad gede dan pemikiran yg luas. ttp cari peluang usaha jangan patah semangat
💪💪
nikah 2013, gaji umk sby hidup ngekos, dan langusng punya anak, selama 2013-2019 gali lobang tutup lobang tiap bulan, tp alhamdulilah 2019 dapet job freelance dari upwork, dan alhamdulilah sekrang pendapatan gak menentu sbegai freeelancer... kadang 30jt kadang 80jt... wkwkwkwkwk jadi selama ada niat mau belajar dan ngasah sekil dan cari peluang jangan takut menikah teman2..
Setuju dengan sudut pandang ini. Tetapi menikah dulu sebelum mapan juga tidak sepenuhnya salah (asalkan punya visi dan misi jelas, dan sedang di tahap yang namanya kerja keras+cerdas) karena menjadi mapan juga butuh waktu dan support sistem yang baik. Saya menikah di usia 24 thn dan saat itu sedang bekerja di salah 1 startup, sempat terkena layed off di bulan ke 3 pernikahan, tetapi saya beruntung memiliki istri yang supportif sampai akhirnya kembali bangkit dan sekarang mendapat tempat dan posisi yang jauh lebih baik. Semangat para pejuang💪
Pernikahan bagi gue mesti ada 3 komponen:
1. cinta
2. Mapan ekonomi
3. Dewasa
Minimal ada 2 komponen yg terpenuhi, kalo cuman 1, atau engga ada, pasti susah langgeng dan banyak masalah.
4.Pasangan bro
kehidupan sexual
Kehidupan sex juga penting
@@fotris4708 obviously wkwkwk
@@revaldipilipratama1998 kehidupan sex tuh gimana? kan baru bisa sex pas udah nikah
Setuju banget bang... Sesuai dengan pengalaman saya sendiri. Menikah di tahun 2002,1 anak cewek, sekarang udah kuliah.dan yg paling berat saya sendiri yg biaya in anak dr 2011,2014 akhirnya cerai. Dulu saya menikah hanya karena cinta,saya belum punya tabungan, mantan suami begitu juga ,kerja hanya serabutan. Dan sekarang terasa banget dampaknya, setelah anak membutuhkan biaya besar saya sendiri yg kelabakan.
Makanya saya berpesan kepada anakku sendiri ataupun kalian anak muda, pergunakan waktu mudamu sebaik mungkin,kerja dulu,nabung yg banyak. Ikuti kata2 bang Ferry agar nanti kalau kalian nikah, punya anak nggak bingung.karena biaya sekolah anak itu mahal, menikah itu nggak cukup hanya soal cinta.
makasih ceritanya saya sebagai anak muda merasa tertampar fakta
@@galileogalilea7896 Semangat kuatkan pondasi dulu... Baik lahir,batin dan materiil...karena semua itu penting
Nunggu mapan udah tua dan trlalu asik sndiri..wkakwkakw
@@MungKhaiKih Itu tergantung orangnya bagaimana usahanya..kalau pemalas sampai mati juga nggak mapan mapan...tahu tahu mapan di dalam kuburan 😂
@@HannaYohanna jaman skrg mau mapan gak gampang kyk dulu..skrg ekonomi lagi susah..mau mapan..mimpi 😆
Kali ini gw mau angkat bicara, bahwa gw setuju bang. Prinsip ini masih gw pegang teguh sampai sekarang, gw udh jelasin ke pacar gw yg sekarang juga. Seandainya sampe umur 30 gw belum mapan, gw juga lebih baik hidup sendiri dari pada harus susah bareng orang yg gw sayang. Berat emang jadi laki-laki, namun ini prosesnya. Thanks bang ferry
Beuhhh
Kalo umur masih muda 20-30th gak masalah nunda nikah sampai mapan.. tapi kalo udah umur 40-50 th masih belum mapan juga, hidup pas-pasan.. gak masalah kok nikah walau kondisi sangat sederhana.. punya pasangan adalah hak setiap orang, jangan sampai ada yg menjomblo seumur hidup hanya karena miskin.. yg punya hak nikah bukan cuman orang kaya.. rezeki dah ada yg ngatur.
@@wahyueko7804 org dihutan aja gak mikir mapan tapi makan
Anj.sama bang😭😭😭 berat sekali
@@buythedipbtc iya bang, di hutan. Tapi dianya tinggal bukan di wilayah hutan. Pasti berbeda kebutuhan hidup keluarga buat survive
Saat ini usia gua 31th dan belum menikah 😅
Mapan menurut gua adalah punya peganggan uang & punya pekerjaan yg tetap.
Soal nikah gak perlu pakai acara mewah, Yg penting ijab & Sah.
Gua bisa aja nikah di usia 25 kebawah, Tapi berhubung ortu gua orang gak mampu & rumah gua waktu itu hampir roboh, Gua all in kerja buat bantu2 keluarga, Bantu renov rumah & kebutuhan lainnya sampai ortu gua gak ada beban lagi.
Gak perduli gua ngorbanin urusan pribadi gua, Yg ada dalam pikirin gua, masa keluarga sendiri belum mapan gua mau bikin keluarga lagi, Lagian kalau gua udah berkeluarga gak bakal bisa bantu2 ortu gua.
Alhamdulillah keluarga gua gak dipandang remeh sama tetangga lagi, Ortu gua pun sanggat bangga pada gua & gua bangga sama diri gua sendiri, Kebanggaan yg sangat luar biasa.
Dan sekarang saatnya gua bener2 siap buat nikah 😄
Jujur, gue berasal dari keluarga broken home. Gue ditinggal bokap sejak umur 3 tahun. Bokap gue selingkuh dan ninggalin nyokap gue dengan tumpukan hutang. Harta nyokap dan warisan nyokap dari kakek & nenek dikuras habis sama bokap dan dibawa lari sama selingkuhannya. Gue dibesarkan oleh nyokap ditengah kemiskinan yang hingga sekarang belum juga tuntas. Walhasil, dari pengalaman itu gue jadi mikir ternyata hidup miskin itu gak enak. Gue aja yang masih jomblo ngerasain hidup miskin itu gak enak. Apalagi kalo elu udah nikah + hidup miskin. No debat, ketika elu nikah dalam kondisi ekonomi yang mapan itu jauh lebih enak dan nyaman ketika elu nikah tapi miskin.
Kayak kita hampir punya cerita yg sama cuman bokap balik ke nyokap walau nyokap kurang respect lgi skrg nyokap lebih fokus diutamakan ke anak anak nya
Semoga sehat selalu buat anda disana
Jangan putus asa. Cuma u yg bisa mutusin rantai kemiskinan
setuju bang, ini pendapat gue doang yaa soal fundamental pernikahan karena kalau mau nikah itu modalnya bukan cinta doang, tapi ada beberapa hal atau fundamental yang harus dipenuhi dulu sebelum ambil keputusan buat nikah, nah beberapa hal itu dari segi financial , mental , ama knowledge tentang pernikahan itu sendiri, terus kenapa didalam pernikahan financial penting banget?
"karena kalau orang maksain nikah tanpa punya financial yang aman atau stabil pasti dipernikahannya bakalan sering ribut atau ada aja masalah dan rate kemungkinan cerainya makin gede."
Nah kenapa ketiga fundamental diatas itu penting banget buat pernikahan yaa karena buat ningkatin rate biar together forevernya makin gede juga, singkatnya fundamental itu buat ningkatin chance biar setiap kali ngehadapin masalah dalam pernikahan kitapun bisa ngesolve masalahnya.
Lagian Cinta paling tahan 6 bulan aja 😂😂😂😂 ujung nya soal komitmen kalau udah nikah. Bayangin udah cinta nya mulai luntur, ekonomi sulit 😂😂😂😂 gimana gak jadi emosi
@@renddiraya4464 jelas, karena cinta juga harus realitis wk
Pertanyaanya.. apakah umur bakal cukup sampai menjadi orang yg istimewa… bagaimana jika udah kepala 5 tapi ekonomi tetep jalan di tempat, dan karir gak maju2.. apakah akan menjomblo seumur hidup?…
@@wahyueko7804 ga usah istimewa, seenggak nya tujuan dari pernikahan bisa tercapai. Conto ingin punya rumah sendiri, ingin punya anak berapa, sekolah nya nanti gimana.. harus di pikir, bisa ga terpenuhi.
@@renddiraya4464 makanya gak ada rumus pasti dlm hal itu.. semua kembali ke orangnya masing2 yg siap menjalani pernikahan dan bertanggung jawab pd keputusan hidupnya. Bagi anak muda umur 20-30 th sialhkan kalau mau nikmatin masa muda, memperbaiki ekonomi, baru nikah karena nikah butuh kedewasaan dan persiapan.. bagi yg sudah tua umur 40-50 th dan ekonomi pas-pasan atau kurang, gak ada salahnya juga jika ingin menikah dan ingin punya pendamping hidup untuk menemani sisa hidup mereka.. atau bagi anak muda yang memang ingin menikah dan siap bertanggung jawab dengan segala kesulitan di dalamnya.. ya silahkan saja, selama mereka bersabar dan bertanggung jawab.. kalo gw gitu sih mikirnya..
Setuju banget sama lu fer.
Dengan mapan sedikit tidak konflik dalam rumah tangga menjadi berkurang. Dan menurut gua, mapan itu bukan berarti kaya. Tapi saat Lu punya rumah. Lu punya pekerjaan. Dan lu sehat wal apiat.
Klo punya rumah kelamaan,minimal punya tabungan buat hidup 5 tahun dan pekerjaan yang stabil
Berrti minimal bisa bayar uang kosan atau kontrakan...
Rasulullah SAW bersabda:
«يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ»
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu, maka hendaklah ia menikah, dan siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu menjadi benteng baginya.”
Simple sih Intinya gini lu banyak uang, lu punya kuasa.
Jadi mapan dulu itu penting sebelum nikah
Bang ferry tengs banget sudah kasih pencerahan buat gue soal apa itu pernikahan. Dan so far gue mikir emang bener2 harus disiapin dan mereka yg komen hate cuma liat dari luar dan mereka ga akan bantu semisal ada permasalahan dalam pernikahan karena tuhas masyarakat adalah memberikan stigma. Kita adalah peran utama di pernikahan kita. Dan sebisa mungkin emang harus disiapkan baik baik dan nikah itu adalah hal yg sakral tidak main main.. Btw ini sangat bermanfaat ya bang.. #goodchoice
Nasehat untuk semuanya, dimana konteks disini hanya dibahas mapan dari sisi laki-laki, dimana nikah adalah anjuran yang sangat sakral dalam masyarakat dan agama belakangan ini, padahal keadaan zaman yang tidak ada kepastian seperti sekarang ini, pekerjaan kapanpun bisa di phk, usaha yang bisa kapan saja diusir, persaingan yang begitu ketat dan tidak sehat, dsb.
.
Maka disini saya ingin menyampaikan; nikahilah orang yang tepat untukmu, yang telah benar-benar kamu kenali kepribadiannya dan keluarganya, yang benar-benar saling tulus cinta, sayang, dan peduli satu sama lainnya, antar keluarga besar, bukan hanya kalian berdua saja,,
.
Kalau belum menemukan orang yang benar-benar tepat, betul seperti di video ini lebih baik sendiri dulu saja, karena akan banyak orang yang bisa menjadi korbannya,,
.
Jangan salah, dengan pasangan yang tidak tepat juga pekerjaan, usaha, dan kemapanan juga bisa hancur dengan sekejap mata, karena reputasi yang akan cepat redup jika yang merusaknya justru pasangan kita sendiri,,
.
Semoga dipermudah segala usaha dan urusannya, masih muda kerja keras, jangan mager terus,,,
Semoga saya diperkenankan Allah utk bs menikah dgn seorang yg py pmikiran sprti Bang Ferry ni😁
Mencari nafkah itu harus,entah itu sblm atw ssudah mnikah.Tidak ada yg hrus ddhulukan atw apa.Krna dua2nya pnting,menikahlah saat kau benar2 butuh.Tapi satu yg harus yg jdi fokus, Tanggung jawab dan TeamUp dgn pasangan.Karena menikah itu bukan tentang masing2,tapi tentang bersama.
Setuju bang, memang hrs siap utk segalanya atau mapan versi pribadi masing². Ada banyak hal yg hrs diobrolin brdua dg pasangan; ttg ortu, rencana punya anak/ga, pendidikan anak, seksual, tempat tinggal, finansial, dll. Apalagi skrg aku & kakakku ikut nopang pendidikan adek & urusan rumah yg crucial spt nglunasin tanah ortu, dll. Setidaknya, hrs menyelesaikan tanggung jwb yg satu sblm mengambil tanggung jwb baru dg menikah
Sebagai anak pertama dari keluarga menengah kebawah dan juga broken home, permasalahan ekonomi memanglah sangat melekat hidup gue. Gue menyaksikan sendiri bagaimana masalah ekonomi dapat merusak suatu hubungan keluarga yang erat, oleh karena itu mapan secara ekonomi sebelum menikah itu penting agar bisa menghindari permasalahan” yang akan terjadi after nikah itu sendiri. Balik lagi ke konsep ekonomi, ketika demand lu besar terhadap suatu kriteria pasangan, maka supply value diri lu juga harus sama besar nya agar tercipta keseimbangan yang statis.
hadir
emang dasar orang tua elu aja yang mata duitan dan kurang bersyukur
Bener nih, harus mapan dulu
Mapan itu meliputi banyak hal. Seperti :
1. Mental
2. Finansial
3. Ilmu
Jadi ke 3 itu harus dimiliki. Lo pinter finansial, tapi lo ga punya mental dan ilmu ya belum mapan namanya. Lo punya mental dan ilmu tapi lo belum siap finansial, ya belum mapan juga namanya. Lo siap mental dan finansial tapi lo gapunya ilmu juga belum mapan. Jadi ke tiga itu harus berkesinambungan
"If you are a lover you must be a fighter, why? Because you are not fight for your love, what kind of love do you have?
- Keanu Reeves
Dan satu hal yg akan menyelamatkan pernikahan, yaitu komitmen pasangan untuk terus bersama dan selalu setia
Thanks bang feri untuk kontennya!
Sangat sepakat dengan apa yang sudah abang sampaikan. Mapan dulu baru nikah, tapi giliran udah lumayan mapan, muncul dilema baru antara kontribusi buat bantu keluarga dulu atau nikah dulu hahaha
Kemapanan engga soal finansial bossku.
-Mapan soal basic skill, misalnya bisa cuci baju, cuci piring, bisa masak, punya sosial skill yang mumpuni.
-Mapan soal pekerjaan, pokok e jangan jadi pengangguran.
-Mapan dalam beragama (ini yang menurutku jadi nilai utama, sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW)
Setuju bang. Apalagi poin yg terakhir,peran mapan dalam agama ini penting banget.
Oke, inti video ini bukan soal "tips agar pernikahan langgeng" tapi inti video adalah "pola pikir yang harus lu punya sebelum menikah". 👌
Jadi buat yang nyari agar bisa dapet jodoh, tips agar segera menikah, bang Fery bukan pakarnya, jadi skip aja videonya.
Tapi buat elu elu yang masih memiliki keraguan kenapa belum menikah, lagi mencari pembenaran atas pilihan elu kenapa memilih belum menikah, video ini adalah jawabannya. 👍
betul sekali, cari pembenaran karena belum ada calonnya
Bang Ferry pantas membicarakan ini, karna dia udah rumah tangga, udh pengalaman, kalo bang Ferry belum nikah kaya nya gua ga bakal nonton sampe abis
Paradox emang sebenernya nikah dulu atau mapan dulu.
Dari melihat negara-negara maju lain, bisa diliat kalau perkembangan ekonomi jadi alat kontrasepsi alami.
Setuju banget sih sama yg diucapkan beliau.. harus mapan dulu .. kalau kalian masih nganggur maksain menikahi anak seseorang yg kyk saya alami sekarang , saya nganggur nekat menikahi seseorang dengan alasan takut nanti saya menghamilinya diluar nikah pasangan saya nwrima apa adanya diwaktu pernikahsn itu ... tapi makin kebelang semuanya terasa ketika biaya hdup juga harus terpenuhi semua.. yg pd akhirnya saya sering selalu dicuekin istri . Gegara pnghasilan yg kadang ada kadang nggak . Saya juga tak pernah berhenti berdoa .. saya juga bilang ke istri saya,silahkan cari laki laki lain yg mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan kamu.. .. buat pemuda semangat mencari kerja dan terus bekerja .. yg disampaikan bg fery sangat betul terjadi dikehidupan nyata.. 😢 sampe skrg pun saya juga bingung mencari kerja juga susah .. akhirnya penyesalan itu datang dibelakangan ..
Say it louder bang,masih banyak yang nggk sadar" kalo mapan itu penting
Jadi valuable people ditambah kerja cerdas insyaallah kemapanan finansial akan tercapai. Kekhawatiran masa depan tak akan mengubah apapun.
jatuh cinta itu pakai perasaan,memeliharanya dengan penghasilan .
Setuju bgt sama opini "kalo susah sendiri dulu, jangan ngajak2 orang" karna temen2 sekitar gw banyak yg pisah karna masalah ekonomii
Betul mapan secara pendapatan, siap mental dan belajar ilmu pranikah itu akan lebih baik untuk melangkah ke jenjang pernikahan, jujur sebagai orang yang sudah menikah saya sangat merekomendasikan itu. Tapi kita juga jangan terlalu takut yang penting ikhtiar, doa dan tawakal. Pas awal menikah pendapatan sekitar 2jt setelah menikah alhamdulillah perlahan pendapatan meningkat sampai sekarang punya 2 anak cukup untuk sehari-hari, sekolah dan liburan (walau sederhana). Alhamdulillah berjodoh dengan istri yang baik, support dan yang terpenting dia selalu jadi 'pembisik' positif disetiap langkah
mantep bener, auto SUBREK, gw pun sepemikiran sama lu bang, lebih baik susah sendiri, dari pada susah bersama orang yg dicintai, mencintai tidak harus memiliki is another level of relationship, bagi seorang laki2 ga ada yg namanya cinta tanpa syarat, karena semua wanita berhak memilih dan pergi untuk memilih kehidupan/ jalan yg lebih baik..
Menikah itu ibadah dan rezeki akan mengikuti selama kita tetep berusaha untuk keluarga.yakinlah...
Waaah akhirnya topik kali ini lebih membumi dari yang sebelumnya haha. Keren Baang, semangat terus jadi inspirasi buat banyak orang
cinta yang tulus adalah bahagia melihat yang kita cintai bahagia meski tidak dengan kita, kata-kata lain dari "tinggalin gue kalo gue susah". keren paman
IT lah jga saya sebelum nonton konten ini kenal bbrapa perempuan saya batal untuk lanjutkan perkenalan bahkan ke tahap selanjutnya
Keuangan yg ada blm mampu untuk saya membiayai anak orang d samping saya menghidupi ibu syaa
Durasi 10 menit yang sangat bermanfaat, mudah di cerna akal sehat. Tengkiuu abang ferr...
Nice video bang Ferry, terimakasih sudah menyampaikan pendapatnya. Saya pernah melihat salah satu video di tiktok yang menjelaskan bahwa "Rejeki akan datang dengan sendirinya setelah menikah" sebenarnya bisa dilogika. Artinya seseorang secara otomatis akan bekerja lebih keras, lebih giat dibanding dengan apa yang ia lakukan sebelum menikah. Maka uang yang dihasilkan akan mengikuti jumlah tenaga yang ia keluarkan.
((untuk mas yang menyampaikan statement ini di platform sebelah, saya izin menyampaikan disini ya mas))
Jadi gini bang, yg paling kasian itu pihak wanita yg didaerah2 diserang boomer baru lulus udh dipaksa2 nikah bahkan ada yg sampe diusir kluarganya, dihujat sodara2nya, umur 23 24 24 udh kyk tante2 tua dimata mreka , asli bang ini masalah besar juga
Cinta akan indah. Apabila kita bisa melihat orang yang kita sayangi bisa hidup bahagia dan perut terisi..
Intinya kondisi ekonomi menjadi hal yang fundamental dalam pernikahan
Semoga banyak laki2 terutama yg msh muda bisa paham dengan maksud mas ferry, selagi muda persiapkan diri kalian untuk bisa menghidupi keluarga, krn anak dan istri mas2 nanti tdk hanya cukup sekedar perut kenyang saja, ambil positifnya dan tetap optimis🥰
Setuju bang, gue udah menjalin hubungan sejak SMA sampai sekarang mau nginjek umur 25, dulu dulu iya meng gebu gebu pengen cepet nikah tanpa mikirin finansial. Setelah liat beberapa pengalaman orang sekitar yang udah nikah malah mikir mikir lagi buat nikah cepet cepet😂 nih buat bocil yang lagi bucin ama pasangan nya wajib nonton konten bang ferry ini👍👍mantap jadi termotivasi untuk lebih semangat kerja
Berdasarkan pengalaman relationship sebelumnya, dapat disimpulkan dalam memilih pasangan harus memperhatikan aspek berikut:
1. Ketertarikan
2. Kelayakan
3. Keberlangsungan
4. Adaptabilitas
Semua aspek terpenuhi insyaallah lebih langgeng.
maksudnya gmn bang boleh dikasi penjelasan dan contoh
laki-laki yg percaya diri dengan potensi mereka dan menyadari hal tersebut, lalu merealisasikannya akan selalu punya kharisma sendiri dalam diri mereka. perempuan sangat bisa menyadari hal itu, pada dasarnya.
wanita cerdas akan memilih laki-laki yg jelas mampu bertanggung jawab dan percaya dengan kekuatan dirinya sendiri dibanding memilih seseorang yg hanya mampu mencari pembenaran akan rasa rendah diri atau insecure mereka; seperti tindakan poverty porn yg sering digaungkan oleh orang-orang yg tak mengerti bahwa kemiskinan tak pernah bisa kita romantisasi.
laki-laki pejuang akan selalu tampak indah di mata wanita pejuang.
Pertanyaan "Mapan dulu atau nikah dulu?" mengacu pada pilihan antara memprioritaskan membangun stabilitas finansial sebelum menikah atau menikah terlebih dahulu sebelum mencapai stabilitas finansial yang sepenuhnya. Ini adalah keputusan pribadi yang harus dipertimbangkan oleh setiap pasangan berdasarkan nilai-nilai, tujuan, dan situasi mereka.
Beberapa pasangan mungkin memilih untuk memprioritaskan kestabilan finansial sebelum menikah. Mereka mungkin ingin membangun karir, mengumpulkan tabungan, atau menyelesaikan pendidikan mereka sebelum melangkah ke dalam pernikahan. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk merasa lebih siap secara finansial dan dapat memberikan keamanan dan stabilitas ekonomi bagi pasangan tersebut saat mereka memulai kehidupan pernikahan.
Di sisi lain, beberapa pasangan mungkin memilih untuk menikah terlebih dahulu tanpa menunggu kestabilan finansial yang sepenuhnya. Mereka mungkin memprioritaskan komitmen mereka satu sama lain dan ingin membangun kehidupan bersama segera. Meskipun mereka mungkin menghadapi tantangan keuangan di awal pernikahan, mereka percaya bahwa mereka dapat mengatasi dan berkembang bersama seiring waktu.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada pilihan yang benar atau salah dalam hal ini. Setiap pasangan memiliki kebutuhan, prioritas, dan nilai-nilai mereka sendiri. Penting untuk berdiskusi secara terbuka dan jujur dengan pasangan Anda tentang harapan dan tujuan masing-masing untuk masa depan, termasuk dalam konteks keuangan.
Abang dulu gimana?
gw setuju jg dengan opinimu bang, gw tim yg mapan dulu baru nikah. gw 26 tahun di tahun ini, udah mulai lah disuruh nikah ama ortu tp gw masih fokus buat nabung masa depan iyaa gw cewe yg mungkin seharusnya ga perlu mikirin itu ya karena di lingkungan yg mikirin ekonomi kan lebih banyak ke cowo yg cari nafkah. tapi gw tim yg juga mau tetep kerja meski udah nikah, gw tim yg mau nabung bareng, gw ga mau menyusahkan suami nantinya kalo dia harus pikirin itu semua. makanya gw usaha terus dititik gw mapan sama diri gw sendiri dan juga bahagiain diri sendiri terutama jg mental.
Saya memikah di umur 22. Awalnya agak kepaksa sih karena desakan pihak istri tapi bismillah saya jalani niat ibadah, posisi saya udah jadi karyawan tetap di salah 1 perusahaan bergaji umk Surabaya, Alhamdulillah cukup untuk "hidup" dengan istri 1 anak dan 2 orang tua, untuk tabungan dan membeli hal lain selain makan kita buka beberapa side job. Positifnya saya nikah muda adalah pola pikir saya yang cenderung lebih dewasa daripada kakak2 tingkat saya yg tinggal di sekitar saya yg sampai umur 30 lebih masih sendiri dan tetep hidup rea reo kesana kemari tanpa ada 1 tujuan yg di tuju, tapi tetep saya gak menyarankan menikah muda, do it with your own risk, salah2 nikah muda mental anda gak siap dan si istri jadi korban, korban kurang uang dan korban di terlantarkan. Gak harus "kaya" punya mobil dan rumah kok untuk menikah, cukuplah berpenghasilan rutin dan pasti perbulan entah dari gaji atau dari laba usaha yang kamu kerjakan, kalo kamu nikah nunggu punya rumah + mobil dan gajimu umk 5 juta ya sabar aja nabung + inves 10-15 tahun lagi itupun kalo mobil dan rumah masih 500 jutaan
gw nikah telat tp udah mapan, gile aja bapaknya si cewek udah ngasih yang terbaik seumur hidupnya masa kita dateng modal sekedarnya aja
Mapan Dulu atau Nikah dulu? Silakan pilih sesuai keadaan. Dua duanya sama aja. Karena menikah itu soal mental, bukan soal ekonomi!
Tadinya saya berencana mau menikah dulu sembari merintis kemapanan, tapi setelah mendengar penjelasan abang. Ada benarnya juga, jgn sampe kita membuat orang yg kita sayang menderita karena hidup sama kita. Dia dirawat, dididik, dan dibesarkan dengan sangat baik oleh orang tuanya, tiba-tiba kita mengambilnya tapi malah membuat dia jadi kesusahan & ga bahagia... tega sekali :)
Terima kasih bang atas pencerahannya, jika orang yang saya tuju dipinang oleh orang lain yg lebih dulu mapan dibanding saya, saya akan mengikhlaskannya. Mungkin saja Tuhan akan mempertemukan saya dengan jodoh saya ketika saya sudah dianggap mapan & mampu baik secara finansial maupun mental.
Semangat bang
kita sama bang
rejeki orang beda2 bang, bisa jadi yang jadi kaya adalah anak yang elu lahirin suatu hari nanti, orang mapan bisa bangkrut kapan aja loh bang hehe, belum tentu juga elu bisa jadi orang mapan hehe
Menikah itu kebutuhan dan butuh persiapan. Jika sudah butuh dan sudah cukup persiapan (sesuai standar masing-masing), silakan nikah. Jika belum merasa butuh atau belum siap menikah, silakan berusaha lebih keras dan bisa sambil berpuasa.
Terus terang saya menikah dari 0 dan sekarang alhamdulillah sudah 21 tahun menikah dengan banyak kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’Alaa.
Konten ini akan jadi salah satu referensi terbaik buat saya.
Terima Kasih Bang Ferry..
fokus sama proses aja dulu, fokus sama kerjaan, fokus sama karir kita, apalagi berasal dari keluarga yg secara ekonomi yg kebanyakan konflik internal soal ekonomi.. akan lebih baik jika kita menikah bisa menjamin/bertanggungjawab dengan kebutuhan kelak, apalagi kita bukan cuma bertanggungjawab buat 1 keluarga kecil kita tapi 3 keluarga.. sehat sehalu untuk kita semua yg masih berproses & tetap semangat..
Kalo kata Ibu gw, tiap kali ngebahas ttg masa depan dan nikah dia selalu bilang: "Punya kepastian dulu, kamu dititip keluarga orang untuk menjaga anaknya maka harus tanggung jawab atas kebahagiaan dan kemaslahatan dirinya."
Maka dari itu, akhirnya w sadar untuk membahagiakan orang yang w cintai, maka mending langsung aja dinikahi dibarengi adanya karir yang mapan.
Kejar jadi mapan, kalo di tengah jalan nemu jodoh ya nikah kalau udah siap dan cocok satu sama lain.
Pas udah nikah, bangun lagi kemapanan berdua sampe siap punya anak. Punya anak ga sekadar bikin terus punya, harus siap tanggung jawab lahir batin + biaya utk besarinnya sampe bisa cari kerja.
Kedengerannya indah sih. Tapi kalo emang bisa dilakukan, jalan kedepannya akan lebih mudah buat berdua. Soal ekonomi jangankan berdua, sendiri aja udah puyeng kalo bokek apalagi ada tambahan 2 atau 3 kepala.
Saya setuju sekali dengan anda👍 lebih baik sendiri dulu kalo belum siap, sabar dulu, jangan dengarkan ocehan/ olok olok orang lain
Berlindung dibalik kata "rejeki udah ada yg ngatur" ,gw tau lu nenangin diri lu pake itu, tp ayolah
Konten bang Fer ini ntah kenapa terasa melegakan pikiran saya selama hampir 2 thn ini karena bbrp poin yg memang mengena sekali. Saya ingin bercerita sedikit, thn 2021 saya merasa mampu scr mental & finansial dan berfikiran utk segera menikah di usia yg baru 24 thn dgn gadis yg saya cintai, namun karena banyak hal semua itu tidak pernah terjadi. Bulan ini tepat 1 thn lalu dia menerima pinangan orang lain dgn alasan klasik "keluarga sudah setuju".
Mulai dari titik itu hidup saya perlahan berantakan, saya anak pertama sekaligus tulang punggung keluarga harus menanggung beban ekonomi keluarga yg kian merosot, ditambah adik yg jatuh sakit mengharuskan utk selalu kontrol tiap bulan. Saya menerima keadaan bahwa mungkin saat itu belum saatnya. Saya perlahan mulai mencoba bangkit, jatuh cinta lagi, bekerja keras lagi, tapi terasa sulit kembali ke kondisi dimana saya siap (mental & finansial) utk menikah.
Dan bbrp waktu lalu si Dia yg selama ini menemani, memberitahu bahwa dia ingin segera menikah, saya jawab belum siap dan tidak mungkin membuatnya lama menunggu dlm ketidak pastian jg, dan pada akhirnya bbrp hari lalu dia memilih orang yg lebih mampu & siap utk mendampinginya.
Entah kenapa saya tidak merasakan sakit seperti sebelumnya, tapi justru rasa lega saat tahu bahwa ada orang yg lebih baik saat ini bersamanya.
Saya ingin mengucapkan selamat dan maaf jika pernah membuatnya berharap, tapi saya sadar karena saya mencintainya saya tidak ingin membuatnya menderita 😊
kita sama bang
semangat bang pasti ada cewe yg bisa ngertiin menerima dan mengunggu lu yakin aja
Mapan dulu lah kayak Pak Fery, bisa kuliah di Stan dan kerja jadi PNS Kemenkeu.
Dijamin banyak yg naksir jadi pasangan hidup ❤😊
Iya dicintai karena materi
simple ya guys, nikah soal kemampuan, walau udh tua tp ga mampu mending ga usah, sbliknya jg klo msih muda tpi mampu lbh baik nikah
Kemapanan memang tidak menjamin keberlangsungan pernikahan.
Tapi kemiskinan juga tidak menjamin pernikahan bakalan baik-baik saja..
Pertanyaan klasik: Mapan dulu atau nikah dulu? Keduanya memiliki tantangan dan keuntungannya sendiri. Yang penting adalah saling mendukung dan bersama dalam suka duka 🤔💍🏡
gw cewe(20th)
mungkin ini agak dini buat gw, tapi mengingat sekarang banyak juga yang seumuran gw atau bahkan yang umurnya dibawah gw udah memutuskan untuk menikah dan itu semua gamasalah bagi gw. gw selalu berfikir mereka memang sudah siap bertanggung jawab sama pilihannya itu.
gw yakin semua cewe pasti pengen punya cowo yang pemikirannya sama kayak di video ini, termasuk gw.
tapi gw sebagai cewe juga menerapkan ini (aneh?)
gw masih berpikir gw belom utuh, selalu ngerasa gimana kalo pasangan gw ga bahagia sama gw,
gw ga dari keluarga kaya,
pengen bgt punya kesempatan buat kuliah, tapi mungkin kata Allah belom. sekarang gw kerja di garment.
bp gw ngeduain ibu gw (sampe skrg). mungkin trauma ini juga ngaruh ke gw buat punya pikiran gini "gimana mungkin gw ngebiarin pasangan gw ikut ngerasain sakit-sedih sama kehidupan yang gw punya"
....
waktu itu posisi gw ngnggur karena pengurangan karyawan di pt.
pernah ditanya sama salah satu temen gw dia cowo (20th),
"lu belom mau cari kerja lagi?". dia tau karena gw emang lumayan suka cerita2 ke dia.
gw jwb "hehe iya mau sih, tapi belom".
"atau mau langsung nikah?" gw tau ini dia becanda.
"hah nanti lah~"
trs dia bilang lagi "iya laah, cewe mah tinggal nunggu yang dateng (melamar)".
gw jawab "ahaha yaaa kalo adaa"
sebenernya disitu gw juga jadi kepikiran sih, "apa iya?" "segampang itu?" "nunggu aja?"
tiap kali jalin hubungan yaa pacaran dah, gw selalu ngerasa gw udah jatuh cinta dengan dewasa hahaha.
tapi baru sadar jatuh cinta itu kekanak-kanakan, dan itu lucu, ada porsinya.
mapan definisi orang2 berbeda2. mapan menurut saya karakter utk berjuang demi orang yg tercinta dan terus berkomitmen mengembangkan diri
bener, menikah itu ibadah, hidup dan menghidupi orang yg dicintai, setiap orang punya kriteria dan harapan bagaimana kehidupan berkeluarga yang ideal masing", itu hak dan kehendak mereka, menurutku definisi mapan minimal mau belajar atau sudah bisa bertanggung jawab akan diri sendiri, seperti punya pekerjaan, mengerti cara memanagemen keuangan terutama di kondisi ekonomi saat ini, faham ilmu dasar terutama ilmu agama, berkeluarga dan parenting,
ane kurang masuk kenapa orang beropini mencari pasangan yg bisa menemani dan mau ketika susah, tapi kan ujian tidak hanya ketika susah saja, menurutku mempunyai pasangan yg untuk saling mendukung dan membangun dalam kondisi apapun itu lebih baik, untuk kehidupan keluarga yg lebih baik, lebih layak, harmonis serta bahagia.
Milih nafsu dulu ah..
Umur hanyalah angka, umur 21 KUDU WAJIB NIKAH!
Mapan mah belakangan, yang penting resepsi mahaal, makaan rendang, harus takut sama omongan tetangga!
YANG PENTING BIAR KELIATAN KEREN DI MATA TETANGGA! 🔥🔥
Duit darimana nikah muda? yaaa dari orang tua laaahh
-Cari pasangan
-Identifikasi Pasangan
Itu dulu bang
Nikah dulu atau mapan dulu itu pilihan relatif.
Nikah dulu pun kalau punya tujuan dan rencana untuk hidup kedepan ngga jadi masalah, asalkan tau apa yang harus di capai, dan sejalan dengan pasangan. Gimana caranya tahu bisa sejalan dengan pasangan?
Karena sebelum nikah kita sudah indentifikasi pasangan.
Karena kadang saat pacaran dan setelah pernikahan entah sifat dsb dari pasangan, dipandangan kita berubah, sebenernya dia tidak berubah, hanya belum teridentifikasi saja.
Mapan dulu pun kalau kita salah identifikasi akan jadi hal yang fatal juga untuk pernikahan...
Jadi menurutku sih bukan nikah dulu atau mapan dulu, tapi siap dan punya tujuan dulu... Hehe
IDENTIFIKASI MAKANAN KAYA DETEKTIF 🤣
saya setuju dengan identifikasi pasangan, bagi diri saya itu akan sangat diperlukan agar tau bagaimana sifat & sikap "calon" kita seperti apa. saya kadang khawatir ketika masih pacaran mau diajak susah&senang , tetapi waktu sudah menikah lalu datang keadaan sulit pasangan kita tidak mau diajak susah . bagi saya dalam konteks ini, kejujuran pasangan adalah kunci dari keberhasilan identifikasi pasangan, seaandainya pasangan kita jujur tentang apa yang mau dicapai bersama , sepakat dengan rules yang akan berlaku setelah menikah, màu jujur tentang batas batas dia, kita pasti akan cepat memutuskan akan "putus" atau "terus". mungkin ada tips dari abang gimana cara tepat identifikasi pasangan ? Terimakasih
Setuju dan sepemahaman. Thx u Bang Ferry yg sdh mengangkat issue ini. 👍🏼🙏🏻
"Nikah bukanlah perlombaan" catet!😉
Mambangun rumah tangga itu harus Realistis. Sandang, pangan, papan itu hal pokok yang harus dipersiapkan dan disediakan. Dalam konteks memilih calon yang agamanya baik, itu sudah final. (No debat). Dalam konteks mental & finansial juga harus difinalkan.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
mengucapkan hal romantis dengan rasional, Keren banget bang fer :)
Mapan dulu memang paling masuk akal dalam memasuki jenjang lebih lanjut (pernikahan). Bila belum mapan, berikan keyakinan/komitmen kepada pasangan ada target kedepan untuk finansial yang lebih baik, hal ini harus terlihat dari eksekusi dan target yang diraih, entah itu jangka pendek atau jangka panjang.
Jangan lupa, selain ikhtiar, selalu minta doa terbaik dari istri 😊
beberapa kali diajakin nikah, dan akhirnya nggak jadi. alasannya karena merasa diri belum "mapan" dalam artian bisa mencukupi kehidupan sendiri dulu.
pengen punya kerjaan yang aman dulu, punya tabungan, pengen belajar kelola emosi. Biar nanti kalo berumah tangga, setidaknya bisa mengenal diri sendiri dulu se apa adanya. Menikah itu rezeki, jadi kalo belum siap dan masih ragu menurut ku belum rezekinya.
memilih belum menikah bukan artinya "seenaknya mempermainkan perasaan orang lain, pacaran sana sini buat ngisi kekosongan yang gak ada tujuan akhirnya"
memilih belum menikah karena masih upgrade diri dan memantaskan diri, kalo kata temen "ekonomi memang bukan satu-satunya alasan orang buat jadi patokan siap nikah, tapi kita menyiapkan ekonomi yang stabil untuk mengantisipasi salah satu penyebab gagalnya pernikahan"
thx bang insight nya